Beberapa waktu belakangan beredar foto-foto para orang tua lanjut usia (lansia) yang tengah tidur di atas coran semen. Coran semen berbentuk kotak yang ditiduri para lansia tersebut digunakan sebagai alas tidur.

Rama Philips, mantan pemulung yang bangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo

Diketahui para lansia yang tidur di atas coran semen tersebut berlokasi di Panti Dhuafa Lansia Ponorogo, Jawa Timur. Melihat beberapa foto yang beredar, sontak warganet memberikan respon yang beragam seperti memberikan respon negatif, salah satunya dengan berprasangka buruk kepada pengurus panti.

Namun, bagaimana sebenarnya keadaan para lansia yang tinggal di panti tersebut? Daripada berprasangka negatif, langsung simak yuk potret Panti Dhuafa Lansia Ponorogo.

Rama Philips, mantan pemulung yang bangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo

Panti Dhuafa Lansia Ponorogo didirikan oleh Rama Phillips. Rama merupakan pria berusia 35 tahun. Sebelum mendirikan panti lansia tersebut, ia merupakan mantan pemulung sejak tahun 2004 sampai 2009. Kondisi Rama berubah setelah ia merintis bisnis batu akik pada 2015 silam. Rama mengembangkan bisnis batu akiknya hingga mendapat omzet hingga Rp486.000.000.

Memiliki keuntungan dari hasil penjualan batu akik, Rama mulai memutuskan untuk membeli tanah, rumah, dan perlengkapan lainnya yang nantinya dibangun untuk menampung para lansia. Surut dalam bisnis batu akiknya, Rama tetap memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan para lansia yang dirawatnya. Ia kemudian membanting stir dengan menjual berbagai macam plastik. Sampai pada titik ketika ia tidak punya biaya untuk merawat para lansia, para dermawan datang untuk memberikan uluran tangan berupa bantuan dana, salah satunya berasal dari para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di Hongkong.

Rama Philips, mantan pemulung yang bangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo

Foto: Rama bersama salah satu lansia

Bagaimana awal mulanya Rama bisa menampung para lansia di panti yang didirikannya itu? Hal tersebut bermula ketika Rama tengah menjalankan bisnis batu akik miliknya lalu ia bertemu dengan seorang kakek yang masih bekerja keras menjadi kuli panggul. Rama lalu bertanya mengenai alasan mengapa kakek tersebut masih harus bekerja keras. Kakek tersebut mengungkapkan bahwa ia merupakan eks transmigran, istrinya meninggal dan tidak punya anak. Kakek tersebut diusir dari rumah sehingga ia harus bekerja keras serta tinggal di sebuah gubug.

Merasa iba, Rama memutuskan untuk menampung kakek tersebut sebab ia teringat ketika dirinya sempat menjadi pemulung. Keluarga Rama pun tetap mendukung dan menampungnya. Hingga kini, di tahun 2019, Rama merawat 69 lansia, gelandangan, dan ODGJ.

Pada awalnya para lansia yang ditampung tembus hingga 100-an orang. 90 persen dari para lansia yang tertampung di panti ditemukan di jalan, sedangkan 10 persen di antaranya merupakan lansia yang diantar oleh keluarganya ke Panti Dhuafa Ponorogo.

Rama Philips, mantan pemulung yang bangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo

Rama menjabarkan bahwa merawat dan mengurus para lansia dengan berbagai macam masalah dan latar belakang bukanlah sesuatu yang mudah. Terlebih jika mereka datang dalam kondisi sakit. Rama dan istrinya harus memberikan 100% perhatiannya untuk memastikan agar jangan sampai kondisi mereka semakin memburuk. Ia selalu berharap orang-orang yang masuk ke panti bertambah baik dan sembuh.

Rama Philips, mantan pemulung yang bangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo

Lalu apa tanggapan Rama mengenai beredarnya foto para lansia yang tengah tidur di atas coran semen itu? Hal tersebut dibenarkan Rama. Ia mengklarifikasi bahwa memang benar kondisinya seperti itu, tetapi tempat tidur berbahan dasar semen tersebut beralaskan matras busa dan anti air. Beberapa lansia juga kerap membongkar matras tersebut seakan-akan mereka terlihat seperti tidur di atas coran semen tanpa beralaskan matras.

Bukan tanpa alasan, tempat tidur berbahan coran semen tersebut dibuat untuk mempermudah para lansia yang sudah tidak bisa berjalan ke kamar mandi sehingga para lansia kerap buang air di tempat ketika sudah tidak tertahankan. Rama juga menambahkan bahwa pembuatan coran semen tersebut dimaksudkan untuk mempermudah Rama, sang istri, dan para relawan untuk membersihkan tempat tidur dan tubuh para lansia.

Rama Philips, mantan pemulung yang bangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo

Dikutip dari ponorogo.go.id, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos-P3A) Kabupaten Ponorogo, Supriyadi mengatakan bahwa panti jompo tersebut adalah satu dari 42 lembaga sosial yang menjadi binaan Dinsos-P3A Kabupaten Ponorogo. Setiap tahun ada dana lembaga-lembaga panti jompo atau panti asuhan tersebut menerima bantuan dana yang besarnya bervariasi menurut jumlah warga asuhannya. Ada yang sebesar Rp70 juta dan ada pula yang sampai Rp150 juta setiap tahunnya.

Pemkab dalam hal ini dinsos bukan sekadar tahu, tetapi juga mengawasi dan membantu operasional panti. Panti juga sudah membuat MoU dengan RSUD Harjono, Dinkes dan Baznas dalam hal penanganan kesehatan klien, tambahnya.

Rama Philips, mantan pemulung yang bangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo

Selain telah membuat MoU dengan Dinsos Ponorogo, Rama mengungkapkan bahwa MoU juga telah dibuat dengan Dinsos Magetan, Madiun, dan Trenggalek. Tidak hanya Dinsos, baru-baru ini Kemenkumham juga turut membantu dalam pembangunan wisma lansia tersebut.

Rama Philips, mantan pemulung yang bangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo

Tidak hanya Panti Dhuafa Lansia Ponorogo, Rama juga sedang mengelola empat rumah lansia, dua di Kabupaten Ponorogo, satu di Kabupaten Tulungagung, dan satu lainnya di Kabupaten Blitar.

Rama Philips, mantan pemulung yang bangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo

Nah, itu dia potret Panti Dhuafa Lansia Ponorogo. Seperti yang sudah disebutkan, panti tersebut berada dalam pengawasan Dinas Sosial. Jadi nggak perlu khawatir, ya. Jika kamu berniat untuk memberikan bantuan berupa donasi, bisa langsung bergabung dalam grup Facebook PANTI DHUAFA LANSIA PONOROGO (081280032421) untuk melihat perkembangan Panti Dhuafa Lansia Ponorogo.

Terima kasih telah membaca artikel ini. Salam hangat!