Bagi sebagian besar individu memiliki kebutuhan untuk saling berbagi perasaan yang dalam dengan orang lain atau yang lebih populer kita kenal dengan perasaan cinta menjadi hal yang lazim. Hal itu terbukti dari hasil gagasan seorang tokoh yang peduli terhadap sikap dan perilaku manusia yang bernama Abraham Maslow (1967). Ia mengemukakan gagasannya bahwa tujuan manusia saling berinteraksi satu sama lain adalah untuk memenuhi kebutuhan saling memiliki.

Tujuan utama dari kebutuhan saling memiliki satu sama lain adalah untuk menikmati kehidupan, diterima, dan diakui oleh orang lain dalam suatu lingkungan atau hubungan sosial. Salah satu hubungan sosial yang sering kita temui adalah hubungan romantis antara kita dengan lawan jenis.

Nah, seperti yang kita ketahui bersama hubungan romantis merupakan suatu hubungan yang unik sehingga berbeda dengan hubungan sosial yang lain karena dibangun dengan tiga dimensi antara lain hasrat, komitmen, dan keintiman. Berikut ini adalah enam gaya mencintai yang menjelaskan tentang bagaimana sikap kita untuk membangun hasrat, komitmen, dan keintiman dengan pasangan dalam hubungan romantis.

1. Eros.

Eros ditempatkan menjadi kategori gaya mencintai yang pertama. Bagi kamu yang menganut gaya mencintai ini cenderung memiliki gaya mencintai yang kuat, hasrat yang muncul secara tiba-tiba dan dramatis, sangat sentimentil, dan cepat jatuh cinta seperti yang terjadi pada peristiwa cinta pada pandangan pertama.

2. Storge.

Gaya mencintai storge memiliki ciri khas yang unik karena untuk membangun perasaan cinta dengan lawan jenis diperlukan upaya untuk membangun hubungan yang nyaman terlebih dahulu layaknya hubungan persahabatan. Secara bertahap masing-masing individu saling berbagi cerita tentang minat, nilai-nilai umum, dan tujuan hidup sehingga gaya mencintai storge terasa damai dan stabil.

3. Ludus.

Penganut gaya mencintai ludus sering kali menganggap bahwa cinta hanyalah bentuk permainan atau intrik belaka, tidak dipandang secara serius, penuh teka-teki, sehingga tidak siap membangun komitmen dengan pasangan. Namun, ada sebagian besar individu yang menggunakan gaya mencintai ludus karena memiliki alasan logis yaitu adanya kesulitannya terlibat dengan perasaan yang dalam akibat sulit keluar dari tekanan psikis yang dialami pada hubungan romantis yang panjang dengan pasangan sebelumnya.

4. Pragma.

Pada individu dengan usia yang matang, umumnya menganut gaya mencintai pragma tentunya dengan pertimbangan khusus. Beberapa pertimbangan itu antara lain ia sudah memiliki kriteria pasangan yang jelas, adanya keyakinan, memiliki karier yang cemerlang, dan faktor latar belakang keluarga yang cenderung sama dengan pasangan sehingga gaya mencintai pragma menjadi gaya mencintai yang lebih serius dengan tujuan untuk membangun komitmen jangka panjang.

5. Mania.

Terobsesi pada hubungannya dengan pasangan dan tidak mampu berpikir hal atau orang lain adalah karakter kunci pada individu yang menganut gaya mencintai mania. Dampak dari sikap mencintai pasangan yang berlebihan membuat individu menjadi apatis. Ia juga sering mengalami emosi yang ekstrem dari euforia sampai putus asa.

6. Agape.

Gaya mencintai agape adalah gaya mencintai yang paling dicari oleh sebagian besar individu. Gaya mencintai agape menawarkan adanya cinta yang murah hati, tanpa pamrih, mampu menempatkan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaannya sendiri.

Akhirnya dengan adanya penjelasan mengenai gaya-gaya mencintai pasangan membuat kita lebih memahami gaya mencintai adalah bagian dari komunikasi antar pribadi antara kita dengan pasangan kita masing-masing. Perlu diingat, kalau pasangan kita menggunakan salah satu gaya mencintai akan memengaruhi gaya mencintai kita dan sebaliknya, karena gaya mencintai tiap individu ditentukan oleh keterampilan kita untuk saling menyesuaikan diri dengan pasangan.