Pada awal tahun 2020, seluruh penduduk di dunia dihebohkan dengan munculnya varian virus baru yang menginfeksi sistem pernapasan manusia. Infeksi Virus ini dikenal dengan sebutan Covid-19. World Health Organization (WHO) memaparkan bahwa Coronaviruses (Cov) atau Covid-19 menyebabkan si penderita memiliki gejala seperti penyakit flu bahkan sampai penyakit seperti sindrom MERS-CoV dan sindrom SARS-CoV. Selain itu, penularan virus tersebut sangat cepat dan meluas ke berbagai wilayah hingga berdampak pada perekonomian Indonesia.

Survei yang dilakukan lembaga riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebutkan bahwa sekitar 29 juta warga Indonesia mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sedangkan di sektor formal terdapat 6,4 juta pekerja dirumahkan akibat Covid-19. Dampak terbesar terlihat pada UMKM sebagai penyerap 97,3 persen lapangan kerja turut mengalami penurunan omzet sejak awal pandemi merebak. Asian Development Bank (ADB) juga memaparkan hasil surveinya bahwa 48,4 persen dari 62 juta UMKM berhenti seketika karena terseret pandemi Covid-19. Dengan demikian, ada sekitar 30 juta UMKM terdampak.

Setelah satu tahun berhadapan dengan realita, justru pelaku UMKM yang mampu menjadi pionir penggerak demi melawan kerugian akibat pandemi Covid-19. Saat Pelatihan Digital UMKM berlangsung, Johnny G. Plate selaku Menteri Kominfo mengatakan, "UMKM sumbang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) lebih dari 60 persen. Bahkan penjualan daring meningkat hingga 480 persen". Oleh karena itu, peran pengusaha harus terus dibangkitkan. Jika peningkatannya dapat dipertahankan hingga beberapa bulan ke depan, bukan mustahil perekonomian Indonesia akan kian membaik dan stabil.

Mengembalikan kondisi ekonomi Indonesia bukan hanya tugas pemerintah, namun juga menjadi peran seluruh pelaku perekonomian, tak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa dengan berbagai ilmu yang dimilikinya, patut menjadi harapan besar bagi bangsa. Mereka bisa memberikan ide-ide kreatif, inovatif, dan berdampak besar bagi masyarakat banyak, sehingga turut membantu laju peningkatannya. Peralihan sistem pemasaran dari luring ke daring di tengah pandemi Covid-19 seharusnya menjadi ladang emas bagi mahasiswa yang paham dan melek akan teknologi. Mereka bisa saja membantu sistem pemasaran para UMKM terdampak sekaligus memberikan pelatihan kepada pelaku ekonomi lain terkait perkembangan digitalisasi yang amat pesat saat ini.

Peran mahasiswa sebenarnya tidak hanya membantu pelaku UMKM untuk menjalankan usaha mereka, tetapi mereka bisa turut menciptakan usaha baru. Pendirian usaha online yang digemari banyak kalangan bisa menjadi celah menarik untuk memulai usaha baru. Selain menyediakan lapangan kerja bagi yang membutuhkan, mahasiswa juga bisa menjadi inspirasi bagi pihak-pihak lain jika berhasil mewujudkan usaha tersebut. Oleh karena itu, bukan hal buruk apabila mahasiswa mengambil peran lebih di dalam ekonomi bangsa apabila mengingat kecukupan kemampuan mereka.

Hal penting lain yang dapat mempertahankan peningkatan perekonomian saat ini yaitu pemberian bantuan usaha dari pemerintah dan pihak-pihak swasta. Di masa pandemi Covid-19 ini, besar anggaran bantuan sosial, penyelamatan Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM berjumlah lebih banyak daripada sebelumnya. Berdasarkan artikel ekonomi.bisnis.com, jumlah dana yang diterima pelaku usaha pada program BPUM 2021 yakni sebesar Rp1,2 juta kepada 9,8 juta UMKM di Indonesia. Bantuan tersebut diharapkan menjadi modal kebangkitan untuk mempertahankan kondisi ekonomi Indonesia yang kian membaik.

Pandemi Covid-19 memang mengakibatkan berbagai permasalahan di beberapa wilayah. Akan tetapi, tidak sepatutnya bangsa Indonesia pasrah akan keadaan. Kita semua harus mulai bergerak dan berani menghadapinya demi terbebas dari rentetan permasalahan pandemi ini. Dibarengi dengan kerja sama dan memanfaatkan teori dan ilmu yang dimiliki mahasiswa, bangsa Indonesia pasti dapat bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 ini.