Maemunah, istri seorang penulis legendaris Pramoedya Ananta Toer berasal dari keluarga kaya. Maemunah adalah keponakan pahlawan nasional, Muhamammad Husni Thamrin.

Ketika Maemunah menikah dengan Pramoedya Ananta Toer, Maemunah diboyong ke rumah kontrakan di Utan Kayu. Demi cintanya pada Pramoedya Ananta Toer, Maemunah rela menjalani kehidupan yang berbanding terbalik, 360 derajat dari kehidupan sebelumnya.

Maemunah, wanita penakluk hati Pramoedya Ananta Toer

Pernikahan Pramoedya Ananta Toer dan Maemunah (Foto by : CNN Indonesia)

Di rumah kontrakan itu, Pramoedya Ananta Toer, biasa bekerja di ruang depan, menghadap ke halaman. Di halaman itu terdapat sumur umum, tempat warga sekitar mandi dan mencuci.

Maemunah dikenal sebagai wanita yang tangguh karena mau mengerti dan tabah dalam menghadapi hidup dalam kesulitan bersama Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya Ananta Toer boleh jadi dikenal sebagai sastrawan hebat yang berkali-kali dinominasikan sebagai peraih Nobel sastra, tetralogi Pulau Burunya laku dan dicari banyak orang. Tetapi awal-awal kehidupan penulisnya kondisi tak lebih baik dari anak jalanan. Miskin dan sakit-sakitan.

Maemunah, wanita penakluk hati Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer saat keluar dari Pulau Buru, disambut Maemunah dengan hangat dan mesra (Foto by CNN Indonesia)

Kehidupan Pramoedya Ananta Toer yang keras dan susah ini, digambarkan dari karyanya Cerita Dari Blora dan Bukan Pasar Malam. Sehingga bolehlah kiranya bahwa kerasnya pendirian Pram, begitu biasa Pramoedya Ananta Toer disapa, dalam hidup, ditempa oleh pengalamannya semasa muda. Yang mungkin oleh Istri pertamanya salah ditafsir dan dimaknai sebagai hidup yang tak berguna dan sengsara.

Dalam banyak kesempatan Pramoedya Ananta Toer menggambarkan istri pertamanya dengan kurang baik. Seperti merongrong suaminya karena kurang keras bekerja atau dalam Bukan Pasar Malam mata yang dulu bagus dan yang kini tak menarik hatiku lagi itu. Tetapi setelah berpisah dengan istri pertamanya, Pramoedya Ananta Toer menemukan tambatan hatinya. Maemunah, seorang wanita berhati lembut yang menemani Pramoedya Ananta Toer hingga akhir hayatnya.

Awal pertemuan Pramoedya Ananta Toer dengan Maemunah. Saat itu Maemunah menjaga stand buku Toko Gunung Agung. Dalam sebuah fragmen Pram berkata

Pertemuan dan perkenalan dengan ibumu membikin semangat hidupku bangkit kembali. Dengan dia aku akan hidup.

Sebelumnya Pramoedya Ananta Toer yakin bahwa ia akan mati sebelum umur 30, namun kini ia menemukan bara kehidupan baru. Seakan hidup Pramoedya Ananta Toer yang kedua dimulai pada saat ia bertemu dengan Maemunah.

Saat berkenalan dengan Maemunah ternyata Pramoedya Ananta Toer tidak mengetahui perihal siapakah Hadji Abdulah Thamrin, Ayahanda Maemunah yang juga saudara dari M.H Thamrin itu. Apalagi perihal kekayaan Ayahanda Maemunah yang banyak memiliki rumah di Jakarta saat itu. Maemunah pun tampaknya tidak begitu peduli dengan materi, karena dengan Pramoedya Ananta Toer, ia tidak berbagi cerita tentang kekayaannya. Barangkali itu pula yang membuat Pramoedya Ananta Toer jadi kasmaran.


Pramoedya Ananta Toer menggambarkan perasaannya pada Maemunah Seakan-akan mereka berdua bertemu sebagai orang yang tak punya sangkut paut dengan apapun. Hubungan yang terjalin diantara keduanya polos, tanpa sesuatu syarat, suatu hubungan yang sederhana, indah tanpa pretensi.

Maemunah, wanita penakluk hati Pramoedya Ananta Toer

Maemunah menemani Pramoedya Ananta Toer hingga akhir hayatnya dalam suka maupun duka (Foto by CNN Indonesia)