Hampir 116 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 17 Desember 1903, dua bersaudara asal Amerika Serikat , Wilbur Wright dan Orville Wright, sukses mewujudkan salah satu impian besar manusia untuk bisa terbang di angkasa dengan menerbangkan pesawat pertama berawak di dunia. Melansir dari lamannationalgeographic.com, mesin terbang bernamaFlyeryang menggunakan baling-baling tersebut dikemudikan oleh Orville Wright yang mampu mengudara selama 12 detik dan menempuh jarak sejauh sekitar 120 kaki atau sekitar 37 meter. Pada saat itu dimulailah tonggak sejarah penerbangan pesawat bagi umat manusia.

Tidak membutuhkan waktu yang lama setelah penerbangan perdanaFlyer, inovasi-inovasi dalam dunia dirgantara menunjukkan perkembangannya yang pesat. Salah satu era perkembangan pesat dunia dirgantara di masa lampau terjadi pada masa Perang Dunia II, perang terbesar dan salah satu lorong paling gelap yang pernah dilalui oleh manusia dalam perjalanan panjang sejarah peradabannya.

Sejarah mencatat--dengan tidak menyangkal kejamnya sebuah peperangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan--unggulnya kekuatanLuftwaffe(Angkatan Udara Jerman) ketika mengerahkan pesawat-pesawat pemburu dan pembomnya untuk menginvasi Polandia dalam sebuah serangan kilat yang menjadi salah satu pemicu terjadinya Perang Dunia II pada tahun 1939 di Eropa. Pada tahun 1939 Jerman membuka perang Dunia II di Front Eropa dan dominasi Nazi Jerman di daratan Eropa menjadi salah satu catatan paling kelam dalam sejarah peperangan yang semoga tidak akan pernah terjadi lagi di masa yang akan datang.

Pada masa-masa awal Perang Dunia II di Eropa, dunia dikejutkan dengan majunya kekuatan udara Jerman. Gemuruh mesin piston baling-baling dari pesawat-pesawat pemburu dan pembom Jerman, sebut saja beberapa di antaranya pemburuMesserschmittBf-109, Focke Wulf- FW 190 atau pesawat pembom tukikJunkers Ju-87Stuka mendominasi langit-langit di kawasan Eropa sebagai bukti superiotasLuftwaffepada masa itu. Selain kehebatan pesawat-pesawat tersebut pada masa awal Perang Dunia II, ada sebuah proyek yang dijalankan oleh ilmuwan dan insinyur-insinyur Jerman, yaitu pengembangan pesawat tempur dengan mesin jet. Teknologi yang masih terbilang baru pada masa itu.

Lahirnya Jet tempur Messerschmitt Me-262.

Messerschmitt Me-262, pesawat jet pertama beroperasi di medan perang

Keterangan Foto: Sebuah replika jet Messerschmitt Me-262 sedang terbang dalam sebuah acara dirgantara (sumber foto: Wikimedia Commons, https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Me262_at_ILA_2010_27.jpg)

Dalam Perang Dunia II di Eropa, peperangan tidak hanya terjadi pada pasukan yang saling berhadapan di garis depan, tetapi juga terjadi di antara para ilmuwan dan insinyur-insinyur di labolatorium untuk menemukan dan mengembangkan senjata-senjata baru yang dapat digunakan untuk memukul lawan secara efektif di medan peperangan. KetikaLuftwaffe(Angkatan Udara Jerman) mendominasi langit-langit Eropa dengan pesawat pemburu dan pembomnya yang masih menggunakan mesin piston berbaling-baling, ilmuwan dan insinyur-insinyur Jerman mulai membuat rancang bangun sebuah pesawat yang menggunakan teknologi yang sama sekali baru, tidak menggunakan mesin piston baling-baling lagi melainkan menggunakan mesin turbin jet yang akan membuat pesawat mampu melesat lebih cepat.

Sekilas mengenai perkembangan teknologi mesin jet sebagaimana dibahas dalam buku "Messerschmitt ME-262-pesawat tempur hebat yang muncul terlambat" karya Nino Oktorino (PT. Elex Media Komputindo, 2018): Sejarah munculnya pesawat terbang bermesin jet sebenarnya telah dimulai sejak sebelum pecahnya Perang Dunia II. Pada tahun 1930, seorang perwira Angkatan Udara Inggris, Frank Whittle, mematenkan rencana sebuah motor jet. Meneruskan pemikiran Whittle, seorang ilmuwan muda Jerman bernama Dr. Hans-Joachim Pabst von Ohain mengembangkan secara rahasia sebuah mesin turbo jet yang didukung oleh perusahaan Ernst Heinkel.

Mesin Ohain diuji pertama kali pada bulan Juli 1939 di bawah pesawat terbang Heinkel 118 dan satu bulan kemudian pada tanggal 27 Agustus 1939 mesin tersebut digunakan untuk menggerakkan pesawat terbang jet murni pertama di dunia, Heinkel He-178 dalam sebuah demonstrasi terbang di hadapan pejabat Kementrian Udara Reich. Namun demonstrasi uji terbang pesawat uji coba inovatif Heinkel He-178 ini tidak menarik perhatian pejabat Kementerian udara tersebut dan pesawat uji coba tersebut akhirnya dimuseumkan. Beberapa kali percobaan penerbangan pesawat purwarupa dengan mesin jet masih dilakukan oleh pabrikan Heinkel, namun masih belum memuaskan karena masih terkendala dengan masalah teknis

Lebih lanjut dalam buku tersebut dipaparkan pada tanggal 4 Januari 1939, pabrik Messerschmitt yang berlokasi di Augsburg juga menerima perintah dari Kementrian Udara Reich untuk memproduksi sebuah pesawat terbang dengan mesin jet. Sebenarnya rencana pembuatan pesawat terbang yang kemudian menjadi Messerschmitt Me-262 telah ada sebelum perang Dunia II pecah, yaitu pada tahun 1938. Pengembangan yang dilakukan oleh pabrikan Messerchmitt setelahnya benar-benar melampaui semua batasan yang ada di dunia penerbangan pada masa itu.

Akhirnya pada tanggal 18 Juli 1942, sebuah pesawat terbang lepas landas dari lapangan terbang Leipheim dekat Gunzburg. Tampak hal baru dalam desain pesawat tersebut. Pesawatnyatidak menggunakan baling-baling sebagaimana lazimnya sebuah pesawat saat itu. Tampak di bawah kedua sayapnya masing-masing sebuah mesin jet. Pesawat diawaki oleh pilot penguji Fritz Wendel dan bersamaan dengan pesawat tersebut mengudara, lahirlah legenda pesawat pemburu bermesin jet Messerschmitt Me-262 yang mampu melesat hingga lebih dari 800 km/jam, mengungguli kecepatan pesawat-pesawat pemburu pada masa itu, dan mulai saat itu era jet tempur modern pun dimulai.

Demonstrasi terbang Jet tempur Messerschmitt Me-262 di hadapan Adolf Hitler.

Messerschmitt Me-262, pesawat jet pertama beroperasi di medan perang

Keterangan Foto: pesawat jet Messerschmitt Me-262 dalam sebuah penerbangan (sumber foto: warhistoryonline.com, https://www.warhistoryonline.com/world-war-ii/messerschmitt-me262.html)

Dalam buku "Perang Udara di Eropa" karyaDarma Aji (Kompas: 2007), dipaparkan Jenderal Adolf Galland, Panglima Komando buru sergapLuftwaffe(Angkatan Udara Jerman) berjalan meninggalkan landasan dengan senyuman menghiasi wajahnya. Ia baru saja menyelesaikan terbang dengan jet tempur terbaruMesserschmittMe-262 yang mampu melesat lebih dari 800km/jam, lebih cepat sekitar 160 km/jam dari pesawat tempur yang sudah ada. Setelah serangkaian uji coba terbang sejak musim panas 1942, pesawat ini dinilai sudah siap untuk diproduksi massal pada tahun 1943 dan Jenderal Adolf Galland telah memutuskan untuk melakukan apa saja yang diperlukan untuk produksi besar-besaran Jet Me-262.

Lebih lanjut dalam buku tersebut dipaparkan, pada tanggal 26 November 1943 Adolf Hitler menyaksikan demonstrasi terbang jet tempur Messerschmitt Me-262 di Intersburg Prusia Timur. Demonstrasi terbang tersebut sebenarnya sangat mengagumkan, namun ternyata Hitler memiliki ketetapan lain untuk pesawat ini. Alih-alih untuk menjadikan Me-262 sebagai pesawat pemburu murni, Hitler menghendaki agar pesawat ini juga mampu membawa bom yang artinya juga memfungsikan pesawat ini sebagai pesawat pembom.

Menghadapi hal tersebut, PanglimaLuftwaffe (Angkatan Udara Jerman), Hermann Gring tidak bisa berbuat banyak dan langsung menyetujui permintaan Hitler ketika pada bulan Desember 1943 dia menerima telegram dari ajudan udara Hitler yang meminta Me-262 difungsikan juga sebagai bomber untuk operasional di musim semi 1944, apalagi Hermann Gring sudah kehilangan reputasinya di hadapan Hitler setelah kegagalan operasi Luftwaffe dalam peperangan udara di Inggris yang terkenal dengan "The Battle of Britain" (pertempuran Britania Raya) yang terjadi pada tahun 1940 hingga 1941 yang menggagalkan ambisi Hitler untuk menginvasi Inggris. Keputusan tersebut akhirnya memengaruhi terlambatnya waktu operasional pesawat Messerschmitt Me-262 sampai 6 bulan lamanya karena sejumlah modifikasi yang harus dilakukan oleh pabrikan.

Terlambatnya operasional jet tempur Messerschmitt Me- 262 berakibat cukup fatal. Pada tanggal 6 Juni 1944, Panglima tertinggi Sekutu, Jenderal Dwight. D Eisenhower melakukan operasi pendaratan besar-besaran pasukan Sekutu di Pantai Normandia Prancis dengan tujuan untuk mengakhiri perang serta kekejaman dan dominasi Nazi Jerman di daratan Eropa. Semenjak invasi pasukan Sekutu di pantai Normandia tersebut, arah peperangan sudah mulai berubah tidak menguntungkan Jerman. Gerak maju pasukan Sekutu untuk mengakhiri perang sangat signifikan. Pangkalan pijak berhasil didirikan setelah invasi. Kota demi kota yang dikuasai pasukan Jerman berhasil direbut pasukan Sekutu hingga penguasaan Jembatan Remagen di tahap akhir Perang Dunia II yang memberi pasukan Sekutu akses bagi kendaraan untuk menguasai Sungai Rhein dan menuju Berlin. Seandainya jet tempur Messerschmitt Me-262 sudahberoperasi sebelum invasi pasukan Sekutu, mungkin cerita invasi pasukan Sekutu ini akan berbeda.

Jet tempur Messerschmitt Me-262, teknogi canggih yang datang terlambat di medan tempur.

Messerschmitt Me-262, pesawat jet pertama beroperasi di medan perang

Keterangan foto: penampakan pesawat jet Messerschmitt Me-262 di tahun 1945 (sumber foto: warhistoryonline.com, https://www.warhistoryonline.com/world-war-ii/messerschmitt-me262.html)

Ketika jet tempur Messerschmitt Me-262 operasional di medan tempur pada tahun 1944, pilot-pilot Sekutu yang sempat berhadapan langsung dengan pesawat jet ini takjub dengan kecepatannya yang jelas mengungguli kecepatan pesawat-pesawat pemburu pada masa itu yang masih menggunakan mesin piston dengan baling-baling. Meski terbilang teknologi canggih pada masanya, namun kehadirannya di kancah pertempuran Eropa menurut sejumlah analis militer sudah sangat terlambat dan tidak mampu mengubah arah pertempuran yang dapat menguntungkan posisi Jerman di medan tempur.

Ada beberapa hal yang menyebabkan Messerschmitt Me- 262 tidak mampu berbuat banyak di masa operasionalnya pada tahun 1944 dalam menghadapi gempuran pasukan Sekutu:

1. Berdasarkan apa yang dipaparkan dalam buku "Perang Udara di Eropa" karya Darma Aji (Kompas: 2007), pada tahun 1943, Angkatan Udara Amerika Serikat yang saat itu menjadi bagian dari Angkatan Darat mengasah dirinya dalam pertempuran udara di Eropa dengan serangan udara siang hari ke sasaran-sasaran penting di Jerman. Seiring perjalanan waktu pada tahun 1944, AU Amerika memutuskan fokus utama serangan udara adalah Berlin. Armada-armada pesawat bomber jarak jauh seperti B-17 Flying Fortress secara efektif telah melakukan pemboman di kota-kota Jerman untuk memutus rantai logistik, menyerang pabrik-pabrik produksi pesawat dan persenjataan Jerman, dan membom supply-supply bahan bakar untuk industri perang Jerman yang tentu saja sangat berpengaruh pada industri perang Jerman saat itu. Karena pemboman tersebut, produksi Messerschmitt Me-262 ikut terganggu dan jumlah yang berhasil diserahkan kepada pihak Luftwaffe menjadi lebih sedikit dari yang ditargetkan semula, sehingga tidak mampu melakukan operasi dalam skala besar untuk mengubah jalannya peperangan. Masalah masih ditambah dengan beberapa persoalan teknis mesin yang harus segera ditangani oleh tim teknis Me-262.

2. Pada bulan Juni 1944, panglima tertinggi Sekutu, Jenderal Dwight. D Eisenhower melakukan operasi pendaratan besar-besaran pasukan Sekutu di Pantai Normandia Prancis dengan tujuan untuk mengakhiri perang serta kekejaman dan dominasi Nazi Jerman di daratan Eropa. Setelah behasil membuat pangkalan pijak, secara bertahap kota demi kota dan pangkalan demi pangkalan berhasil dikuasai oleh pasukan Sekutu. Terlambat operasionalnya jet tempur Messerschmitt Me-262 dan tidak tercapainya target unit yang telah ditentukan membuatnya tidak mampu beroperasi dalam skala besar untuk menahan laju invasi pasukan Sekutu di daratan Eropa, apalagi langit-langit Eropa mulai dikuasai oleh armada masif pembom sekutu yang dikawal oleh pesawat-pesawat pemburu terbaik mereka.

3. Pihak Sekutu berhasil menemukan kelemahan fatal dari jet tempur Messerschmitt Me-262. Meskipun memiliki kecepatan yang tinggi setelah mengudara, namun jet tempur Messerschmitt Me-262 sangat rentan untuk diserang oleh pesawat pemburu Sekutu ketika akan lepas landas dan mendarat. Sering terjadi di lapangan ketika jet tempur Messerschmitt Me-262 akan lepas landas atau mendarat diserang oleh sekumpulan pesawat pemburu lincah P-51 Mustang milik Amerika yang memang telah menunggu momen itu karena jika telah mengudara kecepatan jet tempur Messerschmitt Me-262 bukanlah tandingan mereka.

4. Kegagalan ofensif terakhir Hitler di Ardennes dalam operasi yang bertajuk Bodenplatte pada awal tahun 1945, dengan tujuan untuk meraih superioritas udara, mengepung dan menghancurkan pasukan Sekutu. Ofensif ini dinilai gagal total karena korban yang sangat besar di pihakLuftwaffemeskipun unsur pendadakan serangan tercapai. Dalam buku "Perang Udara di Eropa" dipaparkan, bagiLuftwaffe, operasi Bodenplatte adalah bencana besar yang menghancurkan tulang punggung armada buru sergap Jerman yang menyebabkan tidak mungkin lagi mereka menerbangkan armada besar untuk menghadapi armada bomber Sekutu. Masa-masa setelahnya, jet tempur Messerschmitt Me-262 dan pesawat-pesawat pemburu Jerman lainnya hanya sesekali mencegat armada bomber Sekutu. Beberapa bisa menjatuhkan bomber-bomber tersebut di angkasa, namun hasilnya sangat tidak signifikan dan pasukan Sekutu telah berhasil menguasai superioritas udara di langit-langit Eropa.

Pembentukan JV-44 Kelompok Buru Sergap di Hari-Hari TerakhirLuftwaffe.

Pada masa akhir perang Dunia II di tahun 1945 dibentuklah kelompok buru sergap jet tempur Messerschmitt Me-262 setingkat skadron yang dikepalai oleh Jenderal Adolf Galland. Adolf Galland memilih nama Jagdverband (kelompok burusergap) 44 untuk kelompok buru sergap ini. Dalam buku "Perang Udara di Eropa" karya Darma Aji (Kompas: 2007) dipaparkan bahwa kelompok buru sergap ini memfungsikan jet Messerschmitt Me-262 sebagai pemburu murni yang dengan senjata yang dibawanya akan menghadang armada pesawat pembom Sekutu. Lebih lanjut dipaparkan pula JV 44 sempat beraksi di kawasan sekitar Stutgart, Ulm, Muenchen, dan sebagian Austria seperti Innsbruck dan Salzburg, namun pangkalan mereka berpindah-pindah karena gerak maju pasukan Sekutu.

Messerschmitt Me-262, pesawat jet pertama beroperasi di medan perang

Keterangan Foto: Sebuah Bomber B-24 Liberator berhasil ditembak jatuh oleh jet tempur Me-262 pada bulan April 1945 (sumber foto: Wikimedia Commons, https://commons.wikimedia.org/wiki/File:B-24_Liberator_shot_down_by_a_Me_262.jpg)

Beberapa kali diketahui bahwa jet Messerschmitt Me-262 berhadapan dengan armada bomber dan pesawat pemburu sekutu. Meskipun beberapa kali mampu menembak jatuh sejumlah pesawat Sekutu pada periode April hingga Mei 1945, namun hasil yang diperoleh tidaklah signifikan karena superiotas udara sudah ada di tangan Sekutu dan Sekutu semakin leluasa melakukan pemboman dengan sejumlah besar armada bomber terhadap kota-kota di Jerman dan pangkalan-pangkalan supply bahan bakar Jerman.

Pada masa-masa akhir Perang Dunia II, secara teknis kekuatan Luftwaffe sudah dihapus dari langit Eropa. Sebagai informasi, pada tahun 1944 setelah jet tempur Messerschmitt Me-262 beroperasi, Inggris sebenarnya juga mengoperasionalkan jet tempur pertama mereka Gloster Meteor,namun menurut beberapa informasi masih kalah dalam hal kecepatan dan persenjataan bila dibandingkan dengan Messerschmitt Me-262 Jerman. Kedua pesawat jet ini tidak pernah bertemu di udara hingga berakhirnya Perang Dunia II. Jerman dan Nazinya menyerah kalah kepada pasukan Sekutu pada bulan Mei 1945.

Demikianlah sekelumit kisah pesawat Jet tempur pertama Messerschmitt Me-262 yangberoperasi di medan Perang Dunia II. Dari sisi militer, kehadirannya di masa akhir perang memang terlambat, namun kehadirannya adalah suatu era baru di mana mesin jet akan terus dikembangkan setelah perang usai, tidak hanya untuk kepentingan militer saja tetapi juga untuk kepentingan sipil. Dalam dunia sipil, pengembangan mesin jet sudah kita rasakan saat ini dengan moda transportasi pesawat udara yang semakin cepat dan semakin nyaman.

Dan yang terpenting semoga sejarah buruk peperangan tidak pernah terulang lagi di masa mendatang dan ke depannya. Semoga perlombaan penguasaan teknologi kedirgantaraan digunakan untuk kemajuan dan kesejahteraan umat manusia.