Naomi Osaka dilahirkan dari ibu berdarah Jepang dan ayahnya adalah orang Haiti. Kemenangan dan popularitas Naomi Osaka juga dirayakan dan dielu-elukan oleh negara Haiti, tempat asal ayah Naomi Osaka meski secara profesionalia mewakili Jepang dalam kejuaraan-kejuaraan tingkat dunia.

Pada bulan November tahun lalu setelah memenangkan gelar US Open, Naomi pergi ke Haiti, kampung halaman ayahnya dan mendapatkan sambutan yang hangat dari warga Haiti serta ditemui oleh Presiden Haiti, Jovenel Moise di Istana Negara Haiti.

Naomi Osaka juga mendapatkan publikasi besar oleh media-media di Haiti dan dianggap sebagai Pahlawan Haiti dan dianggap pula Ikon Nasional Haiti karena menginspirasi anak-anak Haiti untuk berlatih dan bermain tenis meski olah raga favorit Haiti adalah sepak bola.

Pada Olimpiade Tokyo 2020, Naomi Osaka kemungkinan besar membela negara Jepang meski Naomi punya kewarganegaraan Amerika Serikat dan dia akan mengambil keputusan membela negara Jepang atau AS saat usianya 21 tahun nanti.

Perkawinan antara warga Jepang dan orang asing seperti yang dialami oleh keluarga Naomi Osaka membuka wawasan baru bagi Jepang tentang multikultur di mana terdapat 1 di antara 30 perkawinan di Jepang adalah perkawinan antara warga Jepang dan orang asing. Banyak anak dari hasil perkawinan antara warga Jepang dan orang asing telah mengharumkan dan mengangkat prestasi Jepang ke tingkat dunia seperti prestasi Naomi Osaka.

Selain itu prestasi besar Naomi Osaka yang mewakili Jepang juga mengangkat citra bangsa Asia di pertenisan putri dunia. Ini karena catatan rekor tenis Asia di level dunia tercatat hanya petenis tunggal putri Thailand, Tamarind Tanasugarn yang hanya menduduki peringkat 19 dunia pada saat itu.

"Prestasi yang diraih oleh Naomi Osaka meningkatkan prestise Asia di pertenisan dunia", ujar Tamarind Tanasunagrn, mantan petenis tunggal putri peringkat 19 dunia.

Jadi, Naomi Osaka benar-benar sosok ikonik bagi multikulturism dengan prestasi tenis juara dunia dan popularitas yang tinggi.