Brilio.net - Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki banyak sumber daya air, seperti waduk, sungai, maupun laut. Selain itu, curah hujan di negara kita cukup tinggi yaitu rata-rata mencapai 2 meter per tahun. Jika melihat data-data tersebut, Indonesia seharusnya terbebas dari kekeringan.

Namun faktanya, sejumlah wilayah di Indonesia kerap mengalami krisis air bersih, terutama di daerah perkotaan. Dari segi kuantitas, debit air sangat kecil serta tidak mencukupi kebutuhan. Di samping itu, kualitasnya pun sangat rendah sehingga bisa disebut tidak layak konsumsi.

Melihat kondisi memprihatinkan tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang terdiri dari Arif Dwi Hantoro, Doni Bowo Nugroho, Cucu Cahyaningsih, dan Rizki Junianto menelurkan gagasan untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat dengan teknologi Hybrid Energy System.

Menurut Arif, Indonesia memiliki sumber daya matahari dan angin yang sangat melimpah. Sumber daya tersebut dapat diolah menjadi sumber daya alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) dan digunakan untuk mengolah air laut menjadi air bersih.

Hybrid Energy System, imbuh Doni, merupakan teknologi rekayasa siklus air yang mengubah air laut menjadi air bersih melalui teknik destilasi. "Air akan diuapkan, kemudian uap akan ditangkap oleh piranti uap lalu disalurkan ke pipa kemudian ditampung ke tabung besar, katanya kepada brilio.net, Kamis (30/7).

Teknologi tersebut sudah mereka terapkan di Rumah Suling Tenaga Hibrid (Ringgid) yang berada di Desa Purwodadi, Tepus, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan diharapkan mampu menjadi solusi persoalan air bersih di daerah pesisir pantai.

Adapun komponen yang diperlukan yaitu turbin angin generator, solar cell, regulator, baterai, pipa dan kolektor surya. Cara kerjanya, air laut disedot menggunakan pompa dan disalurkan ke kolektor surya. Radiasi sinar matahari selanjutnya memanaskan kolektor surya yang berisi air laut. Setelah suhu air mencapai 700-900 derajat celcius kemudian dialirkan ke bak penampungan air, ujar Rizki.

Air kemudian akan menguap dan berkumpul di bawah permukaan kaca penutup. Karena suhu udara di dalam bak penampungan lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, maka terjadi kondensasi, proses perubahan uap berubah menjadi air dan dialirkan ke tempat penampungan air bersih. Langkah berikutnya, dilakukan proses penyaringan atau penyulingan agar air yang dihasilkan benar-benar bersih dan tidak asam.