Dewasa ini banyak muncul pencemaran udara yang mengganggu kesehatan.Pencemaran udara merupakan kondisi masuknya zat-zat dalam wujud gas dan partikel ke dalam atmosfer dari aktivitas lain di luar proses alamiah sehingga mengubah komposisi alamiah semula.

Tau gak sih darimana asal pencemaran udara kita?Dalam hal ini pencemaran udara terdapat dua sumber utama, yaitu sumber alamiah dan sumber antropogenik.

1. Sumber alami.

Bentuk pencemaran secara alamidisebabkan karena adanya fenomena alam yang terjadi secara periodik tanpa campur tangan manusia atau hasil dari aktivitas manusia. Sumber pencemaran ini ada karena siklus alami. Pencemaran ini juga dapat dikatakan berkesinambungan karena merupakan bagian dari iklim alam bumi yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang.

Debu dan kebakaran hutan.

Di daerah-daerah yang kering dan hanya punya sedikit vegetasi, angin secara alami dapat membentuk debu. Partikulat ini ketika berada di udara dapat menyebabkan efek pemanasan dan berbahaya bagi makhluk hidup.

Kebakaran hutan terjadi secara alami sebagai akibat dari musim yang menyebabkan kekeringan. Asap dan karbon monoksida dihasilkan dari kebakaran hutan dan berkontribusi dalam pencemaran udara.

Hewan dan tumbuhan.

Hasil dari proses pencernaan hewan dapat berkontribusi kepada pelepasan metana ke atmosfer yang merupakan gas rumah kaca. Di beberapa bagian bumi, tanaman seperti pohon black gum, pohon poplar, pohon ek, dan pohon willow, dalam jumlah yang signifikan mengemisikan VOC saat temperatur udara hangat. VOC ini dapat bereaksi dengan polutan antropogenik, yaitu NOx, SO2, dan senyawa-senyawa karbon yang membahayakan.

Aktivitas gunung berapi.

Erupsi gunung berapi adalah sumber paling dominan dalam pencemaran udara secara alami. Ketika terjadi erupsi, dihasilkan sulfur, klor, dan debu dalam jumlah sangat banyak yang dilepas ke atmosfer sehingga dapat dengan mudah didispersikan oleh angin. Ditambah lagi, senyawa seperti SO2 dan debu vulkanik diketahui dapat memberi efek pendinginan secara alami karena mampu merefleksikan radiasi matahari.

2. Sumber Antropogenik.

Kontributor terbesar pencemaran udara pada masa ini adalah hasil dari aktivitas manusia. Hal ini sebagai akibat dari aktivitas manusia yang pesat dalam penggunaan bahan bakar fosil dan industri, juga akumulasi dari limbah, pertanian yang modern, dan aktivitas manusia lainnya.

Emisi bahan bakar fosil.

Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi adalah penyebab utama pencemaran udara. Umumnya digunakan di pembangkit listrik, proses manufaktur, insinerasi limbah, dan proses pemanasan-pembakaran lainnya.

Menurut Union of Concerned Scientists, industri menyumbang 21% dari emisi gas rumah kaca di AS, sementara pembangkit listrik menyumbang 31% lainnya. Sementara itu, emisi yang disebabkan oleh kendaraan yang membakar bensin, yaitu CO, CO, nitrogen oksida, partikulat dan uap air, juga merupakan sumber polusi udara yang signifikan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh UCS pada 2013 menunjukkan bahwa transportasi menyumbang lebih dari setengah karbon monoksida dan nitrogen oksida, dan hampir seperempat hidrokarbon dipancarkan ke udara di AS. Secara global, situasinya serupa, dengan variasi kecil menurut sektor.

Menurut Laporan Penilaian Kelima IPCC (2014), industri menyumbang 21% dari total emisi gas rumah kaca, listrik, dan produksi panas untuk 25% lainnya, dan transportasi menyumbang 14%.

Pertanian dan peternakan.

Emisi gas rumah kaca dari pertanian dan peternakan merupakan akibat dari kombinasi banyak kegiatan, salah satunya adalah produksi metana dari kandang peternakan. Akibat lainnya adalah deforestasi karena kebutuhan lahan untuk pertanian yang menyebabkan berkurangnya pohon dan kemampuan pohon dalam mengikat karbon di udara.

Menurut Laporan Penilaian Kelima IPCC, pertanian menyumbang 24% dari emisi tahunan. Namun, perkiraan ini tidak termasuk CO2 yang dikeluarkan ekosistem dari atmosfer dengan menyerap karbon dalam biomassa, bahan organik mati, dan tanah, yang mengimbangi sekitar 20% emisi dari sektor ini.

Limbah.

Landfill juga berkontribusi dalam menghasilkan metana jika dalam operasionalnya landfill tidak dioperasikan dengan baik untuk mencegah terbentuknya metana ataupun mengelola metana yang terbentuk. Pertumbuhan populasi dan urbanisasi punya relasi terhadap jumlah limbah yang dihasilkan, yang berdampak pada kebutuhan lahan untuk penimbunan limbah yang menjadi lahan penghasil gas metana.