Sudah dua abad berlalu sejak baterai pertama kali ditemukan. Sampai sekarang para peneliti tetap mengembangkan komponenkomponen baterai agar memiliki tingkat keefektifan yang tinggi. Belum lagi dengan hadirnya teknologi Energi Terbarukan (Renewable Energy) ini yang mengharuskan para peneliti untuk membuat tenaga listrik yang ramah lingkungan. Salah satu contoh pembangkit tenaga listrik energi terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu memanfaatkan energi alam berupa embusan angin yang menggerakkan turbin angin yang dapat menghasilkan energi listrik. Di Indonesia sendiri sudah terdapat 30 kincir angin raksasa dengan kapasitas 75 Mw. Sistem kerjanya adalah ketika embusan angin memutarkan balingbaling yang tersambung dengan generator sehingga dapat menghasilkan listrik yang disimpan ke dalam baterai atau accu.

Kendala yang ada pada saat ini adalah terletak di umur ekonomis accu yang dapat bertahan kurang lebih lima tahun penggunaannya dan harus diganti dengan unit baru yang menyerap biaya cukup besar. Untuk itu, perlu adanya solusi dalam menyiasati permasalahan ini dengan mengganti komponen baterai yang mampu membuat usianya lebih lama lagi yang dapat diisi kembali serta ramah lingkungan.

Sistem kerja baterai adalah menyimpan listrik dalam bentuk kimia. Tipe baterai yang cocok untuk Renewable Energy adalah baterai sekunder. Baterai sekunder (rechargeable battery) merupakan baterai yang bisa diisi ulang dikarenakan komposisi awal elektroda dapat dikembalikan dengan arus berkebalikan. Tidak seperti halnya baterai primer yang hanya sekali pakai sehingga kurang efisien.

Baterai sekunder akan menyimpan energi jika turbin angin tidak berputar dan akan mengisi energi kembali jika turbin angin berputar. Baterai ini hanya memiliki dua macam yang cocok untuk turbin angin yaitu baterai liion dan baterai lead acid. Baterai lead acid mengandung asam timbal untuk bahan kimianya. Salah satu tipenya yang cocok untuk sitem turbin angin adalah deep cycle battery berjenis FLA. Namun, untuk kapasitas dan daya tahan pada baterai li-ion lebih besar daripada baterai lead acid. Baterai li-ion dapat menyimpan 24 jam 50 kali setahun. Sayangnya untuk sekarang bahan litium sedang mengalami krisis sehingga membutuhkan bahan yang baru.

Demi mewujudkan baterai yang ramah lingkungan, lahirlah sebuah baterai berjenis Flow Batteries Redox Vanadium. Flow batteries merupakan solusi dalam masalah umur. Baterai ini memiliki umur yang panjang dibandingkan dengan baterai pasaran lainnya dan dapat bertahan di sekitar suhu 25C 40C.

Redox Flow Batteries (RFB) hadir pertama kali pada tahun 1970 oleh Badan Antariksa Amerika yang hanya memiliki daya 1 kW. Bahan RFB yang digunakan beralas Fe/Cr. Tetapi perkembangan RFB beralas Fe/Cr berhenti karena reaksi ion Cr yang lambat dan terjadi penurunan sel. Saat ini, teknologi RFB yang paling sukses adalah RFB berbahan vanadium yaitu Vanadium Redox Flow Battery (VRFB).

Perkembangan teknologi baterai Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

IlustrasiVanadium Redox Flow Battery / Foto: flickr.com

Pasokan vanadium dalam baterai dapat didaur ulang secara praktis tanpa henti karena ion vanadium dipindahkan di antara keadaan oksidasi dan tidak didegradasi. Lebih menariknya unsur vanadium ini sangat berlimpah di ke13 kerak bumi. Hebatnya sel vanadium ini terdapat dalam beberapa buah dan tumbuhan seperti jamur, kerang, anggur dan bijibijian yang mana jika diteliti lebih lanjut memiliki potensi besar untuk kelangsungan baterai ramah lingkungan.

Flow Batteries menawarkan diversifikasi dalam ruang penyimpanan baik di lokasi manufaktur dan diarahkan pada pasar yang mungkin lebih cocok daripada baterai Li-ion. Tak hanya itu, biaya instalasi VRFB begitu mahal meskipun International Renewable Agency(IRENA) memprediksi bahwa pada tahun 2030 biaya instalasi VRFB akan mengalami penurunan hingga 50 USD/kWh,umuryang lebih lama hingga 30 tahun serta efisiensinya pun meningkat dari 70% menjadi 78%.

Proyek penelitian baterai vanadium ini didanai sebesar 20 juta dollar oleh California Energy Commission (CEC) yang berbasis di wilayah Inggris. Sumber pasokan terbesar vanadium berada di AS. Meskipun Vanadium Redox Battery tidak memiliki risiko kebakaran, tetapi memiliki korositas tinggi sehigga diperlukanya lagi pengembangan.

Seiring dengan berjalannya waktu, Mahasiswa lulusan Universitas Brawijaya jurusan Teknik Kimia menemukan inovasi Redox Flow Batteries yang dimodifikasi dengan Methylene Blue untuk bahan aktif berasal dari kulit pisang sebagai alternatif asam sulfat.

"Dengan modifikasi Methylene Blue sebagai bahan aktif dan kulit pisang sebagai cairan elektrolit, tentunya akan menjadi sebuah gagasan terbarukan untuk menggantikan bahan aktif dan zat elektrolit yang telah dikembangkan selama ini yaitu Vanadium dalam H2SO4 pada Redox Flow Battery," pungkas Hanif mewakili tim. (mic/Humas UB). Dengan adanya ini, maka terciptanya baterai yang memiliki umur panjang serta penyimpanan energi yang besar di masa yang akan datang dapat tercapai.

Perkembangan teknologi baterai Pembangkit Listrik Tenaga Bayu pada akhirnya sudah mengalami perkembangan yang significant. Dengan penelitian pengganti bahan baku kimia yang bisa diperoleh dari jenis tumbuhan yang mudah didapatkan dan ramah lingkungan. Semoga penelitian akan manfaat sumber daya yang lain dapat juga diaplikasian dalam teknologi ini.