Kinerja merupakan hal yang penting untuk sebuah perusahaan, kinerja yang baik maka akan membawa keberlangsungan yang baik juga untuk perusahaan. Kinerja sendiri adalah hasil kerja berdasarkan kuantitas atau kualitas organisasi yang dicapai oleh karyawan melalui kemampuan, pengalaman, dan keterampilan (Mello, 2015). Sedangkan untuk kinerja individu adalah hasil kerja karyawan berdasarkan kualitas dan kuantitas yang dimiliki dengan standar kerja yang telah ditentukan oleh organisasi (Mello, 2015).

Terdapat tiga faktor yang dapat memengaruhi kinerja, yaitu beberapa hal yang bersumber dari internal, sarana pendukung, dan regulasi dari pemerintah (Mello, 2015). Faktor pertama atau hal-hal yang memengaruhi kinerja dari internal antara lain disiplin kerja, etika kerja, motivasi kerja, kondisi fisik, dan pendidikan. Faktor kedua atau sarana pendukung yaitu gaji, fasilitas kerja, kompensasi, beban kerja, penilaian kinerja, budaya organisasi, dan kesempatan berprestasi. Faktor ketiga atau regulasi dari pemerintah yaitu kebijakan untuk organisasi dan kebijakan untuk individu.

Berdasarkan kinerja dan faktor yang memengaruhinya maka perusahaan atau atasan perlu untuk melakukan penilaian kinerja bagi karyawannya. Penilaian kinerja tersebut didefinisikan sebagai proses evaluasi karyawan dalam melakukan pekerjaannya, evaluasi tersebut kemudian akan dikomunikasikan kepada karyawan (Rani & Mayasari, 2015). Menurut Suprihati (2014) penilaian kinerja bertujuan sebagai alat atau proses untuk menilai pengembangan individu atau karyawan dalam sebuah organisasi. Sebelum perusahaan atau atasan menilai kinerja dari karyawan, sebaiknya memahami terlebih dahulu pendekatan yang tepat. Terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam menilai sebuah kinerja, antara lain subjective procedure, direct measures, dan profiency testing (Mello, 2015).

Pendekatan pertama atau subjective procedure yaitu prosedur yang meliputi pertimbangan dan penilaian kerja terhadap kecakapan kerja pada atasan, bawahan, kelompok, rekan kerja, dan untuk para penilai dari luar maupun diri sendiri. Pendekatan pertama ini memungkinkan terjadinya kesalahan karena dilakukan berdasarkan opini manusia (human error), seperti beberapa tipe yang ada yaitu tipe leniency atau penilaian yang cenderung tinggi, tipe strictness atau penilaian yang cenderung rendah, tipe central tendency atau penilaian yang cenderung tengah, halo effect error atau kesalahan kesan umum yang dipengaruhi oleh adanya pengalaman sebelumnya, dan personal bias atau kesalahan penilaian karena adanya prasangka baik ataupun buruk.

Sedangkan pendekatan kedua atau direct measures yaitu berhubungan dengan produksi dan personal information.Serta pendekatan ketiga atau profiency testing yaitu pendekatan untuk mengevaluasi kecakapan karyawan.

Berdasarkan definisi kinerja dan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk menilai sebuah kinerja maka penting untuk mengetahui terlebih dahulu tujuan dari penilaian kinerja. Tujuannya yaitu mengidentifikasi kebutuhan mengenai pelatihan dan pengembangan pada setiap karyawan, menentukan beberapa keputusan seperti promosi, mutasi dan pemberhentian karyawan dalam manajemen SDM, sebagai dasar untuk menentukan keputusan remunerasi dan kompensasi, sebagai alat validasi atas program seleksi dan pengembangan yang telah dilakukan, dan juga sebagai alat umpan balik kepada pekerja atas hasil kerjanya yang telah dilakukan.