Semua orang dapat menjadi seorang entrepreneur. Entrepreneur tidak mengenal etnis atau ras, entrepreneur tidak mengenal status sosial, entrepreneur tidak mengenal latar belakang pendidikan,tidak mengenal batasan umur karena mulai dari remaja, dewasa, sampai orang tua bisa menjadi seorang entrepreneur, yang terpenting entrepreneur tidak mengenal keterbatasan yang dimilki orang lain.

Menjadi penyandang disabilitas atau orang dalam keterbatasan memang tidak mudah. Banyak hal yang tidak bisa diterima di dalam lingkungan. Mulai dari hal pertemanan hingga pekerjaan karena adanya perbedaan secara fisik. Namun, keterbatasan tidak dapat memungkiri seseorang untuk mempunyai tekad yang besar agar bisa menghasilkan uang secara mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain.

Secara sederhana arti dari entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Anwar, 2018). Menjadi seorang entrepreneur bukanlah hal yang mudah, semuanya butuh perjuangan yang besar dan penuh lika-liku. Kegagalan juga menjadi teman setia dalam perjalanan menuju seorang entrepreneur. Tetapi kalau kita percaya diri akan kemampuan kita, seiring berjalannya waktu dan segala usaha yang sudah kita lakukan, kita akan semakin dekat dengan kesuksesan.

Individu yang sudah pernah membangun bisnis kecil-kecilan dan sudah pernah dalam suatu bagian dalam organiasasi biasanya akan lebih mudah membangun bisnis karena sudah mempunyai pengalaman sebelumnya (Baron, Baum & Frese, 2007). Namun hal itu bukan berarti individu yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya tidak bisa menjadi seorang entrepreneur karena Mustaqim (dalam Rahayu & Sari, 2019) menyatakan bahwa hal terpenting dalam menjadi entrepreneur adalah keyakinan diri. Keyakinan diri merupakan kepercayaan bahwa seorang individu mampu dan bisa untuk melakukan sesuatu. Keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi kepercayaan diri, kepercayaan diri akan berkembang berangsur-angsur secara terus menerus seiring meningkatnya kemampuan dan bertambahnya pengalaman-pengalaman yang berkaitan (Bandura & Schunk, dalam Rahayu & Sari, 2019).

Seperti yang dialami oleh Ikhsan Sirait. Seorang bapak 57 tahun asal Malaysia, punya tubuh pendek alias kerdil sering kali membuat seseorang dipandang sebelah mata. Ikhsan memulai usahanya sebagai penjual makanan kaki lima sejak 30 tahun lalu. Saat itu dia berjualan burger seharga RM1 atau sekitar 3.000 rupiah di sebuah pasar malam. Setelah beberapa lama, dia beralih menjual kebab dengan nama Wak Ikhsan Kebab karena lebih efisien dan memberinya pendapatan lebih banyak. Kedai kebab miliknya sudah tersebar di area sekitar universitas dan beberapa tempat umum.

Bagi Ikhsan, tubuhnya yang kecil justru membuat orang-orang mudah mengenalinya. Sehari-hari, pria yang biasa dipanggil Wak ini dibantu oleh dua istri dan kelima orang anaknya. Pendapatan mereka tidak tanggung-tanggung, mencapai RM8 ribu atau sekitar 27.000.000 per hari. Saking besarnya usaha Ikhsan, dia memiliki limafood trucksyang penghasilannya mencapai RM20 ribu atau sekitar 68.000.000 rupiah per bulan (Supriyanto, 2018).

Keterbatasan tidak dapat menghalangi siapapun untuk berkreasi atas hal yang mereka sukai. Keterbatasan juga tidak dapat menghambat kita dalam berusaha menjadi seorang entrepreneur yang sukses karena semua orang berhak dan untuk menjadi seorang entrepreneur. Kepercayaan diri juga menjadi salah satu hal penting untuk menjadi seorang entrepreneurkarena hal apapun yang kita lakukan dengan keyakinan dari diri kita sendiri, akan menghasilkan hasil yang baik juga.