Perairan Baubau merupakan salah satu perairan terpadat di Sulawesi tenggara. Tiap harinya beragam kapal hilir mudi di perairan ini. Baik itu kapal penumpang, termasuk pelni, kapal niaga, maupun kapal pencari ikan menghiasi perairan ini tiap harinya. Tak dapat disanksikan lagi perairan ini menjadi sentra penghubung Pulau Muna dan Pulau Buton, serta pulau pulau kecil di sekitarnya.

Tanpa manifest penumpang.

Bagi kamu yang sering melintasi perairan Baubau pasti sangat mengenal Pelabuhan Jembatan Batu dan Pantai Kamali serta Dermaga Wamengkoli. Yah dermaga tersebut merupakan dermaga kecil yang aktivitas hilir mudik kapalnya tak kalah dengan Pelabuhan Murhum, Baubau. Di dermaga tersebut berbaris rapi jajaran perahu motor yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai speed. Perahu-perahu tersebut siap mengantarkan penumpang ke tempat tujuan dengan biaya yang terjangkau sekitar sepuluh hingga dua puluh ribu rupiah per orang tergantung dengan jumlah penumpangnya.

Namun di balik biaya murah tersebut terkandung risiko yang cukup besar. Yah, mengandung risiko. Sebagai penumpang kamu tidak diberikan tiket ataupun resi untuk perjalanan tersebut. Selain itu tidak ada pencatatan nama penumpang untuk tiap kapal yang akan melaut.

Memang sih kedua dermaga ini telah mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam bentuk beautifikasi, namun belum mendapatkan perhatian dalam hal tata kelolanya.

Waktu sangat berharga.

Walaupun berisiko, namun hal ini tidak menyurutkan niat para pengguna jasa kapal motor tersebut. Sebenarnya terdapat transportasi lain untuk menghubungkan kedua pulau ini dengan biaya yang lebih murah, yakni kapal ferry. Dilihat dari aspek keamanan kapal ini cukup lengkap, mulai dari pelampung, pemadam api, serta manifest tiap penumpang. Namun karena waktu tempuh yang dibutuhkannya cukup lama, maka transportasi ini kurang banyak diminati. Kecuali yang ingin menyeberangkan kendaraan pribadi mereka atau yang ingin menghabiskan waktu di atas kapal.