Satelit di era perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet yang menjadi alat memata matai satu sama lain selalu berukuran raksasa.Satu buah satelit bisa berukuran dua kali luas lapangan sepak bola dengan usaha peluncuran yang sangat mahal dan ribet.

Di era milenium, para insinyur penerbangan luar angkasa di NASA berusaha mengecilkan ukuran satelit hingga yang terkecil, tapi punya kemampuan yang jauh lebih canggih. Sebuah perusahaan Amerika Space Lab telah berhasil membuat satelit seukuran tas ransel, bahkan seukuran box pizza dengan kemampuan yang canggih sebagai alat mata-mata atau survey permukaan bumi selain sebagai alat komunikasi.

Space Lab telah meluncurkan satelit berukuran mini tersebut di tahun 2018 dengan roket milik India yang harga peluncurannya relatif murah.Beberapa negara membeli dan menggunakan satelit mini Space Lab tersebut untuk keperluan survei permukaan bumi dan komunikasi diantaranya Australia, Kaza Kazakh, Israel, Ghana, dan beberapa negara yang lainnya.

Ghana merupakan sebuah negara di Afrika yang memanfaatkan satelit mini IRVINE 2 tersebut untuk mengawasi permukaan tanah dan penambangan gelap di negaranya.Satelit IRVINE 2 dinamai dari nama sekolah menengah dan universitas IRVINE yang berada di California, Amerika serikat.

Perakitan satelit mini IRVINE dilakukan oleh murid murid sekolah menengah dan Universitas IRVINE yang melakukan kerjasama dengan perusahaan Space Lab dalam upaya merangsang generasi muda Amerika untuk berinovasi dalam teknologi satelit dan ruang angkasa.

Space Lab menyatakan bahwa satelit mini seukuran tas ransel mereka lebih cenderung digunakan untuk survey permukaan bumi dan pemetaan dan sudah digunakan untuk mengambil gambar objek panas akibat kebakaran hutan yang terjadi di California. Melihat bumi dari luar angkasa jauh lebih menantang dalam pengembangan inovasi teknologi satelit dan kesuksesan bisnis di masa depan, begitu yang diungkapkan oleh Space Lab.