Penyebaran hoax atau berita palsu di dunia maya telah menjadi bisnis tersendiri. Ada ketersediaan dan ada permintaan di bisnis yang bisa menjerumuskan warga dalam sebuah kebohongan. Bahkan, bisa memecah belah bangsa.

Hoax atau berita bohong merupakan salah satu informasi yang direkayasa untuk dapat menutupi berita yang sebenarnya atau melebih-lebihkan informasi yang bisa diartikan untuk memutarbalikkan fakta melalui proses pembacaaan dengan informasi yang menyakinkan orang lain. Terkadang tindakan adanya berita hoax dapat mengacaukan informasi yang benar dengan cara menyebarkan ke suatu media dengan pesan yang salah.

Terutama maraknya era digital semakin merajalela di media sosial seperti Instagram, Twitter, dan lain sebagainya. Masyarakat juga harus lebih cermat dalam mencerna informasi agar tidak mudah terhasut dan ikut menyebarkanhoax. Kondisi ini harus segera diantisipasi, bahkan kalau bisa dihentikan.

Beredarnya berita hoax pada kasus yang menjaring sindikat penebar berita SARA yang bernama Saracen. Kelompok ini menyediakan 'jasa' dalam memproduksi dan menyebarkan konten hoax dalam konteks SARA di media sosial.

"Seperti di grup Facebook saracencyberteam hasil pantauan penyidik posisi member yang tadi ada sekitar 800 ribumember,kemarin dilakukan update sudah banyak yang meninggalkan Facebook tersebut," kata Awi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (25/8).

Diketahui, selain beraksi di media sosial seperti Facebook, Saracen juga memiliki sebuah situs 'berita' dengan alamat saracennews(dot)com. Situs ini tampil sederhana dan dirancang untuk terlihat meyakinkan seperti situs berita kebanyakan.

Namun, pola yang dimainkan saat ini hampir sama. Para penyebar tersebut juga bermain dengan mengumpan kabar negatif tentang agama ke kelompok agama lainnya. Begitu pula, kabar negatif satu calon kepala daerah disebarkan di kelompok yang berseberangan. Dengan cara seperti itu akan didapatkan respons yang lebih cepat dan tersebar. Dan berikut ini adalah beberapa fakta tentang kelompok mengerikan tersebut.

Kelompok dengan nama Saracen tersebut ternyata serius dengan misinya. Mereka sudah beraksi sejak tahun 2015 dan memiliki ribuan akun. Ketua Saracen berinisial JAS yang merupakan otak dari kejahatan Siber tersebut juga memiliki kemampuan luar biasa, yaitu'menyembuhkan' akun anggotanya yang diblokir. Sementara itu, anggota lain berperan untuk memproduksi konten dan juga menyebar luaskan konten ujaran berbau SARA melalui sejumlah media sosial. Ia juga rajin mengunggah foto atau meme bernuansa kebencian di akun sosial media pribadi miliknya.

1. Menyebarkan hoax dan SARA merupakan bisnis bagi mereka.

Yang dilakukan oleh kelompok Saracen ini sungguh di luar bayangan. Mereka berbisnis dengan cara menyebarkan kebencian di sosial media. Biasanya, sebelum melakukan bisnis, mereka juga membuat proposal yang ditujukan untuk para politikus yang membutuhkan pengalihan isu politik. Proposal yang mereka ajukan juga terperinci, seperti menyebarkan isu hingga membuatnya menjadi viral.

2. Kelompok yang sangat profesional.

Para anggota Saracen memang dikenal luar biasa cerdas. Mereka bisa dengan mudah membaca suasana. Bahkan, mereka bisa menggabungkan isu yang tengah beredar dengan hoaks. Karena hal itu pula, apapun yang disebarkan oleh Saracen di sosial media bisa membuat orang kebingungan hingga menjadi viral. Dan yang perlu kita tahu, berkat campur tangan Saracen juga kasus mantan Gubernur Basuki Tjahaya Purnama bisa meledak hingga seluruh Indonesia. Polisi juga memastikan jika polemik yang terjadi perihal Ahok beberapa saat lalu merupakan permintaan klien.

3. Menghasilkan ratusan juta rupiah.

Untuk melancarkan bisnis, mereka juga membuat ribuan akun di dunia maya. Semua memang spesial ditujukan untuk SARA. Misalnya saja 2000 akun ia gunakan untuk menjelek-jelekkan Islam, maka 2000 akun lainnya ia gunakan untuk menjelek-jelekkan Kristen. Untuk satu misi, biasanya kelompok tersebut juga mematok harga yang lumayan tinggi. Maklum, para klien mereka juga orang-orang penting di dunia politik. Harganya sendiri bisa mulai dari Rp75 juta hingga Rp100 juta.

Dengan tertangkapnya para komplotan Saracen bisa membuka wawasan kita untuk lebih berhati-hati dalam mencerna postingan atau berita yang ada di media sosial. Terlebih, jika postingan tersebut berhubungan dengan kebencian atau SARA.

Pada dasarnya hoax sama sekali tidak sesuai dengan fakta atau peristiwa, namun kebenaran juga dapat menjadi hoax saat keterangan yang berlebihan atau bahkan tidak relevan (tidak sesuai fakta) sehingga menghilangkan kebenaran.

Meningkatnya pengguna teknologi sebagai penyebab utama dari banyaknya berita hoax yang tidak memiliki etika dan moral dalam memanfaatkan perkembangan teknologi. Ketika ada konten yang mungkin hoax dan telah viral dijadikan sebagai bahan berita maka menjadi kewajiban jurnalis untuk mengatakan kebenarannya. Perbuatan yang bermoral sebagai seorang profesional harus didasarkan atas permintaan hati nurani, dan bukan memanfaatkan situai serta kondisi untuk mencari sensasi atau materi (keuntungan), melainkan demi mewujudkan nilai kebenaran itu sendiri.