Sinetron atau drama merupakan salah satu bagian dari opera sabun. Opera sabun adalah serial drama radio atau televisi yang alurnya berbelit-belit, sarat dengan lakon yang sentimental, mendebarkan, dan mengharukan. Ketika menonton sinetron atau drama (India, Korea, dll), barangkali kita ikut terbawa emosi para pemain. Misalnya ikut sedih, menangis, kecewa, bahkan kita ikut marah-marah di depan televisi.

Hal yang menarik lain dari opera sabun adalah episodenya dan bagaimana pembuat menampilkan cerita yang mampu mengaduk-aduk emosi penonton, misalnya dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang sampai banyak episode, atau serial India Jodha Akbar yang juga memiliki episode yang banyak dan beberapa kali menempati rating tertinggi.

Hal itu menunjukkan bahwa penonton sangat tertarik dengan opera sabun tersebut. Walaupun sifatnya klise, sebab cerita yang ditampilkan sesuai dengan skema yang diinginkan dan diharapkan oleh penonton. Kecenderungan penonton kita sudah terbiasa dengan skema-skema seperti cerita yang happy ending; kisah seorang remaja yang jatuh cinta dan memperjuangkan cintanya serta harus menghadapi berbagai rintangan tapi di akhir bisa bersama. Atau kisah orang tua dan anak yang berpisah kemudian bersatu kembali, kisah orang jahat yang di akhir cerita di azab, dan banyak lainnya.


Skema menurut Carrol (2008) dalam bukunya Psychology of Language, adalah sebuah struktur dalam memori semantik yang merinci susunan yang umum atau susunan yang diharapkan dalam sebuah informasi. Skema biasanya diasosiasikan dengan hal yang berkaitan dengan cerita (Barlet :1932 dalam Carrol). Barlet mencoba menunjukkan bahwa mengingat bukanlah hal yang berkaitan dengan hafalan saja atau proses reproduksi tetapi lebih kepada proses memahami inti suatu cerita/kegiatan secara keseluruhan dan mencoba merekonstruksi hal-hal yang detail dari kesan yang didapatkan.

Jadi, ketika menonton opera sabun, detail itu tidak terlalu penting, karena detail bisa di recall (diingat kembali) ketika penonton sudah mendapat kesan yang menarik dari tontonan tersebut. Yang penting adalah pemahaman secara komprehensif yang didapatkan penonton ketika menonton opera sabun tersebut. Menurut hasil penelitian Barlet, komprehensi dan memori akan lemah ketika kita tidak memiliki skema yang berkorespondensi dengan cerita. Sebab, hampir tidak masuk akal untuk melihat signifikansi dari kejadian-kejadian yang diceritakan.

Singkatnya, tidak cukup hanya memiliki skema yang ada di dalam memori, tapi kita juga harus mengaktifkannya pada waktu yang tepat. Itulah kenapa sebuah cerita bisa menarik biasanya sesuai dengan skema yang dimiliki dan diharapkan oleh penonton. Hal ini sependapat dengan Barlett tentang story grammar, yaitu sebuah skema di dalam memori semantik yang mengidentifikasi susunan kejadian yang biasa atau yang diharapkan di dalam sebuah cerita. Secara umum, story grammar melihat cerita sebagai satu kesatuan yang terdiri dari setting dan satu atau lebih episode.

Kenapa orang suka nonton sinetron dengan jumlah episode panjang?

Beberapa sumber menyebutkan bahwa episode memegang peranan penting terkait memori kita tentang suatu cerita. Itulah kenapa biasanya setiap episode cerita, kita selalu dibuat penasaran tentang episode-episode selanjutnya. Tujuannya juga untuk memudahkan kita me-recall memori pada episode tersebut karena rasa penasaran membuat kita semakin mengingat tentang episode sebelumnya. Alhasil ketika episode selanjutnya tiba, kita bisa memahami cerita secara komprehensif. Selain itu, adanya perbedaan skema bisa membuat perbedaan tingkat menarik tidaknya sebuah cerita. Satu tontonan bisa menarik menurut orang lain, tapi belum tentu menarik buat yang lainnya.