Masyarakat Peduli Lima Januari (Mapelija) mengadakan syukuran atas 201 tahun berdirinya Kabupaten Kuningan di Pasapen Kuningan pada Minggu, 5 Januari 2020. Acara tersebut dihadiri oleh para seniman, budayawan, pelajar, mahasiswa, komunitas Kelana Buana, Ampas, Lanthera, Sundawani Wirabuana, Senkom, Pencinta Sejarah Talaga, Pecinta Bilah Indonesia, Forum Pisau Indonesia, Komunitas Bedog Cepot, juga hadir aktivis peduli sejarah dari Bali I Made Wijaya, tokoh dari Cirebon Pangeran Tursina, dan Budayawan Bandung Abah Purbawisesa.

Syukuran Hari Jadi Kabupaten Kuningan diwarnai dengan atraksi debus dan silaturahmi Mapelija, serta obrolan tentang bukti sejarah Hari Jadi Kabupaten Kuningan, 5 Januari. Salah satu Mapelija, Deri Akbar berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan hadir dalam acara tersebut.

"Saya berterima kasih kepada semua yang telah hadir dan mendukung syukuran 201 tahun Hari Jadi Kabupaten Kuningan. Semoga silaturahmi ini membawa berkah dan selalu terjaga demi Kabupaten Kuningan yang kita Cintai," ujar Deri.

Deri menekankan apa pun produknya, baik itu kolonial ataupun lokal semuanya bisa menambah khazanah yang menghiasi perjalanan sejarah Tanah Air."Alhamdulillah makin banyak orang yang peduli, makin tersosialisasi bahwa acara 5 Januari adalah hari terbentuknya kesatuan wilayah Kabupaten Kuningan," lanjut Deri.

Masyarakat Peduli Lima Januari (Mapelija) berawal dari penelitian yang dilakukan oleh anak muda pituin Kuningan, yakni Tendi atas dasar keinginan untuk memberi pandangan sejarah yang ilmiah dan berdasarkan data serta fakta agar kita tidak diperbudak oleh dasar data yang asal-asalan. Tendi, Alumni ILC Program Victoria University of Wellington, penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud untuk program Doktoral Universitas Indonesia menulis pun buku sejarah yang berjudul 5 Januari, Hari Jadi Kabupaten Kuningan: Kumpulan Artikel Sejarah Kuningandan Sejarah Hari Jadi Kuningan.

Tendi menjelaskan bahwa sebagai putra asli Kuningan, setidaknya pernah berbuat meskipun sedikit untuk Kuningan. Dalam konteks ini karena dirinya adalah seorang akademisi yang bergerak dalam bidang sejarah dan budaya, maka ia baru bisa memberikan pandangan-pandangan baru dalam tulisan sejarah Kuningan.

"Niat saya menulis itu, sedari awal adalah memberi sumbangsih terhadap perkembangan Kuningan itu sendiri. Karena bagaimanapun, Kuningan itu adalah kabupaten yang kaya akan sejarah dan budaya. Namun sayangnya, geliat pengkajian dan perkembangan mengenai literasi dan studi sejarah dan budaya di daerah ini begitu minim. Malah di tengah kekosongan itu, muncul pihak-pihak yang justru membuat wawasan historis kita semakin kabur," ujar Dosen Ilmu Sejarah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini.

Sebagai seorang akademisi yang berkutat di bidang sejarah, Tendi yakin sekali bahwa 5 Januari 1819 adalah momentum yang paling pas untuk itu."Bukti-bukti sejarah yang saya temukan amat meyakinkan saya akan hal tersebut," tegas Tendi. (Beng)