Brilio.net - Akan ada waktunya ketika teman baik atau sahabat kamu jatuh cinta dengan seseorang. Saat itulah cinta yang lagi bersemi di hati teman kamu bakalan mengambil alih semua topik pembicaraan kalian. Mulai dari merasa senang karena pesan singkat selalu direspons, sampai galau akut karena ternyata si gebetan teman kamu belum move on dari mantan. Duh! Semua-semuanya bakal diceritain ke kamu deh, pokoknya.

Nggak kenal waktu dan kadang nggak kenal situasi kalau kamu juga mungkin lagi sama galaunya karena masalah lain. Sampai akhirnya kamu merasa lega dan ikut bahagia karena teman baikmu jadian dan menjalani harinya tanpa kamu lagi. Iyalah, teman kamu lagi seneng-senengnya sama pacar barunya. Seiring tumbuhnya cinta, persahabatan kalian pada akhirnya malah jadi 'terbuang'. Pernah ngerasain gini kan, pasti?

Atau ngerasain masa di mana sahabat baik kamu mulai bertemu dengan jodohnya dan memutuskan untuk menikah. Hari-hari persahabatan kalian mulai berubah, sebab sahabat kamu bakalan lebih tertarik membicarakan tentang pasangan dan persiapan pernikahan mereka.

Ini bukan tentang kamu menjadi iri dan cemburu karena sahabat baikmu akan menikah lho. Justru malah merasa bahagia karena sahabat kamu telah menemukan jodohnya. Tapi, tak bisa dipungkiri dari lubuk hatimu bahwa persahabatan kalian mulai terasa hambar, karena sang sahabat mulai menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya prioritas.

Kondisi semacam ini bikin kamu dan sahabatmu mulai nggak punya banyak waktu untuk sekadar duduk berdua menikmati secangkir teh hangat dan membicarakan perkara hidup sambil sesekali menertawakannya. Saat inilah ketika dua orang jatuh cinta dan mulai 'menghilang' dari orang lain disebut sebagai fase Dyadic withdrawal. Hal ini seringkali nggak disadari oleh pasangan yang sedang romantis-romantisnya, termasuk teman kamu, mungkin lho.

BACA JUGA: 10 Tipe teman yang begini ini pasti pernah singgah dalam kehidupan kamu, cek deh!

Akhirnya, ikatan persahabatan dan hubungan sosial menjadi berkurang, nggak seperti saat kalian masih punya banyak waktu bersama. Tentu ini sangat berefek buruk bagi persahabatan, hubungan pertemanan malah semakin berantakan setelah kamu mulai berkencan atau menikah. Kalau nggak diatasi, fase ini bakalan semakin rumit saat masing-masing dari kamu mulai menikah dan memiliki keluarga.

Nah, menurut sebuah penelitian yang dilansir brilio.net dari Psychologytoday, Selasa (1/3), menunjukkan hasil yang mengejutkan. Ternyata 24% dari ibu muda bakalan merasa kesepian dan terisolasi dari lingkungan setelah mereka menikah dan melahirkan. Makanya, sebelum memasuki fase ini, sangatlah penting untuk memprioritaskan persahabatan tanpa mengurangi keromantisan dengan pasangan.

Apalagi persahabatan bisa membantu kamu untuk hidup lebih lama, mengalami kepuasan hidup, dan tetap berkembang di masa-masa yang sulit. Dengan tetap mempertahankan persahabatan bahkan setelah memiliki pasangan, justru akan sangat memberi kebahagiaan dalam hidup kamu lho.

Sekali pun kamu mungkin termasuk orang yang sangat suka menghabiskan waktu bersama pasangan, pikirkanlah untuk kembali membangun persahabatan yang hampir kandas itu. Persahabatan akan memberikan warna dalam hidup kamu lewat wawasan baru, canda tawa, ide-ide kreatif, kegiatan menyenangkan dan koneksi.

Jadi, biar kamu terhindar dari fase Dyadic withdrawal, upayakan untuk selalu meluangkan waktu bagi teman dan sahabat. Misalnya bertemu dalam acara, pertemuan, makan malam, perjalanan wisata, ngopi, atau sekadar chatting. Tapi kalau kamu udah terlanjur jauh dari teman dan sahabat baikmu, panggil lah mereka kembali dan berikan waktu konsisten untuk kembali membangun persahabatan kalian. Bukankah persahabatan dan asmara memiliki kepentingan yang sama dalam hidup ini?