Pernahkah terpikir kenapa kita tidak diperbolehkan untuk berhubungan seks sebelum menikah? Apakah karena takut hamil di luar nikah, menyebabkan dosa, atau tertular penyakit? Tentunya banyak alasan yang melatarbelakanginya. Namun di luar itu semua, berhubungan intim memiliki lebih banyak aspek dari yang kamu kira. Coba pikirkan kapan kamu mendapatkan informasi terkait ini semua?

Seks merupakan hal yang dianggap masih sangat tabu di negara mayoritas beragama Islam ini. Orang tua di rumah masih enggan untuk membahas apa, bagaimana, mengapa hal itu terjadi, dan mengapa anakanak harus berhatihati dalam konteks tersebut.

Mulai dari sekarang kamu harus mulai menerapkan edukasi seks kepada anak-anak, khususnya pada usia pubertas. Target yang baik untuk mulai membicarakan edukasi seks adalah para siswa di bangku SMP dan SMA. Usia 12 hingga 18 tahun di mana anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan membuat mereka menjadi target paling rentan terhadap kesalahan.

Ratarata anak di Indonesia lebih banyak mendapatkan informasi atau belajar tentang seks melalui acaraacara TV Barat atau internasional dibandingkan dari orang tua atau sekolah. Ada baik dan buruk dari hal ini. Baik karena anak-anak setidaknya mendapatkan informasi mengenai bahaya dan risikonya, dan juga buruk karena tidak semua acara TV memberikan edukasi yang baik.

Lalu, bagaimana cara untuk memberikan pendidikan seks pada remaja? Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan.

1. Mengadakan kelas edukasi seks di sekolah.

Walaupun masih terdengar sangat aneh, ini adalah cara yang paling jelas karena anak-anak akan wajib mengikuti kelasnya dan akhirnya mendapatkan edukasi yang benar. Amerika Serikat sudah menerapkan Health Class ke dalam jadwal sehari-hari anak. Di kelas tersebut mereka akan membahas eksplorasi tubuh manusia, baik/buruknya, cara benar/salah, dan risiko fatal yang bisa terjadi jika lalai. Dengan menerapkan ini, diharapkan ke depannya anak akan sadar betapa besar tanggung jawab yang ia pegang saat berhubungan seks.

2. Membicarakannya antara orang tua dan anak.

Denganperbedaan hubungan antara seorang anak dengan orang tua pada masing-masing rumah tangga menyebabkan cara ini akan lebih sulit. Kondisi psikis anak di usia pubertas akan cenderung lebih menolak pembicaraan intim khususnya dengan orang tua. Di umur tersebut mereka sedang mencari jati dirinya sehingga membicarakan soal seks akan membuat sang anak tidak nyaman. Tetapi jika orang tua membiasakan hubungan yang dekat dengan anak, prasangka inipun dapat dimusnahkan.

Walaupun masih sangat tabu dan janggal, hal yang berkaitan dengan seks adalah hal penting yang harus diperhatikan demi masa depan generasi penerus bangsa. Kita harus bersama sama membasmi stereotip tabu tersebut menjadi hal yang umum. Bukalah pikiranmu dan lihatlah sisi manfaat yang dapat diambil dari hal ini.Mulainyawesternisasi di Indonesia, ajaran-ajaran dan edukasi yang salah bisa saja diterima dengan mudahnya oleh anak dan mereka pun bisa terjun ke jalan yang belum tentu benar. Informasi bisa diterima dan dicari dengan sangat mudah dengan kemajuan teknologi sekarang. Maka dari itu, lebih baik kita saring kebaikan yang ada dan memberi tahu terlebih dahulu sebelum mereka menerima informasi yang salah.

Oleh: Quisha Dwitheakalila