Banyaknya pemberitaan mengenai pindah Ibu kota Indonesia sering kamu dengar, bukan? Lalu kenapa harus pindah? Untuk tahu lebih jelasnya, ini dia 5 alasan kenapa ibu kota negara harus pindah.

1. Peningkatan jumlah penduduk.

Inilah 5 alasan kenapa ibu kota negara harus dipindahkan

Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Mayoritas lebih dari 57% dari total 264 juta penduduk Indonesia berkumpul di Pulau Jawa. Jakarta menjadi salah satu kota terpadat di Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia dan sebagai salah satu destinasi pendatang dalam mencari pekerjaan.

Tidak heran jumlah pendatang yang menjadi penduduk tetap di Jakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di tahun 2015 saja tercatat terdapat 3.647.329 pendatang jadi penduduk tetap di Jakarta. Sehingga tidak heran lagi kalau Jakarta merupakan salah satu kota terpadat di Indonesia.

2. Peningkatan jumlah kendaraan.

Inilah 5 alasan kenapa ibu kota negara harus dipindahkan

Ketika kamu memasuki Jakarta mungkin gak heran lagi jika terjadi kemacetan di mana-mana. Peningkatan jumlah kendaraan yang tidak dibarengi dengan peningkatan pembangunan jalan turut berkontribusi menambah kemacetan. Setiap tahunnya jumlah kendaraan di Jakarta meningkat sebesar 1 juta unit/tahun. Dilansir dari DetikOto,Jakarta berada di urutan keempat sebagai kota termacet di dunia. Diperkirakan jika kamu mengemudi di jam sibuk, maka 63 jam waktumu terbuang sia-sia karena macet loh!

3. Rawan gempa.

Inilah 5 alasan kenapa ibu kota negara harus dipindahkan

Alasan selanjutnya kenapa harus pindah ibu kota salah satunya karena Pulau Jawa rawan akan gempa. Dilansir dari berita Kompas, sebagian besar di Pulau Jawa, termasuk Jakarta rawan akan gempa. Baru-baru ini terdapat sesar aktif yang dapat memicu gempa ditemukan di Jakarta.

4. Rawan banjir.

Inilah 5 alasan kenapa ibu kota negara harus dipindahkan

Setiap memasuki musim penghujan, Jakarta selalu mengalami banjir. Dilansir dari berita viva.co.id, setiap tahun Pemerintah DKI Jakarta menggelontorkan dana ratusan miliar untuk menganggulanginya. Selain itu, menurut Ketua Komisi Dewan Perwakilan Daerah DKI Jakarta, Berlin Hutajulu, di samping penanganan banjir yang belum optimal, juga disebabkan karena kondisi topografi wilayah ibu kota yang 40 % berada di bawah permukaan laut.

Tidak hanya itu, berkurangnya ruang terbuka hijau di daerah hulu akibat pesatnya perubahan tata guna lahan dapat menambah kecepatan aliran air ke Jakarta. Perilaku masyarakat yang kurang sadar akan bahaya membuang sampah di sungai juga memicu penyebab banjir di Ibu kota. Tidak hanya itu, tiap tahunnya terjadi penurunan permukaan tanah di Jakarta hingga lebih 0.5 meter. Masalah-masalah tersebutlah yang memicu masalah banjir yang belum dapat terselesaikan.

5. Pemerataan pembangunan.

Pemerintah mencanangkan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia atau Indonesia centris. Sehingga tidak ada anggapan lagi kalau pembangunan hanya dipusatkan di Pulau Jawa.