×
Sign in

Hello There

Sign In to Brilio

Welcome to our Community Page, a place where you can create and share your content with rest of the world

  Connect with Facebook   Connect with Google
Melongok akhir pekan pecatur disabilitas di Sleman, Yogyakarta

0

Olahraga

Melongok akhir pekan pecatur disabilitas di Sleman, Yogyakarta

Di Sleman, Yogyakarta, sebuah rumah belajar berhasil mencetak atlet catur disabilitas berprestasi di Asian Para Games 2018 silam.

Disclaimer

Artikel ini merupakan tulisan pembaca Brilio.net. Penggunaan konten milik pihak lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Silakan klik link ini untuk membaca syarat dan ketentuan creator.brilio.net. Jika keberatan dengan tulisan yang dimuat di Brilio Creator, silakan kontak redaksi melalui e-mail redaksi@brilio.net

Joko Sulistyo

25 / 09 / 2019 11:00

Ada pemandangan tak biasa di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Aksara yang berada di Jalan Kaliurang kilometer 14, Sleman, Yogyakarta, khususnya setiap hari Sabtu. Bangunan yang berdempetan dengan toko besi, kantin, ruang perpustakaan, aula dan rumah kos itu menyisakan satu ruang yang disekat dengan kayu lapis.

Sejumlah pecatur disabilitas mengikuti latihan rutin di Sekolah Catur Mata Aksara, di Sleman, Yogyakarta, belum lama ini. Foto : Joko Sulistyo

Ruangan seluas kamar kos itu tidak dilengkapi pintu, terletak persis di belakang kantin diubah menjadi kelas. Setiap Sabtu, sejumlah penyandang disabilitas ditempa oleh sejumlah pelatih catur. Mereka duduk melingkari meja persegi panjang yang berujung pada sebuah papan peraga catur dengan bidak bermagnet seperti hiasan tempelan kulkas.

Setidaknya, ada 12 orang penyandang disabilitas dari berbagai wilayah di Sleman berkumpul sejak pagi di kelas itu. Mereka menghadapi beberapa papan catur biasa, dan papan catur braile untuk penyandang tunanetra. Seorang mentor menjelaskan berbagai bentuk formasi permainan catur di papan peraga.

Muhammad Nasir, seorang penyandang disabilitas yang juga merupakan atlet catur menyebut, dirinya menjadi bagian dari kelas catur difabel itu sejak beberapa tahun lalu. Atlet yang pernah berlaga di beberapa kejuaraan di bawah bendera National Paralympic Commitee (NPC) Kabupaten Sleman itu tampak serius mengikuti penjelasan mentor yang didatangkan dari Percasi Sleman.

Loading...

"Saya bersyukur ada kelas ini, jadi bisa rutin mempelajari teknik dan dapat informasi kalau ada event," kata Nasir.

Mata Aksara menurut Nasir, tidak memungut biaya untuk para penyandang disabilitas yang ingin mengikuti kelas catur di tempat itu. Meskipun gratis, namun pelatihan yang diberikan secara serius di tempat latihan itu telah beberapa kali menghasilkan juara.

"Ada medali emas, perak, dan perunggu yang berhasil disabet atlet," ujarnya.

Dia berharap, kelas catur akan terus ada sebagai upaya pembibitan atlet dan wadah bagi kaum difabel untuk mengukir prestasi. Selain itu, Nasir mengatakan kelas di Mata Aksara juga menjadi salah satu wujud penyediaan kesempatan setara untuk para penyandang disabilitas dalam kancah olahraga.

Wakil Ketua KPK gemari catur karena istri ngidam.

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang memperhatikan materi kelas catur di Sekolah Catur Mata Aksara, belum lama ini. Foto : Joko Sulistyo

Sementara, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang sempat mengunjungi Mata Aksara dan menjajal keterampilannya bermain catur melawan atlet disabilitas. Saut yang saat itu berkunjung untuk sosialisasi pencegahan korupsi menyempatkan diri mengamati para atlet berlatih.

Setelah beberapa saat ikut mendengarkan materi penyerangan dan pertahanan dalam catur, Saut mencoba beberapa langkah melawan seorang atlet disabilitas. Meski tidak menyelesaikan permainan karena harus mengisi diskusi, Saut berpesan agar para disabilitas tidak kendor dalam berlatih.

"Ini olahraga otak, melatih kekuatan mental juga, saya dukung, pokoknya semangat untuk berprestasi," katanya.

Pada kesempatan itu, Saut mengaku awalnya tidak menyukai catur. Namun ia memiliki kenangan saat istrinya hamil, justru mengidam bermain catur sehingga akhirnya dia menjadi mahir.

Latihan tetap gratis.

Pecatur disabilitas NPC Sleman berlatih tanding di Sekolah Catur Mata Aksara, belum lama ini. Foto : Joko Sulistyo

Di tempat yang sama, pengelola TBM Mata Aksara Nuradi Indrawijaya mengatakan, sejak tahun 2016 rumah baca dan pusat kegiatan belajar yang dikelolanya membuka kelas catur difabel tersebut. Awalnya, dia hanya berniat memberikan kesempatan kepada para penyandang disabilitas untuk berkarya dari menekuni hobi.

"Alhamdulillah, NPC Sleman merespon, jadi malah latihan atlet NPC dipusatkan di sini," kata Nuradi.

Untuk bergabung, atlet hanya harus menjalani seleksi awal. Kemudian setelah lolos, NPC akan meregister atlet tersebut dan diberikan pelatihan rutin di kelas. Hingga saat ini, sudah belasan atlet dengan berbagai jenis handicap dicetak menjadi paralimpian.

Terkini, Gayuh Satrio, berhasil mengukir prestasi di Asian Para Games 2018 lalu dengan medali perunggu. Pecatur yang menyandang tunarungu-wicara itu berhasil mengungguli lawan-lawan kuat seperti dari Iran, Kazakhstan dan India di nomor klasik beregu.

"Untuk mengasah teknik dan mental, kami sering mengadakan latih tanding secara internal," tutur Nuradi.

Sebagai pengelola rumah belajar, Nuradi kemudian memasukkan kelas catur itu ke dalam kurikulum kegiatan Mata Aksara. Selain pembiayaan Mata Aksara, dia mengaku mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Sleman dan Percasi Sleman.

"Harapannya muncul bibit-bibit paralimpian dari tempat ini. Mereka, jika diberi kesempatan dan dipersiapkan, saya yakin akan mampu mengharumkan nama bangsa," pungkas Nuradi.

Source





Pilih Reaksi Kamu
  • Senang

    0%

  • Ngakak!

    0%

  • Wow!

    0%

  • Sedih

    0%

  • Marah

    0%

  • Love

    0%

Loading...

RECOMMENDED VIDEO

Wave white

Subscribe ke akun YouTube Brilio untuk tetap ter-update dengan konten kegemaran Milenial lainnya

-->
MORE
Wave red