Penggemar sepak bola Brasil zaman dulu menyukai teknik permainan serta prestasi para pemain tersebut, tapi juga senang membaca nama mereka karena nama-nama tersebut singkat dan mudah diingat. Saat itu para pemain Brasil mempunyai budaya unik yaitu mencantumkan nama julukan atau nama panggilan di seragam atau daftar pemain, dibanding nama asli mereka. Julukan-julukan tersebut berbeda dari singkatan nama, dan mempunyai arti tersendiri. Dari sini, kita mengenal nama-nama legendaris seperti Pele, Zico, Cafu, dan lain sebagainya.

Nama julukan, budaya yang telah jarang dipakai pemain Brasil

Arti julukan para pemain Brasil tersebut berkaitan dengan kebiasaan mereka, ataupun lokasi asal. Contohnya mantan pemain Atletico Madrid dan Middlesbrough bernama asli Osvaldo Giroldo Jnior mempunyai julukan Juninho Paulista yang berarti Junior dari daerah Paulista (Sao Paulo). Sedangkan Juninho Pernambucano berarti Junior yang berasal dari daerah Pernambucano.

Orang Brasil sering menambah akhiran "-inho" yang berarti kecil atau junior di belakang julukan mereka, kecuali pemain Barcelona Philippe Coutinho yang mempunyai nama asli Philippe Coutinho Correia. Nama Coutinho bukanlah merupakan julukan, tapi merupakan nama asli. Julukan yang menggunakan "-inho" contohnya Fabinho, Marquinhos atau Paulinho. Sedangkan jika akhirnya "-ao" artinya besar.

Nama julukan, budaya yang telah jarang dipakai pemain Brasil

Tim Brasil pada Piala Dunia 1958 yang diperkuat oleh Pele, adalah tim awal yang menggunakan julukan dibanding nama lengkap mereka. Dan hal ini disukai penonton sehingga menjadi budaya yang dipakai seterusnya oleh para pemain Brasil. Zito, Didi, Garrincha, Vava, Pele adalah nama-nama yang muncul dan kemudian dikenal dunia, walaupun awalnya para wartawan Eropa merasa bingung dengan julukan tersebut. Bahkan koran Aftonbladet dari Swedia pernah melakukan kesalahan bahwa tim Brasil akan bermain melawan Austria dengan formasi pemain: Dudu; Dada, Dudu; Dodo, Dudi, Duda; Didi, Dida, Dadi, Deda dan Dade.

Nama julukan, budaya yang telah jarang dipakai pemain Brasil

Tapi sekarang jumlah pemain Brasil yang menggunakan nama panggilan atau julukan, jauh lebih sedikit dibanding jaman dahulu. Contohnya pemain Manchester City Gabriel Jesus, mempunyai julukan Borel saat dia masih belajar di akademi sepak bola Palmeiras. Tapi setelah dia terkenal, dia tidak lagi menggunakan julukan Borel tersebut, dan kini penggemar sepak bola internasional jarang sekali yang mengetahui julukan Borel itu.

Nama julukan, budaya yang telah jarang dipakai pemain Brasil

Julukan para pemain Brasil jaman dahulu terasa intim bagi penggemar, contohnya Carlos Caetano Bledorn Verri diberi panggilan Dunga yang berarti Dopey, salah satu anggota dari 7 Kurcaci dalam bahasa Portugal. Ada juga pemain yang mendapat julukan dari super hero (Hulk), penyanyi Pop (Adriano Michael Jackson), Pokemon (Yago Pikachu), badut terkenal (Careca, singkatan dari badut terkenal Brasil Carequinha), keturunan anjing (Claudio Pitbull), dan bahkan ukuran kepala (Ruy Cabecao, yang berarti Ruy Berkepala Besar)

Nama julukan, budaya yang telah jarang dipakai pemain Brasil

Memang masih banyak pemain Brasil masa kini yang menggunakan nama panggilan, tapi sebagian besar merupakan singkatan dari nama lengkap mereka yang panjang serta susah diingat. Beberapa pemain yang masih menggunakan singkatan saat ini contohnya mantan pemain Tottenham Hotspur yaitu Jos Paulo Bezerra Maciel Jnior yang dijuluki Paulinho, pemain PSG Marcos Aos Corra alias Marquinhos, dan sebagainya.

Nama julukan, budaya yang telah jarang dipakai pemain Brasil

Grafite (graphite) adalah pencetak gol terbanyak Bundesliga dan pemain terbaik ketika dia membantu Wolfsburg memenangkan gelar musim 2008/09. Dia bercerita saat pertama kali mendapat julukan tersebut yaitu ketika masuk akademi sepakbola Matonense. Ternyata pemain bernama lengkap Edinaldo Batista Libnio ini dipanggil Grafite karena pelatihnya pernah bermain dengan pemain jangkung bernama Grafite dan mirip dengannya. Saat dia berkata bahwa temannya memanggilnya "Dina", pelatihnya berkata bahwa julukan tersebut terlalu bagus untuk pemain sepak bola dan tidak akan cocok. Karena dia tak dapat menolak perintah pelatih, Edinaldo terpaksa menggunakan julukan Grafite.

Pertama, dia tidak suka dengan julukan tersebut, tapi kemudian dia merasa tidak menyesal menerimanya, karena julukan tersebut membuat penonton mudah mengingatnya. Saat dia bermain sebentar di Korea Selatan di FC Seoul, dia terpaksa tidak memakai julukan Grafite karena orang Korea sulit mengucapkannya, dan dia menggunakan nama Batista di seragamnya. Dan ketika dia bermain di Bundesliga, banyak orang Jerman yang memanggilnya Graffa dan dia menyukainya hingga memakai nama itu di akun media sosialnya. Grafite berkata bahwa bermain bola saat ini semakin membosankan, dan nama-nama julukan tersebut bisa membuat hidup lebih berwarna.

Nama julukan, budaya yang telah jarang dipakai pemain Brasil

Pemain Brasil juga bisa mengganti nama julukan saat masih muda, dan merubahnya ketika mereka dewasa dan lebih terkenal atau menghapusnya seperti Gabriel Jesus. Contohnya Lucas Rodrigues Moura da Silva alias Lucas Moura, pernah dijuluki Marcelinho ketika masih muda karena dia berlatih di Marcelinho Carioca's football school.

Legenda Brasil Tostao (Eduardo Gonalves de Andrade) yang berarti "koin kecil" menyayangkan para pemain yang menghilangkan julukan masa kecil seperti Gabriel Jesus dan Lucas Moura. Dia berkata bahwa sikap tersebut harus dipelajari oleh psikolog. Dia juga yakin bahwa pengaruh budaya Eropa yang merasuki para pemain muda Brasil saat ini merupakan hal yang membuat budaya julukan tersebut hilang.

Nama julukan, budaya yang telah jarang dipakai pemain Brasil

Salah satu pemain terbesar Santos sepanjang masa, Pepe, yang mengangkat dua trofi Piala Dunia pada tahun 1958 dan 1962, mengklaim budaya Brasil selalu informal dan santai dan tidak mengerti mengapa sekarang harus berubah di lapangan.

Mantan pemain sayap kiri dan partner utama Pele di Santos selama lebih dari satu dekade berpendapat bahwa hilangnya nama panggilan hanya akan meningkatkan hambatan bagi penggemar yang berharap untuk menikmati hubungan yang lebih intim dengan pahlawan mereka.

Nama julukan, budaya yang telah jarang dipakai pemain Brasil

"Saya bermain dalam waktu yang indah untuk sepak bola Brasil, Piala Dunia 1958, 1962 dan 1970, ketika ada begitu banyak pemain berjuluk. Tapi sekarang mereka tidak seperti itu lagi. Saat ini, mereka lebih suka dipanggil dengan nama-nama yang diberikan. membuatnya lebih sulit bagi penggemar untuk membangun ikatan dengan idola baru," ujar Pepe.

"Saya bangga dikenal sebagai Pepe. Seperti saya, ayah saya bernama Jose Macia dan juga dijuluki Pepe. Jauh lebih mudah bagi pendukung untuk mengagumi pemain sepak bola dengan julukan seperti Pele dan Garrincha daripada mengatakan, 'Pemain favorit saya adalah Manuel Francisco [nama Garrincha].' Semuanya menjadi terlalu formal. "