Huh, mau sampe kapan sih kita diem di rumah gini?

Mungkin kalimat itu yang akhir-akhir ini kita celoteh kan dalam masa social distancing.Adanya kebijakan yang diberikan pemerintah mengenai social distancingdengan mengajak seluruh masyarakat untuk bersama memulai gerakan #dirumahaja sejak bulan Februari 2020 membuat semua kegiatan yang berlangsung tatap muka berubah digantikan menjadi sistem daring (online).

Penyebaran Covid-19 terjadi ketikaindividu menghirup maupun terkena cairan batuk atau bersin yang dihasilkan oleh individu lainnya yang telah terinfeksi virus Covid-19.Oleh karena itu,seruan gerakan #dirumahaja sangat penting digaungkan untuk dilakukan oleh seluruh masyarakat.

Munculnya wabah pandemik Covid-19yang menimpa dunia, termasuk Indonesia membuat banyak pihak terus mengalami kerugian. Bagaimana tidak rugi, banyak penjual makanan gerobak keliling, gerai gerai toko, hingga pengusaha mengeluhkan adanya kerugian yang cukup besar karena tidak ada konsumen dan jugabanyaknya investor yang menarik investasinya untuk menghindari risiko dana hilang. Dilansir dari merdeka.com, Cina tidak ingin mengambil risiko dengan investasi ke pasar saham sehingga Cina menarik investasi untuk berpindah ke yang lebih aman.

Selain itu, tidak sedikit perusahaan mengambil keputusan untuk mem-PHK karyawannya dikarenakan sudah tidak ada lagi anggaran untuk memberikan gaji. Dilansir dari liputan6.com, Nukmal Amdarselaku Store Manager City Plaza Depokmengatakan perusahaan memutuskan tidak lagi beroperasi sejak 6 April 2020. Hal ini disebabkan olehomzetpenjualan yang menurun hingga 80 persen sehingga perusahaan tidakmampu lagi menanggung semua biaya operasional.Miris. Nilai mata rupiah pun melemah. Selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, nilai mata rupiah terendah jatuh pada tanggal 20 Maret 2020 yaitu hingga mencapai Rp 16.250,00.

Selain kerugian yang terjadi dalam bidang ekonomi, bidang pendidikan pun terkena imbas fenomena pandemik virus Corona. Tidak hanya terhambat dalam kegiatan belajar mengajar, kegiatan kemahasiswaan, dan organisasi, kegiatan lainnya yang melibatkan banyak orang juga ikut terganggudan terpaksa diundur atau bahkan ada yang mengambil keputusan untuk dibatalkan.

Wabah Covid-19 yang bertepatan dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2020 mulai dari sekolah hingga madrasah pada tingkah Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun tingkat Menengah Atas (SMA) resmi ditiadakan. Keputusan tersebut telah resmi ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Komisi X DPR RI melalui rapat yang diselenggarakan secara onlinepada tanggal 23 Maret 2020. Dengan begitu kelulusan siswa dilakukan berdasarkan nilai kumulatif siswa selama belajar tiga tahun di sekolah.

Dikutip dari accountTwitter Nadiem Makariem @NadimMakarim,ia mencuit: Menyikapi perihal terus mewabahnya Covid-19 di seluruh penjuru Indonesia. Sebelumnya sudah ada keepakatan UN dihapus mulai tahun 2021. Dengan berat hati, UN 2020 ditiadakan pula. Berlaku untuk SD, SMP, SMA, dan sederajatnya #UNBK.

Dilansir dari tirto.id, ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengatakan, "Penyebaran wabah Covid-19 diprediksi akan terus berlangsung hingga April, jadi tidak mungkin kita memaksakan siswa untuk berkumpul melaksanakan Ujian Nasional (UN) dibawah ancaman wabah Covid-19 sehingga kami sepakat UN ditiadakan.

Demikian dengan mahasiswa, Perguruan Tinggi pun memiliki kebijakannya masing-masing perihal menghadapi pandemik Corona. Dilansir dariCNN Indonesia,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat setidaknya terdapat 832 perguruan tinggi di 166 daerah yang menerapkan metode kuliahdaring (online).

Salah satu kampus di daerah Bandung yaitu Universitas Padjadjaran telah memberikan surat edaran nomor 751/UN6.WR/TU/2020mengenai sistem kuliah online. Kebijakan tersebut diinformasikan berlaku sejak tanggal 18 Maret 2020 hingga 02 April 2020. Namun, seiring dengan perkembangan isu Corona yang semakin meluas, kuliah onlinepun ikut mengalami perubahan dan memperpanjang masa perkulihan daring hingga bulan Juli mendatang.

Kondisi yang mengharuskan untuk berdiam diri di rumah menyebabkan interaksi dan kegiatan yang bisa dilakukan pun terbatas. Kegiatan social distancingdan self quarantineini diisi oleh mahasiswa dengan kuliah, rapat, diskusi tugas, bahkan hingga masa orientasi mahasiswa baru pun secara online.

Dengan adanya kebijakan perkuliahan jarak jauh ini menimbulkan beberapa pro dan kontra di kalangan mahasiswa. Beberapa mahasiswa menyambut dengan antusias adanya masa perkuliahan jarak jauh ini, khususnya bagi mahasiswa perantau mereka berbondong-bondong untuk kembali ke kampung halamannya. Hal itu disebabkan karena mereka merasa lebih nyaman dan aman dengan adanya wabah pandemik ini jika berada di rumah dan bersamadengan sanak keluarga.

Saya lebih merasa aman untuk pulang sih jika terjadi kejadian seperti ini (wabah Covid-19) daripada di kos tidak ada yang menemani, lebih baik pulang. Ujar An Nur, salah satu mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Selain itu, dengan adanya perkuliahan jarak jauh mahasiswa merasa jam kuliah bisa lebih fleksibel dan bisa diakses di mana saja sehingga tidak mengeluarkan biaya transportasi. Meskipun demikian, terdapat kekurangan (kontra) ketika menjalankan perkuliahan jarak jauh. Beberapa di antaranya yaitu minimnya interaksi antara dosen dan mahasiswa sehingga materi yang disampaikan kepada mahasiswa dirasa tidak terlalu dipahami karena adanya keterbatasan tersebut. Selain itu masalah konektivitas jaringan internet yang dirasa kerap kali jelek. Sehingga terdapat kemungkinan di tengah jam kuliah berlangsung koneksi dapat terputus di tengah jalandanmateri yang disampaikan tidakdapat ditangkap dengan sempurna.

Dikutip dari voaindonesia.com, Runa sebagai salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada mengatakan bahwa di rumah koneksi internetnya buruk sehingga ia harus ke perpustakaan UGM demi mendapatkan jaringan internet yang memadai. Bagi mahasiswa yang tidak memiliki wifi di rumah, kebijakan tersebut membuat mahasiswa harus mengeluarkan kocek lebih banyak. Sebab media yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dapat menghabiskan kuota internet yang sangat banyak. Sehingga dengan adanya sistem perkuliahan ini pihak tersebut tidak berkenan.

Kalau belum pakai kuliah online, saya sebulan cuman butuh delapan giga. Kalau ditambah kuliah online gitu, kan mata kuliah saya satu minggu ada tujuh. Terus kalau setiap hari online, kan tujuh giga per minggu dan kalau per bulan kan 28 giga, bisa minus,ujar Runa.

Menyikapi adanya keluhan mahasiswa yang terus berdatangann mengenai borosnya kuota selama masa perkuliahan daring ini, membuat beberapa perguruan tinggi seperti Telkom University (Tel-U), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengambil keputusan untuk memberikan subsidi kuota kepada mahasiswa. Hal tersebut sebagai bentuk upaya kampus dalam menunjang sistem kuliah daringdan juga untuk menumbuhkan semangat belajar mahasiswa dalam masa perkuliahan daring di situasi pandemik COVID-19saat ini.

Adiwijaya selaku rektor Tel-U dalam postingan di accountInstagram @telkomuniversity mengatakan, "Diberikannya subsidi kuota internet ini diharapkan setiap mahasiswa mampu memperoleh kompetensi dari setiap mata kuliah dengan baik. Serta dapat semakin menumbuhkan semangat belajar selama masa Covid-19."

Sementara itu, pihak Universitas Ahmad Dahlan memberikan subsidi kuota internet berupa pengurangan Uang Kuliah Tunggal (UKT) semester genap tahun akademik 2020/2021 senilai Rp 200.000,00 per mahasiswa. Selain itu, pihak kampus juga memberikan fasilitas kuota internet gratis bagi yang mengakses sejumlah domain seperti uad.ac.id, elearning.uad.ac.id,portal.uad.ac.id, dan news.ac.id sebesar 30 GB dengan syarat hanya provider tertentu.

Kuliah onlinemembuat mahasiswa memulaihari dengan membuka laptop hingga menjelang tidur pun masih harus berkutat dengan laptop. Mata sayu dan lelah sudah mulai terlihat dalam raut wajah mahasiswa. Ya, tapi bagaimana lagi? Mau tidak mau, terpaksa dan tidak, itu semua harus tetap dilakukan dalam masa karantina ini.

Di sisi lain, per 8 April 2020 telah tercatat 2.956 orang yang terdeteksi positif Corona, 222 orang telah dinyatakan sembuh, dan 240 orang lainnya dinyatakan meninggal. Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan adanya pernyataan dari pemerintah mengenai perpanjangan masa self quarantine.

Dilansir dari wartaekonomi.co.id, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) telah memperpanjang status keadaan darurat bencana nonalam, virus Corona.Doni Monardo, selaku Kepala BNPB telah menandatangani surat keputusan nomor 13.A Tahun 2020, bahwa terhitung sejak tanggal 29 Februari 2020 sampai dengan tanggal 29 Mei atau sekitar lima hari pasca lebaran Idulfitri 2020.

Namun, dengan adanya perpanjangan ini membuat masyarakat resah karena setelah tiga minggu berjalan masa karantina,sudah banyak orang yang mengeluhkan penatnya berada dalam situasi sekarang. Bosan, penat, stres, hingga tidak jarang mengaduh dan mengomel dengan keadaan ini terlontar dari mulut. Tidak terkecuali saya. Hanya bersosialisasi dengan keluarga rasanya tidak cukup puas.

Bahkan dalam minggu kedua masakarantina sudah terdapat orang yang memutuskan untuk melakukan aktivitasnya seperti sedia kala. Merekalah orang-orang yang bekerja mencari nafkah hanya dengan mengandalkan upah harian. Tak jarang sebagian orang yang bekerja sebagai driver taksi, ojek, dan pedagang kecil lainnya berangkat dari rumah dengan perut kosong. Berharap keadaan ini akan segera berlalu. Tidak jarang setelah sepanjang hari di luar rumah berusaha mencari sesuap nasi, pulang pun terkadang masih dengan tangan yang hampa.

Terpantau pada minggu ketiga sejak masa self quarantinedimulai, jalanan Ibu kota Jakarta sudah mulai ramai di jam pulang kantor."Sore ini malah lebih ramai dari Senin kemarin. Di beberapa titik mulai macet. Mungkin sebagian sudah ada yang masuk kerja lagi. kemarin-kemarin kan mereka libur. Tiga minggu terakhir ini kita ngerasain jalanan sepi banget,"ujar salah satu masyarakat Jakarta, Bapak Suyo kepada today.line.me.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogomengenai kenaikan laju lalu lintas, "Terjadi kenaikan di empat gerbang utama, baik yang dari arah Bogor, Bekasi, maupun arah Tangerang menuju Jakarta," ujarnya.

Berbeda dengan minggu pertama masa self quarantine, masih banyak orang yang menaati kebijakan tersebut dan masih bisa menerima dengan keadaan minimnya hangout bersama teman-teman, kuliah dengan jarak jauh, serta menyalurkan beberapa hobi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya keadaan jalan yang sepi. Hanya beberapa orang saja yang memiliki kepentingan mendesak yang memutuskan untuk pergi.

Berkurangnya volume kendaraan berbanding lurus dengan minimnya polusi udara. Secara tidak langsung, dengan adanya kebijakan untuk #dirumahaja membantu untuk memulihkan lingkungan dari pencemaran udara.

Hal tersebut juga didukung dengan minimnya kegiatan industri. Berdasarkan data dari Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional, proses-proses kegiatan industri menghasilkan berbagai gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), dan Perfluorokarbon (PFC).Data diatas menunjukkan betapa besarnya kontribusi sektor industri terhadap pencemaran lingkungan, terutama pencemaran udara. Oleh karenanya, efek dariself quarantineini mulai terlihat jelas di lingkungan sekitarkita.Yang paling terlihat, langit-langit di kota yang biasanya tertutupi polusi mulai cerah kembali.

Namun, jika kegiatan tersebut diulang secara terus menerus hingga hari ini, apakah tidak bosan melakukan hal yang monoton?

Self quarantineini memang sangat penting dilakukan ketika terdapat wabah seperti ini. Hal ini bertujuan untuk mempersingkat penyebaran dan juga waktu yang diperlukan untuk karantina. Sayangnya, setelah adanya pernyataan dari pemerintah mengenai gerakan tersebut masih terdapat oknum yang menyepelekannya, masih merasa bahwa virus Corona tidak bisa mengenainya dan juga beralasan bahwa ia tidak dapat menularkan. Penyataan yang bisa dibilang gegabah. Bayangkan jika 200 orang memiliki pemikiran seperti itu, kapan rantai penyebaran virus corona ini terputus? Sulit.

Pemerintah memperkirakan masa ini akan berakhir dalam dua minggu, nyatanya sampai detik ini angka terus melonjak naik. Sebenarnya bisa saja jika wabah ini dituntaskan dalam waktu dua minggu tetapi dengan syarat semua masyarakat dan juga pemerintah saling bahu membahu untuk menekan penyebarannya.

Oleh sebab itu, keadaan yang semakin rumit memakasa pemerintah membuat kebijakan baru lagi yang lebih terikat untuk menegaskan adanya social distancingdan self quarantinedengan peraturan PSBB. PSBB merupakan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Kebijakan tersebut telah disahkan oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Anies Baswedan melalui telekonferensi dari Balai Kota DKI Jakarta. Kebijakan PSBB ini akan diberlakukan selama 14 hari, dan diberlakukan sejak 10 April 2020 hingga 24 April 2020. Namun, kebijakan tersebut dapat dipernjang sesuai dengan keadaan dan situasi yang berlaku.

Isi dari peraturan ini mengisyaratkan bahwa semua fasilitas umum seperti taman, ruang olahraga, museum, dan sejenisnya akan ditutup untuk sementara waktu. Akan tetapi, gerai-gerai seperti swalayan, station BBM, rumah sakit, dan mini market masih tetap beroperasi hanya saja jam operasi yang diminimalkan. Selain itu, terdapat pembatasan fasilitas transportasi umum. Dalam kebijakan PSBB, transportasi umum dapat beroperasi dengan ketentuan mengangkut kapasitas penumpang 50 persen dari total kapasitas penumpang. Hal ini dilakukan untuk membatasi jarak sosial antar menumpang pada transportasi umum.

Selain adanya pembatasan jumlah penumpang, Anies juga memberlakukan jam operasional yang berlaku yaitu dimulai yakni pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Penegakan hokum pun berlaku dalam kebijakan ini, hal tersebut dilakukan agar masyarakat lebih aware dan jera terhadap situasi seperti ini. Serta akan adanya peningkatan patroli demi menertibkan masyarakat yang melanggar oleh TNI ataupun Polri dan sanksi akan langsung diterapkan di lapangan.

Dengan adanya kebijakan PSBB tersebut masyarakat diharap dapat menaati kebijakan yang telah dibuat demi percepatan penanganan virus Corona. Jika masyarakatnya pun tidak bisa diajak untuk saling merangkul dalam mengatasi hal ini, dijamin korban akan terus berjatuhan dan kemungkinan besar hari raya Idulfitri ditiadakan.

Oleh: Nisfi Laila Rahmatina (Program Studi Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran)