Setiap tanggal 31 Oktober, bangsa-bangsa di dunia khususnya Eropa dan Amerika Serikat merayakan Halloween. Halloween sendiri lahir dari kepercayaan bangsa Celtic yang memercayai bahwa akhir Oktober merupakan hari bangkitnya roh-roh yang telah meninggal dan terbukanya pembatas antara dunia manusia dan dunia roh jahat yang akan merusak panen serta menganggu kehidupan manusia.Dengan kepercayaan tersebut, orang-orang Celtic dan beberapa bangsa lain menggunakan kostum layaknya hantu untuk menyatakan perdamaian dengan para roh jahat.

Tiap negara, termasuk Indonesia memiliki cerita-cerita tersendiri tentang hantu. Berikut adalah hantu-hantu luar negeri yang setidaknya memiliki nasib yang lebih beruntung daripada hantu-hantu asal Indonesia.

1. Drakula.

Count Drakula sesungguhnya merupakan tokoh dalam novel karangan Bram Stoker yang mengadaptasi dari vampir yang punya kebiasaan menghisap darah manusia. Selain terinspirasi vampir, beberapa teori mengatakan bahwa tokoh Count Dracula yang merupakan bangsawan, terinspirasi dari sosok nyata Vlad the Impaler, bangsawan asal Transylvania, Romania yang hidup pada abad 15. Vlad menurut para sejarawan diketahui memiliki kekuasaan yang cukup besar saat itu dan suka menghisap darah lawan-lawan yang berhasil ditangkap.

Dengan statusnya yang merupakan bangsawan dan hidup di kastil yang mewah serta memiliki kekuasaan, drakula dapat dikatakan lebih beruntung daripada kuntilanak yang semasa hidup kehilangan anaknya atau tuyul yang bisa dibilang sangat miskin karena terus-terusan mencuri uang.

2. Werewolf.

Werewolf atau manusia serigala merupakan legenda asal Eropa yang menceritakan manusia yang ketika malam bulan purnama akan berubah menjadi manusia setengah serigala. Pada umumnya, manusia serigala memiliki sifat yang buas, jahat, dan selalu haus darah, baik darah manusia maupundarah hewan. Konon, dalam cerita yang ada dikisahkan bahwa ketika manusia biasa terkena cakaran atau gigitan dari manusia serigala, mereka akan berubah menjadi manusia serigala juga dan bersama-sama mencari mangsa yang baru.

Melihat kisah manusia serigala, kita dapat menyimpulkan manusia serigala memiliki nasib yang cukup baik ketimbang hantu Indonesia seperti pocong, genderuwo, atau kuntilanak. Alih-alih dijauhi manusia karena ketakutan, manusia serigala cukup menggigit atau mencakar manusia biasa dan bisa mendapatkan teman berburu.

3. Incubus dan Succubus.

Incubus dan Succubus adalah dua sosok iblis yang memiliki kebiasaan menggoda manusia melalui seks. Incubus adalah sosok iblis laki-laki yang senang meniduri atau berhubungan intim dengan wanita dan Succubus adalah sosok wanita yang senang tidur atau berhubungan intim dengan pria.

Di Indonesia kita sering mendengar wanita yang diperkosa dan bahkan dihamili oleh genderuwo. Menurut paranormal atau orang dengan kemampuan khusus, genderuwo tampak memiliki tubuh yang besar, mata merah, dan sekujur tubunya dipenuhi bulu warna hitam.

Berbeda dengan sosok genderuwo yang cenderung menyeramkan, Incubus merupakan pria yang memiliki tubuh kekar yang ideal dan terkadang digambarkan memiliki sayap seperti kelelawar dengan warna kulit dan rambut yang agak kemerahan. Sama seperti partnernya, Succubus merupakan wanita dengan tubuh yang seksi, kulit yang mengkilap, dan rambut panjang.

4. Mumi.

Mumi dalam perayaan Halloween digambarkan hantu sebagai mayat hidup yang tubuhnya dibalut dengan kain. Mumi dalam kebudayaan Mesir Kuno merupakan cara pengawetan mayat para raja-raja terdahulu yang telah meninggal. Setelah melewati serangkain proses ritual termasuk pemberian palm wine sebagai larutan pengawet, tubuh raja atau orang yang telah meninggal dibungkus kain dan diletakkan dalam peti yang sebelumnya telah diisi perhiasan dan berlian. Pemberian perhiasan dan berlian ini bukan sekadar hiasan, namun merupakan anggapan bahwa harta akan dibawa setelah seseorang meninggal. Dengan kondisi pemakaman mumi yang demikian sakral dan mewah, menunjukkan kalau mumi meskipun bergentayangan nasibnya lebih baik daripada kuntilanak yang harus merasakan pahitnya kehilangan anak hingga meninggal dan kesusahan mencari-cari anaknya.