Brilio.net - Masa kanak-kanak merupakan waktu emas anak untuk mengetahui banyak hal. Orangtua tentu harus memberikan berbagai edukasi, baik verbal mau pun melalui media seperti permainan.

Salah satu permainan yang bagus untuk anak-anak adalah mainan balok. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Purdue, permainan balok semi yang terstruktur di antara anak-anak usia pra-sekolah memiliki potensi untuk meningkatkan dua keterampilan yaitu matematika dan fungsi eksekutif, di mana ini sangat penting untuk kesiapan taman kanak-kanak.

Dilansir brilio.net dari timesofindia, Senin (2/6), seorang ahli anak, Sara Schmitt mengatakan meski permainan membangun blok dengan balok ini belum banyak bukti empiris yang dapat meningkatkan fungsi eksekutif, namun ia bisa membuktikan hal itu.

"Saya akan melakukan penelitian lebih lanjut, kemudian saya akan menyarankan kepada para guru untuk memberikan permainan ini kepada anak di sekolah," ujarnya.

Studi ini menemukan bahwa intervensi blok blok semi-terstruktur meningkatkan keterampilan matematika, seperti berhitung, pengenalan bentuk dan bahasa matematika, dan dua indikator fungsi eksekutif, termasuk fleksibilitas kognitif dan fungsi eksekutif global. Lalu, terdapat fungsi eksekutif, di mana dimaksud kepada kemampuan untuk memperhatikan, mengingat dan menggunakan masukan lingkungan, dan menghambat respons alami untuk mendukung yang lebih adaptif.

Menurut temuan bahwa anak-anak dari orangtua dengan pencapaian pendidikan rendah paling diuntungkan dari partisipasi intervensi. Hal ini menunjukkan blok bermain bisa sangat berdampak bagi siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah.

"Blok ada di mana-mana di ruang kelas anak usia dini dan di rumah, dan umumnya orang dewasa merasa nyaman dengan mereka. Studi kami menunjukkan bahwa bermain dengan blok dalam format semi-terstruktur dapat meningkatkan keterampilan penting ini," kata Schmitt.

Selain itu juga, bagi anak yang bermain balok dapat berdampak terutama keluarga dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah, dengan biaya kecil dan dengan sedikit pelatihan.

Untuk mendukung penelitiannya, Schmitt mengajak anak-anak berusia 3 sampai 5 tahun untuk ditugaskan pada kelompok intervensi yang berpartisipasi dalam 14 sesi bermain kelompok kecil yang berlangsung 15 hingga 20 menit. Di mana, anak-anak ini diberikan set balok kayu yang bervariasi dalam bentuk dan ukuran dan diberikan permintaan singkat sebelum setiap sesi yang menjadi semakin lebih sulit.

"Di sesi pertama, kami meminta anak-anak untuk membangun menara. Pada akhir intervensi, kami meminta mereka untuk mereplikasi gambar struktur kompleks yang telah kami bangun sebelumnya. Kami pikir petunjuk ini membantu anak-anak untuk terlibat dengan konsep matematika dan juga mempraktikkan keterampilan fungsi eksekutif mereka lebih dari yang mereka miliki tanpa petunjuk,” katanya.

Dua hingga tiga penilaian selama 20 hingga 30 menit, yang dilakukan di ruang yang tenang sebelum dan sesudah serangkaian intervensi, mengungkapkan pola pertumbuhan di antara anak-anak yang berpartisipasi dalam permainan balok semi-terstruktur.

"Ini bukan hanya memblokir permainan, itu sengaja menggunakan blok bermain untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan ini," pungkasnya.