Milenial merupakan generasi yang terhitung lahir dan tumbuh mulai tahun 1980-2000, sungguh generasi yang melewati transisi dari masa sebelumnya. Generasi milennium disebut juga dengan generasi Y yang dalam masanya melewati masa millennium kedua seperti yang dicetuskan Karl Mannheim pada 1923.

Kelompok tersebut (Gen Y) adalah yang berproses dan melalui eranya diiringi kemajuan pesat teknologi informasi, kecepatan komunikasi, dan digitalisasi. Proses sebelumnya dialami oleh Generasi X yang lahir dalam rentang tahun 1965 sampai dengan 1980 atau generasi yang melahirkan generasi Y. Tentunya mereka juga berbeda karakter dan pengaruh didasarkan kondisi yang dihadapi masing-masing generasi tersebut.

Konsumerisme ada sepanjang zaman tanpa mengenal generasi. Kecanduan akan barang dan pemakaian produk-produk secara berlebihan yang tidak lazim baik fungsi maupun jumlahnya merupakan permasalahan jiwa atau bisa disebut juga sakit hingga berujung kecanduan usaha untuk terus mendapatkan atau membeli.

Gen Y atau milenial berada dalam zona yang nyaman dibanding generasi sebelumnya secara kemudahan akses, baik informasi dan kemudahan mendapatkan produk-produk. Satu jempol bisa menghadirkan apa yang diinginkan dengan waktu yang tak lama. Hal ini baru dinikmati Gen X di masa transisi perubahan abad ini.

"Penelitian LIPI menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menduduki peringkat ketiga dari 106 negara di dunia yang diukur terkait tingkat kepercayaan diri untuk berbelanja," kata Dr Karlina Supelli, Dosen Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, seperti dikutip dari m.tribunnews.com.

Hal tersebut sungguh mengancam kita semua, utamanya generasi milenial yang tak sadar maupun sadar dalam lingkaran jerat konsumerisme. Hal ini akan memicu ketimpangan bangsa dengan meningkatnya konsumerisme dan tidak diiringi sikap produktif yang akan berdampak hilangnya daya saing secara global.

Masalah konsumerisme adalah masalah gaya hidup dan juga menjadi tugas bersama seluruh elemen bangsa untuk dientaskan seperti halnya kemiskinan. Kampanye gaya hidup produktif sudah semestinya didorong secara menyeluruh dan menjadi sebuah solusi melawan konsumerisme. Gen X bisa bersama-sama rangkul dan berpegangan tangan menahan laju budaya konsumerisme yang seharusnya tidak jadi budaya.

Gaya hidup produktif dengan bergaya hidup investasi atau menjadi seorang investor sejak dini akan memajukan bangsa dalam tatanan global mengejar ketertinggalan dan hadir sebagai negara produktif, bukan negara yang konsumtif. Mari jauhkan konsumtif sebagai budaya dan banyak hal negatif yang muncul akibat gaya hidup konsumtif. Sebut saja korupsi yang hadir karena ambisi ingin sesuatu yang lebih besar lagi (hasrat negatif) atau ingin produk yang sudah ada namun dibeli dengan tidak sesuai kapasitasnya seperti mobil dan tas mewah, bahkan pesawat.

Sering terdengar ada seseorang membeli tas produk terkenal dengan harga yang tak terjangkau secara umum. Beragam tas mahal ratusan juta menjadi koleksi dan terpampang di medsos (media sosial). Namun, apa yang terjadi? Selang beberapa waktu kemudian muncul berita mengagetkan bahwa hasil itu semuanya dari korupsi atau dengan cara kejahatan. Rasa candu memiliki dan mendapatkan produk secara berlebih seharusnya jadi musuh bersama dengan menyalurkan energi positif ke gaya hidup investasi dan menjadi seorang investor. Selamatkan generasi milenial untuk bisa lebih menata dan menyesuaikan apa yang menjadi kebutuhannya untuk hidup di masa depan. (Isk)