Dikisahkan di masa depan, polisi sudah memiliki perangkat canggih untuk memperkirakan kejahatan yang akan terjadi. Perangkat tersebut berbentuk tiga manusia (disebut pre-cog) yang bisa meramal tepat hingga hitungan detik. Ramalan ini kemudian membuat polisi bisa dengan mudah melacak orang yang akan melakukan tindak kejahatan, sebelum ia melakukannya!

Ide film Minority Report (2002) ini memang mengagumkan. Film yang dibintangi Tom Cruise ini mengetengahkan bagaimana teknologi pre-cog yang sudah demikian canggih bisa membuat kerja polisi terbantu.

Apa yang akan terjadi, seandainya kita bisa mengetahui tindak kejahatan, bahkan sebelum tindak kejahatan itu terjadi?

Tentu tingkat kriminal akan menurun drastis dan orang akan berpikir dua kali jika berniat melakukan kejahatan.

Ini tentu saja cerita fiksi. Dalam dunia nyata, tindak kejahatan tidak bisa diperkirakan terjadinya. Banyak tindak kejahatan yang terjadi begitu cepat, spontan sehingga membuat banyak orang terkesiap. Bayangkan, Anda mengenal seseorang yang begitu baik, kemudian orang tersebut kedapatan membunuh istrinya sendiri, atau Ayah atau Ibunya sendiri.

Tindak kejahatan memang tidak bisa diprediksi, namun bisa diwaspadai jika sudah ada tanda-tandanya.

Seorang tetangga yang sering kedapatan memukuli anak istrinya, mungkin belum melakukan tindak kejahatan. Masyarakat seringkali merasa jika pertengkaran suami istri selalu masuk wilayah domestik. Barulah ketika terjadi tindak kejahatan setelahnya, masyarakat biasanya menyesal.

Iya mereka memang sering berantem, sering kedengaran, kata tetangga sebelah, setelah terjadi tindak penganiayaan seorang suami kepada istrinya.

Anaknya kalo udah dipukulin emaknya bisa sampe jejeritan, kata Ibu Warung, setelah terjadi tindak pembunuhan Ibu terhadap anak kandungnya sendiri.

Oleh karenanya, tindak kejahatan yang terjadi antara sesama anggota keluarga jarang bisa dicegah sebelum terjadi, sebab masyarakat sekitar cenderung menutup mata.

Ga enak sih, itu kan urusan rumah tangga mereka.

Urusan domestik memang seringkali menjadi sesuatu yang serba salah. Kita cenderung menghormati privacy setiap orang untuk menjalani hidup mereka masing-masing. Pun begitu, ada kalanya hal ini tidak dapat dibiarkan jika sudah menyangkut hak hidup seseorang.

Pertengahan Januari 2018, Sepasang suami istri di Amerika Serikat, ditangkap karena mengurung ke-13 anak mereka di dalam rumah. Aksi mereka terungkap, setelah salah satu dari anak mereka berhasil melarikan diri dan melapor ke polisi. Saat ditemukan, kondisi ke-13 anak ini sungguh memprihatinkan karena bertahun-tahun dikurung dan dirantai orangtua mereka sendiri.

Tetangga yang dimintai keterangan pun mengakui bahwa mereka merasakan ada keanehan dengan keluarga tersebut, namun enggan melapor karena merasa bukan urusan mereka.

Inilah gambaran masyarakat modern sekarang ini. Merasa segan mencampuri kehidupan orang lain sehingga akhirnya, membiarkan tindak kejahatan terjadi begitu saja.

Apa yang bisa kita lakukan agar kejadian-kejadian sejenis tidak terulang?


1. Selalu waspada dengan lingkungan sekitar.
Menghargai privacy orang lain tidak berarti menutup mata atas kondisi sekitar. Kita harus peka dengan kondisi orang-orang yang sering kita lihat setiap hari, atau para tetangga. Apakah ada yang terlihat stress, apakah ada perubahan yang terjadi, yang mungkin luput dari perhatian?


2. Jika melihat langsung tindak kekerasan/KDRT, ambil tindakan!
Pernahkah kita melihat seorang Ibu memukul anaknya di depan umum? Atau seorang suami memukul istrinya dengan keras? Jika iya, segera ambil tindakan. Tegurlah secara lisan. Jika tidak berhasil, melapor kepada Pak RT bisa dilakukan. Boleh jadi, tindakan kita bisa membuat sebuah tindak kejahatan bisa terhindarkan.


3. Jangan remehkan orang-orang yang frustrasi atau depresi.
Ah cemen, gitu aja jadi sedih

Kondisi setiap orang ketika menghadapi masalah tentu berbeda-beda. Ketika kita menemukan orang dengan perilaku yang sering sedih, bahkan depresi, jangan diam saja. Berikan dukungan moril, dan bila ia merasa tak sanggup menanggung beban hidupnya, sarankan ia untuk menemui psikiater. Banyaknya kasus bunuh diri terjadi karena korban biasanya merasa tidak mendapat dukungan dari lingkungan.


4. Jangan biarkan tindak perundungan!
Biasanya kita melihat anak-anak kecil melakukan tindak bullying atau perundungan antar sesama mereka. Jangan menganggap sepele, segera ambil tindakan dengan menasehati mereka. Perilaku merundung dari sejak kecil bisa jadi awal dari tindakan-tindakan berikutnya yang mungkin akan ia lakukan di masa depan.

Kita mungkin belum memiliki teknologi canggih untuk memprakirakan apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, dengan kepekaan dan keinginan kuat untuk menolong, kita bisa membuat perubahan.

Jangan diam!