Berciuman adalah salah satu tindakan paling romantis di banyak budaya manusia, hingga ribuan novel dan film menyuguhkan adegan ini sebagai andalanya guna menarik minat konsumen. Tetapi apakah pernah terlintas di benak kita, sebenarnya apa yang terjadi saat kita sedang berciuman dan apa korelasinya dengan cinta. Saat kitaberciuman sensitivitas otak meningkat. Melepaskan tiga bahan kimia utama yaitu dopamin, serotonin dan oksitosin.

Ketiga zat tersebut menimbulkan rasa senang. Dopaminyang bereaksi saat ciuman punya cara kerja yang mirip dengan kokain dan heroin, membuat kita ketagihan.Serotoninmembangkitkan emosi, terkait seksualitas dan nafsu.Neurotransmitter inilah yang menjadikan kita begitu terobsesi dengan sesuatu, termasuk kepada pasangan atau lawan jenis. Merujuk sebuah hasil penelitian terbaru tahun 2017 yang lalu, parailmuwan di Amerika Serikat mengungkapkan oksitosin adalah hormon yang fungsinya mengatur sistem saraf. Mempengaruhi perilaku sosial dan pola seksual, inilah yang dikenal sebagai"hormon cinta."

Tubuh kita berada dalam kontak konstan dengan berbagai rangsangan, bau, selera dan temperatur. Oksitosin berperan penting untuk mengisi memori otak, dengan banyak informasi hasil dari rangsangan yang diterima oleh tubuh. Bisa disimpulkan zat inilah yang menyebabkan kita sedang ingin atau tidak ingin melakukan sesuatu. Namun ketika sudah terjadi bibir ketemu bibir, oksitosin sangat mungkin bereaksi lebih cepat. Karena bibir adalah salah satu zona paling sensitif seksual, penuh dengan ujung saraf yang mengirimkan ribuan signal ke otak. Guna membantu kita memutuskan apa yang akan terjadi, selanjutnya terserah anda.