Kata demensia mungkin sudah menjadi kata yang awamsaat ini. Dahulu kita menyebutkannya sebagai penyakit pikun, tapi demensia lebih dari sekadar pikun. Apa sih sebenarnya demensia itu?

Demensia adalah penurunan fungsional yang mengakibatkan kelainan pada otak di mana ke depannya dapat mengakibatkan penurunan daya ingat, cara berpikir, dan berinteraksi dengan orang lain. Penderita demensia akan kehilangan kemampuan sehari-hari dan pengetahuan yang telah didapatkannya secara perlahan.

Biasanya demensia terjadi pada orang dengan usia lanjut. Penyebab pasti demensia sendiri masih belum diketahui. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah perubahan genetik yang diturunkan oleh orang tua, kelainan protein dalam otak, atau gangguan pembuluh darah di otak. Dua jenis demensia yang paling umum adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.

Sampai saat ini obat-obatan masih belum efektif untuk menyembuhkan penyakit ini. Tapi studi menyatakan kita punya lebih banyak kontrol pada kesehatan mental kita sendiri. Kita hanya butuh mengambil beberapa langkah ekstra untuk menjalankan gaya hidup yang lebih sehat. Langkah-langkah apa sajakah itu?

1. Mengontrol tekanan darah.

Di tahun 2010, para ilmuwan di Wake Forest School of Medicine merekrut 9,400 orang dengan usia 50 tahun ke atas dengan catatan medis tekanan darah tinggi. Mereka dibagi menjadi dua gruptekanan darah di bawah 120 dan di bawah 140. Dengan bantuan medis, grup dengan tekanan darah yang lebih rendah terindikasi tingkat kematian, stroke, dan serangan jantung yang lebih rendah. Padatahun 2017 dan 2018, para ilmuwan melakukan tes kembali dan menyimpulkan bahwa grup dengan tekanan darah lebih rendah mempunyai risiko gangguan kognitif 19% lebih rendah yang nantinya berdampak ke demensia.

2. Berolahraga.

Beberapa studi sudah saling menguatkan bahwa orang yang aktif mempunyai kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami demensia daripada orang yang kurang aktif. Olahraga meningkatkan aliran darah pada otak, meningkatkan kesehatan pembuluh darah dan tingkat kolesterol HDL yang bertugas melindungi kita dari penyakit jantung dan demensia.

3. Melatih kemampuan otak.

Banyak studi juga menyatakan bahwa pendidikan meningkatkan daya tahan otak (kemampuan otak untuk mengkompensasi kerusakan neurologis). Studi Framingham menyimpulkan bahwa peserta dengan tingkat pendidikan SMA mempunyai risiko demensia lebih rendah daripada peserta dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Jadi bagaimana dengan yang tidak punya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan lagi? Lakukanlah aktivitas yang menstimulasi otak kita. Orang-orang yang mempunyai paling sedikit 6 aktivitas (contoh: membaca, berkebun, nongkrong dengan teman, jogging, mengikuti aktivitas keagamaan) setiap bulannya mempunyai risiko demensia 38% lebih rendah dibanding orang dengan aktivitas lebih sedikit.

4. Menjaga pola makan.

Studi mengenai efek pola makan pada orang demensia masih terbilang baru. Tetapi beberapa penemuan menyatakan orang-orang dengan pola makan Mediterania mempunyai risiko dementia yang lebih rendah. Pola makan Mediterania mengonsumsi lebih banyak ikan, buah-buahan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran setiap harinya.

5. Tidur yang cukup.

Fenomena tidur masih menjadi misteri, tapi tidur memberikan efek yang baik bagi tubuh. Salah satu profesor kedokteran di Universitas California, Prof Ruth Benca, menyatakan pola tidur yang tidak baik mungkin menjadi salah satu penyebab penyakit Alzheimer. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa 2 dari 3 pasien Alzheimer adalah wanita. Hal ini mungkin dikarenakan wanita yang sudah menopause biasanya mengalami kesusahan tidur atau insomnia.

Langkah mana yang mau kamu coba dulu? Kamu boleh coba mengubah gaya hidupmu perlahan menjadi gaya hidup yang lebih sehat. Penelitian menyatakan semakin sehat gaya hidupmu (pola makan sehat, berolahraga, tidur yang cukup) biasanya dapat menekan risiko demensia lebih besar jika dibandingkan mengadopsi hanya satu langkah di atas.