Apa yang sedang kamu lakukan sebelum membaca artikel ini? Membalas pesan di grup chatting? Melihat apa yang sedang trending di Twitter? Atau sedang kerja atau kuliah online?

Kini internet memang menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia. Sejak mulai digunakan secara luas pada tahun 1980, internet terus berkembang pesat untuk memudahkan berbagai kegiatan manusia. Bahkan akses internet yang layak bagi seluruh individu juga menjadi salah satu tujuan SDGs yang dirancang oleh PBB.

Namun, pernahkah terpikir apakah semua individu memiliki akses internet yang layak seperti kita? Yuk ketahui bersama fakta internet berikut ini.

1. Awalnyahanya untuk keperluan militer.

5 Fakta internet: Sudahkah semua orang menikmatinya?

Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969 melalui proyek ARPANET atau Advenced Research Project Agency dengan tujuan awal hanya untuk keperluan militer. Hingga pada tahun 1980 internet mulai digunakan di komputer pribadi dan pada tahun 1989 World Wide Web sudah mulai dapat diakses. Sedangkan di Indonesia, internet mulai berkembang pada tahun 2000-an melalui munculnya portal online yang bertujuan untuk membantu dan memudahkan masyarakat dalam mengakses berita online. Internet terus berkembang menjadi bagian penting dari kehidupan manusia hingga pada tahun 2004 Mark Zuckerberg meluncurkan Facebook yang menandai titik dimulainya social media digunakan secara luas.

2. Akses internet sebagai hak asasi manusia.

5 Fakta internet: Sudahkah semua orang menikmatinya?

Menurut Marten Reglitz, seorang dosen di Birmingham University melalui penelitiannya di Journal of Applied Philosophy, internet selayaknya tidak dianggap sebagai bahan mewah dan harus dianggap sebagai hak asasi manusia. Hal ini karena di masa kini individu dapat melaksanakan kebebasan berbicara dan mendapatkan informasi melalui internet.

Meskipun internet tidak menjamin terpenuhinya hak-hak tersebut, Reglitz memberikan beberapa keterlibatan internet yang membantu menyuarakan kondisi di beberapa belahan dunia, di antaranya kampanye #MeToo pada tahun 2017 yang membantu para wanita berani menyuarakan topik pelecehan seksual atau pemberitaan Arab Spring pada tahun 2010-2012 yang memanfaatkan social media sebagai sarana meningkatkan kesadaran terhadap gerakan perubahan yang dilakukan oleh masyarakat sipil dengan tujuan menggulingkan kepemimpinan otoriter di beberapa negara di Timur Tengah.

3. Belum setiap individu menikmati akses internet.

5 Fakta internet: Sudahkah semua orang menikmatinya?

Meskipun internet menjadi kebutuhan esensial bagi setiap individu saat ini, namun laporan UNESCO menunjukkan hanya lebih dari setengah rumah tangga dunia atau sekitar 55% memiliki koneksi internet dengan penyebaran yang tidak merata. Di negara maju sudah 87% rumah tangga yang terhubung akses internet, namun hanya 47% rumah tangga di negara berkembang dan 19% di negara miskin yang terhubung akses internet.Internet juga tidak serta merta dapat dinikmati oleh setiap individu karena individu yang tinggal di kawasan miskin atau terpencil, perempuan dan orang tua memiliki lebih kecil kemungkinan terhubung dengan internet.Hal ini sejalan dengan laporan UNESCO yang menunjukkan perempuan 23% lebih rendah kesempatan menikmati internet daripada laki-laki.

Di Indonesia sendiri hanya 56% dari 268 juta penduduk yang memiliki akses internet, di mana empat per lima pengguna internet berada di pulau Jawa dan Sumatra. Ditambahkan menurut laporan OpenSignal pada tahun 2019, koneksi 4G Indonesia berada pada peringat 73 dari 87 negara dengan kecepatan 6,9 Mbp/s di mana kecepetan tersebut masih kalah dengan Singapura, Myanmar, Vietnam, dan Filipina.

4. Tidakmemiliki akses internet berdampak luas.

5 Fakta internet: Sudahkah semua orang menikmatinya?

Dalam dunia pendidikan, tidak adanya akses intrenet yang layak menyebabkan siswa tidak dapat memanfaatkan pembelajaran online, mengirim tugas atau bahkan mengikuti ujian online. Tidak adanya akses internet yang layak juga memengaruhi dunia kerja, para pekerja kesulitan mengadakan pertemuan online, mengunduh dokumen, atau bahkan menggunakan kartu kredit. Selain itu banyak perusahan internasional yang tentu masih ragu untuk berinvestasi di negara yang tidak memiliki koneksi internet yang layak. Dan tentu saja yang paling esensial dari tidak adanya akses internet adalah menyebabkan seorang individu terjebak karena tidak memiliki akses informasi terkini serta tidak dapat menyuarakan pendapatnya terhadap sebuah topik.

5. Akses internet di tengah pandemi Covid-19.

5 Fakta internet: Sudahkah semua orang menikmatinya?

Pemerintah dan perusahan di seluruh dunia menanggapi pandemi Covid-19 dengan membatalkan acara publik dan penutupan kantor, restoran, museum, sekolah dan universitas untuk menghindari massa berkumpul. Bagi kita yang beruntung memiliki akses internet yang layak tentu mudah untuk memiliki konektivitas di tengah pandemi ini. Dengan akses internet yang layak kita tetap dapat dengan mudah melakukan videocall untuk menanyakan kabar anggota keluarga yang jauh, melakukan pekerjaan atau pembelajaran dari rumah, mengetahui berita terbaru tentang Covid-19 dan cara pencegahannya, menikmati episode terbaru drama Korea, belanja online atau bahkan bergabung dalam acara keagamaan atau pernikahan teman melalui live streaming.

Namun, bagaimana bagi mereka yang tidak memiliki koneksi internet? Terutama yang cukup menjadi perhatian adalah penerapan pembelajaran online karena meskipun universitas dapat menggunakan sistem pembelajaran online, namun bagi siswa, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah di beberapa wilayah Indonesia masih mengalami kesenjangan digital. Di mana menurut riset terbaru dari INOVASI terdapat hanya sekitar 28% anak yang dapat belajar online berdasarkan survei pada 300 orang tua siswa SD di NTT, NTB, Kalimantan Utara dan Jawa Timur. Masih menurut INOVASI, kemampuan untuk mengikuti pembelajaran online ternyata tidak hanya dipengaruhi lokasi, namun juga tingkat pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi orang tua. Sehingga diperlukan adanya peran aktif orang tua serta solusi lain dari pemerintah seperti distribusi buku dan bahan belajar atau memperdayakan komunitas untuk mendukung kegiatan belajar sendiri di rumah.

Setelah mengetahui lima fakta tentang internet, semoga kita semakin menyadari pentingnya internet dan betapa bersyukurnya kita dapat menikmati akses internet yang layak.