Indonesia merupakan negara yang memiliki kisah sangat panjang dan masih terus melukiskan sejarah hingga masa kini. Berbagai peristiwa bersejarah telah dilalui bersama oleh setiap warga negaranya. Latar belakang historis yang sedemikian rupa panjangnya, mampu menciptakan berbagai simbol-simbol atau tanda, yang berasal dari peristiwa-peristiwa sejarah di negeri ini. Simbol-simbol yang terwujud biasanya berupa monumen, patung, dan tugu. Simbol-simbol ini kemudian menjadi penanda suatu daerah, atau yang biasa disebut sebagai landmark.

Dalam proses pembangunan simbol-simbol suatu kota, diharuskan menyesuaikan citra kota atau daerah tersebut masing-masing. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain identitas pada sebuah objek yang berbeda dengan yang lain, struktur atau pola yang saling berhubungan antara objek dan pengamat, serta makna objek bagi para pengamatnya. Simbol atau landmark ini membentuk suatu identitas yang menjadi ciri khas sebuah kota atau daerah, yang menjadi pembeda dengan kota atau daerah lainnya. Pembangunan monumen-monumen ini ditujukan sebagai salah satu upaya dekolonisasi di Indonesia.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, keadaan kota mulai stabil, dan Pemerintah mulai mendirikan monumen-monumen berupa patung dan tugu, yang salah satunya adalah di Kota Surabaya. Kota Surabaya adalah salah satu kota di Indonesia yang menjadi latar peristiwa bersejarah. Di kota ini, terjadi peristiwa yang sangat penting bagi Indonesia yaitu Pertempuran 10 November 1945. Dengan latar belakang adanya peristiwa tersebut, Pemerintah membangun Monumen Tugu Pahlawan.

Monumen Tugu Pahlawan terletak di sebuah lahan yang dulunya merupakan Gedung Raad van Justitieatau pengadilan pada masa Pemerintahan Hindia-Belanda, serta Gedung Kenpeitaiatau polisi militer Jepang pada masa Pemerintahan Jepang. Sebelumnya, tidak ada perencanaan tentang lokasi dibangunnya Monumen Tugu Pahlawan. Semua berawal dari saat Doel Arnowo selaku Walikota Surabaya mendapatkan kunjungan kerja dari Presiden Soekarno. Presiden Soekarno dan Doel Arnowo melihat puing-puing Gedung Kenpeitai yang telah runtuh. Pada saat itulah disepakati bahwa lokasi tersebut yang digunakan untuk pembangunan Monumen Tugu Pahlawan, yang dibangun sebagai lambang perjuangan arek-arek Suroboyo dalam pertempuran 10 November 1945.

Pembangunan Monumen Tugu Pahlawan membutuhkan waktu yang singkat, yaitu 13 bulan sejak peletakan batu pertamanya. Monumen Tugu Pahlawan memiliki tinggi tugu 41,13 meter atau 45 yard, yang melambangkan tahun 1945. Terdapat pula lengkungan atau canalures yang melambangkan tanggal 10, serta 11 bagian atau geledingen yang melambangkan bulan 11 atau bulan November. Bagian bawah tugu terdapat relief yang dihiasi dengan ornamen trisula, cakra, cangka, stambha, dan padma mula. Nilai filosofinya adalah tentang asal mula manusia yang dalam berjuang timbul kekuatan dan keberanian yang berkobar dalam hati nuraninya yang membela kepentingan manusia, yang dalam pewayangan menggunakan senjata yaitu Cakrapusaka Kresna dan Trisulapusaka Arjuna.

Monumen ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 10 November 1952 pukul 10.00 WIB. Tugu yang didirikan lebih dahulu dibanding Monas Jakarta ini, menjadi contoh yang baik dari sebuah proses dekolonisasi.