Sesuai catatan PVMBG, pada Minggu terjadi erupsi disertai guguran awan panas di Gunung Semeru pada pukul 02.46 WIB dengan tinggi kolom erupsi mencapai 1.500 meter di atas puncak. Sumber guguran awan panas tersebut berasal dari tumpukan material di ujung lidah lava yang berada sekitar 800 meter dari puncak (Kawah Jonggring Seloko).

Guguran awan panas terus berlangsung hingga pukul 06.00 WIB dengan jarak luncur mencapai 7 kilometer dari puncak ke arah Besuk Kobokan. Hendra menjelaskan, situasi ini menunjukkan aktivitas erupsi dan guguran awan panas di Gunung Semeru masih sangat tinggi.

<img style=

foto: liputan6.com

 

"Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Semeru," jelasnya.

Pemantauan deformasi menunjukkan, terjadinya inflasi atau peningkatan tekanan dari proses suplai magma ke dalam kantong magma maupun ke permukaan. Pemantauan area panas atau hotspot ini memperlihatkan peningkatan adanya anomali thermal menjadi 15 Mw di sekitar area kawah, yang mengindikasikan masih adanya tumpukan material panas pada kawah Gunung Semeru.

Tingkatan status gunung berapi ada empat yakni dari yang paling rendah, Normal (Level 1), Waspada (Level 2), Siaga (level 3) dan Awas (Level 4).