Dalam sebuah negara atau kerajaan, unsur keadilan sangat penting guna untuk menciptakan rasa aman bagi seluruh rakyatnya. Bagi seorang pemimpin, menghukum rakyat yang bersalah tentu bukan hal yang baru lagi, dan pasti sudah sering dilakukan oleh banyak pemimpin di dunia ini. Namun bagaimana jika yang bersalah itu adalah anak atau keturunannya sendiri. Tentu hal ini menjadi sebuah pilihan yang sulit, sebab ia harus menimbang antara kewajiban dengan naluri sebagai orangtua.

Seperti beberapa pemimpin berikut ini. Yang mana demi keadilan, mereka bahkan mau mengeksekusi anaknya sendiri. Patut dicontoh oleh seluruh pemimpin negara di dunia ini, termasuk Indonesia. Tentu semuanya harus sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut. Dikutip dari berbagai sumber, Jumat (30/11), berikut merupakan beberapa Raja dan Ratu yang mau mengeksekusi anaknya sendiri demi keadilan.

1. Raja Yeongjo

Demi keadilan, 4 Raja ini mau mengeksekusi anaknya sendiri

https://en.wikipedia.org

Raja Yeongjo merupakan seorang Raja yang berkuasa di kerajaan Korea. Ia adalah pria yang keras dan juga tegas. Salah satu putranya, pangeran Sado, tumbuh menjadi seorang pemuda yang nakal dan sering membuat onar. Bahkan raja sendiri sulit untuk menasehati putranya tersebut. Dalam beberapa catatan kejahatan, pangeran Sado pernah menahan kepala seorang kasim yang telah ia bunuh serta menyerang dan memperkosa banyak dayang. Karena tidak disayangi dan dikecam oleh ayahnya, pangeran Sado menjadi lebih gila. Akhirnya gelar pangeran mahkotanya pun dilepas. Ia dihukum dengan cara dimasukkan ke dalam kotak beras yang terbuat dari kayu yang sempit. Selama delapan hari, ia meminta ampunan namun raja tak mempedulikannya. Hingga akhirnya pangeran Sado mati kelaparan, padahal usianya baru 27 tahun.

2. Philip II dari Spanyol

Demi keadilan, 4 Raja ini mau mengeksekusi anaknya sendiri

https://commons.wikimedia.org

Maria Manuela dari Portugal, istri Philip II dari Spanyol, meninggal setelah melahirkan calon putra mahkota, Don Carlos. Anak tersebut memiliki satu kaki yang lebih pendek dan bahu dengan tinggi yang berbeda. Sayangnya, ia juga memiliki kekurangan mental. Carlos pernah menunggang kuda hingga kuda tersebut mati, ia juga pernah memukuli gadis kecil yang tak bersalah. Meskipun ia adalah putra mahkota, namun sangat jelas bahwa Don Carlos tidak cocok untuk menjadi raja. Terlebih karena tindakannya yang sering menyiksa orang dan binatang. Pada tahun 1568, Don Carlos dinyatakan meninggal. Dikabarkan ia telah diracuni oleh ayahnya sendiri.

3. Abbas I dari Persia

Demi keadilan, 4 Raja ini mau mengeksekusi anaknya sendiri

https://commons.wikimedia.org

Abbas I dianggap sebagai penguasa terbesar dari dinasti Safawi, salah satu dinasti yang paling berkuasa di Iran. Ia merupakan seorang militer yang jenius dengan menyelamatkan negaranya dari jurang kehancuran, membangun kota yang makmur, dan menyambut orang kristen ke negaranya. Dengan rendah hati ia mau belajar dari orang-orang negara asing, terutama orang Eropa. Salah satu istrinya yang beragama kristen, melahirkan calon putra mahkota untuk menggantikannya memimpin dinasti Safawi, Mohammad Baqer Mirza. Sayangnya, Mohammad tertangkap basah dalam salah satu intrik pengadilan dan bersekongkol dengan kelompok Sirkasia. Abbas I terpaksa membunuh Mohammad dan menyerahkan tahta itu kepada cucunya.

4. Kaisar Konstantinus

Demi keadilan, 4 Raja ini mau mengeksekusi anaknya sendiri

https://commons.wikimedia.org

Kaisar Konstantinus mengubah Kekaisaran Romawi menjadi kristen. Ia menjalani sebagian besar hidupnya sebagai seorang penyembah berhala dewa-dewa Romawi dan berpindah ke agama yang dulu ia dibenci, yakni kristen. Konstantinus mempunyai putra mahkota yang bernama Krispus. Ia sangat dicintai oleh prajuritnya, menjadi pemimpin dalam operasi militer dan menang melawan kaum Frank dan Alamanni.

Semua itu membuat ayahnya, Konstantinus, bangga dengan prestasi yang diraihnya. Namun, istri kedua Konstantinus, Fausta, menuduh Krispus mencoba merayunya. Akhirnya Konstantinus membunuh Krispus demi keadilan bagi Fausta. Sayangnya, Konstantinus baru mengetahui bahwa tuduhan itu salah setelah ia membunuh Krispus.