Membayangkan seperti apa rasa daging manusia atau mungkin daging keluargamu sendiri tentu terdengar mengerikan. Tetapi hal yang tersebut lumrah di salah satu suku di Papua Nugini, yaitu Suku Fore di distrik Okapa, Provinsi Dataran Tinggi Timur.

Suku Fore merupakan salah satu suku paling terpencil. Mereka memiliki tradisi kanibalisme yang ekstrem, yaitu memakan daging saudaranya yang sudah meninggal sebagai bentuk penghormatan.

Tradisi seram Suku Fore di Papua Nugini: Makan otak dan daging manusia

Memang tidak ada penjelasan waktu yang pasti kapan suku ini muncul. Namun sejumlah ilmuwan sudah melakukan penelitian terhadap suku ini sejak puluhan tahun yang lalu. Populasi suku ini pada tahun 1950 diperkirakan mencapai 20 ribu orang, namun makin berkurang tiap tahunnya.

Tradisi kanibalisme dilakukan saat upacara pemakaman. Kaum laki-laki akan memakan daging jenazah, sedangkan kaum wanita dan anak-anak memakan bagian otak.

Bagi suku Fore, kanibalisme adalah tradisi turun temurun dan bentuk penghormatan bagi yang sudah meninggal. Padahal kenyataannya, ritual ini punya risiko penyakit serius, terutama terhadap wanita dan anak-anak.

Ritual memakan otak dapat menyebabkan penyakit sapi gila yang membuat mereka kehilangan kemampuan berjalan, menelan, dan mengunyah. Penyakit ini juga membuat berat badan menurun hingga menyebabkan kematian.

Tradisi seram Suku Fore di Papua Nugini: Makan otak dan daging manusia

Puncaknya adalah pada tahun 1960 di mana penyakit sapi gila membunuh lebih dari 2% populasi suku Fore setiap tahunnya. Wanita menjadi korban yang paling banyak. Ritual ini kemudian dilarang sehingga penyakit ini perlahan menghilang.Namun anehnya para ilmuwan menemukan hasil mutasi genetik dari efek penyakit sapi gila itu di tubuh orang suku Fore yang berhasil hidup dari serangan penyakit tersebut.

Mereka yang berhasil bertahan dari penyakit tersebut, menjadi kebal dari sejumlah penyakit yang disebabkan oleh prion, yaitu pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari protein.Penyakit tersbeut seperti Parkinson's, demensia, dan Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD).

Menurut peneliti bernama John Collinge dari Institute of Neurology di University College London, ia mengungkapkan ini adalah contoh revolusi Darwin pada manusia. Penyakit yang disebarkan prion mengubah satu genetik yang kemudian menimbulkan kekebalan terhadap demensia.

Bagaimana pendapat kamu?