Covid-19 mulai menyebar di Indonesia pada tahun 2020. Angka kasus Covid-19 di Indonesia yang saat ini terus mengalami kenaikan membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Saat ini hampir semua dilakukan secara daring yang membuat kita merasa jenuh. Untuk mengobati rasa jenuh tersebut, akhirnya banyak masyarakat yang bermain media sosial.

Berdasarkan data laporan perusahaan media asal Inggris, We Are Social dan platform manajemen media social Hootsuite mengungkapkan dalam laporan Digital 2021: The Latest Insight Inti The State of Digital yang diterbitkan pada 11 Februari 2021, rata-rata orang Indonesia menghabiskan 3 jam 14 menit sehari untuk mengakses media sosial. Pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 170 juta dari total populasi penduduk Indonesia yang mencapai 274,9 juta jiwa. Angka ini meningkat sebanyak 10 juta jiwa dibandingkan tahun lalu. Banyaknya pengguna media sosial di Indonesia tidak menjamin semuanya bisa menggunakan dengan bijak. Lantas, bagaimana cara menggunakan media sosial dengan bijak?

1. Menjaga etika kepada orang lain dalam bermedia sosial.

Berdasarkan laporan terbaru Microsoft tentang Digital Civility Index (DCI), menyebutkan indeks kesopanan pengguna internet Indonesia dinilai rendah di tingkat global. Hal ini tentu harus menjadi tamparan bagi warga Indonesia agar lebih bisa memperhatikan etika ketika bersosial media.

Walaupun berinteraksi secara online, kita tidak bisa sembarangan bersikap. Jangan berkomentar yang tidak pantas seperti berkata kasar, menghina suatu suku, ras dan agama. Kita juga tidak diperkenankan menghina atau menjatuhkan orang lain dalam bentuk apa pun.

2. Tidak menyebarkan berita bohong (hoax).

Banyak masyarakat yang menggunakan media sosial sebagai media mencari informasi. Padahal tidak semua informasi dalam media sosial terbukti benar.

Jika menjumpai suatu berita, kita harus memastikan terlebih dahulu apakah berita tersebut asli atau tidak. Kita bisa memastikannya dengan melihat sumber berita tersebut, apakah dari situs resmi atau dari situs tidak resmi. Biasakan untuk tidak terpacu pada judul suatu berita, karena banyak sekali berita yang judul dan isinya berbeda.

3. Memilih apa yang kita tonton.

Bermedia sosial kadang bisa menghilangkan kejenuhan dan menghibur diri dari segala kepenatan. Bermedia sosial juga bisa membuat kita menambah wawasan, ilmu, dan pengetahuan serta banyak inspirasi yang bisa kita peroleh. Untuk itu, kita harus bisa memfilter konten-konten yang bermanfaat untuk diri kita.

Memilih apa yang kita tonton juga bisa menjaga kesehatan mental. Mengapa demikian?

Saat ini banyak tren anak muda yang beraneka ragam. Sebagai conton tren fashion. Fashion setiap saat pasti akan selalu berubah-ubah. Jika setiap tren kita selalu ingin mengikuti, maka akan membuat kita memiliki pola hidup konsumtif. Apabila kita mampu, tentu tidak masalah. Tetapi kalau tidak, kita bisa merasa minder karena tidak sama dengan yang lain.

4. Teliti sebelum posting.

Saat ini banyak sekali permasalahan di media sosial yang dipicu karena "konten nyolong". Hal ini bisa saja menimbulkan perselisihan yang bisa memecah belah. Jika kita sembarangan dalam mengunggah sesuatu di media sosial kita juga bisa terjerat pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Kita juga tidak disarankan untuk mengunggah tentang aset pribadi milik kita. Misalnya nomor kartu identitas, tiket pesawat, dan lainnya karena bisa memicu tindak pidana kejahatan oleh orang yang tidak bertanggung jawab melalui informasi tersebut.

5. Memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk berbisnis online.

Pandemi yang terus meningkat membuat sektor perekonomian di Indonesia terpuruk. Banyak pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Untuk itu, kita harus bisa berpikir kreatif agar bisa bertahan di pandemi ini, salah satunya dengan berjualan. Melalui media sosial, kita bisa mempromosikan barang atau jasa yang kita punya kepada khalayak umum.

Saat ini juga banyak platform online yang menyediakan sarana untuk menjualkan barang kita. Banyak juga para influencer atau selebgram yang bisa membantu untuk mempromosikan produk kita. Mengingat animo masyarakat banyak yang menggunakan media sosial sehari-hari, tentu ini bisa menjadi jalan, bukan?

Penulis jadi teringat sebuah kata dari Albert Einstein yang berbunyi "Kemajuan teknologi seperti kapak di tangan seorang penjahat patologis". Benar saja, saat ini banyak sekali kejahatan yang berawal dari kemajuan teknologi, khususnya media sosial. Mari kita bijak dalam menggunakan teknologi yang ada dengan sebaik mungkin. Jadikan teknologi yang berkembang ini bermanfaat dan menguntungkan untuk kita, bukan malah sebaliknya.