Jika kita berkeliling di seputaran Jl. Gajah Mada Denpasar menuju alun-alun Puputan Badung, maka kita akan menemui papan jalan tentang informasi city tour. Wisata perkotaan Kota Denpasar atau yang dikenal dengan Denpasar Heritage City Tour dalam Surat Keputusan Walikota Nomor 188.45/417/HK/2015 menetapkan: Lapangan I Gusti Made Ngurah Agung (alun-alun Puputan Badung); Patung Catur Muka; Pura Jagatnatha; Museum Bali; Puri Agung Jrokuta; Pura Maospahit; Pasar Badung; Hotel Inna Bali; dan Rute sepanjang Jl. Sugianyar, Jl. Pulau Buton, Jl. Sumatera, Jl. Hasanudin, Jl. Gunung Batur, Jl. Gunung Merapi, Jl. Setia Budi, Jl. Sutomo, Jl. Gajah Mada, Jl. Veteran sebagai kawasan cagar budaya kota. Keseluruhan kawasan tersebut merupakan cikal bakal lahirnya Kota Denpasar.

Kini, kota yang telah berusia 231 tahun (1788-2019) tersebut menggagas tentang kota berwawasan budaya sebagai identitas diri. Sebuah hal yang menarik diamati tentang sebuah kota berwawasan budaya di pulau yang selalu bernafaskan budaya dalam kesehariannya. Sebagai contoh nyata, kawasan areal Jl. Gajah Mada yang semula belum mendapat perhatian kini mulai di tata kembali. Beberapa perbaikan difokuskan pada pembangunan citra kota modern namun tetap bernuansa budaya. Penataan pedestrian, penggunaan aksesoris jalan yang bercirikan seni budaya Bali menghiasi trotoar jalan, hingga yang terbaru yakni revitalisasi Tukad Badung.

Menurut data yang dihimpun oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (PSP) Provinsi Bali Nusra maupun Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) wilayah kerja Bali Nusra jumlah benda cagar budaya/situs di Kota Denpasar sekitar 36 hingga 38 situs berupa Pura, prasasti, dan Masjid. Khusus kawasan Jl. Gajah Mada dan sekitarnya terdapat beberapa objek yang telah masuk katagori cagar budaya antara lain Pura Maospahit Gerenceng, Jl. Gajah Mada Heritage, dan Hotel Inna Bali.

Menjelajah Zona Z Kota Denpasar bersama anak SD dan para kadernya

Bertolak dari keberadaan cagar budaya ini, beberapa pihak memberi perhatian khusus. Salah satunya adalah Kader Pelestari Budaya (KPB) Kota Denpasar. Berawal dari 28 Desember 2008, beberapa pemuda menginisiasi kegiatan kemah budaya di Pulau Serangan Denpasar. Hasil dari kegiatan ini, setiap tahunnya diadakan pelatihan dan kemah budaya yang diharapkan mampu sebagai wadah anak-anak muda untuk peduli dan menjaga warisan budaya. Secara lembaga organisasi ini didirikan oleh Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Kebudayaan dan Kader Pelestari Budaya Provinsi Bali. Sementara, secara personal organisasi ini didirikan oleh I Wayan Dalam Ari Kalky, S.S., Ida Bagus Hari Kayana Putra, S.Kom., Ida Ayu Gede Sasrani Widyastuti, S.Sn., M.Sn., dan Putu Ardika Putra, S.Sos.

Hingga hari ini, KPB telah tersebar di beberapa kabupaten-kota di Bali sebut saja Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, Jembrana, Klungkung, Buleleng, dan satu tingkat Provinsi Bali. Secara rutin KPB khususnya kader Denpasar selain melaksanakan kemah budaya juga menggelar acara Jelajah Kota Pusaka. Jelajah Kota Pusaka adalah egiatan jelajah kota yang difokuskan pada kawasan Jl. Gajah Mada Denpasar serta mengajak anak-anak Sekolah Dasar di sekitar Denpasar mengenal dan mengunjungi bangunan-bangunan kota dengan cara yang menghibur namun tetap berwawasan budaya.

Menjelajah Zona Z Kota Denpasar bersama anak SD dan para kadernya

Jelajah Pusaka Kota bersama anak SD dan para kadernya.

Jelajah Kota Pusaka atau yang disebut sebagai Jelajah Zona Z oleh para kader yakni rute yang membentang dari titik poin di Puri Pemecutan menuju ke utara, yakni Pura Maospahit Grenceng lalu bergerak ke timur menyusuri sepanjang Jl. Gajah Mada dengan singgah di halaman Pasar Badung dan Catur Muka berlanjut menuju Hotel Inna Bali dan berakhir di Puri Satria yang berada di utara hotel. Secara imajiner, pola rute ini membentuk huruf Z sehingga oleh para kader menyebutnya zona Z Kota Denpasar.

Melalui perjalanan jelajah kota ini, anak-anak SD dipandu untuk mengenal objek yang mereka lewati sepanjang zona Z. Beberapa bentuk kegiatan yang menarik pun disiapkan, seperti pemberian hadiah saat kuis ataupun tes kekompakan sesama peserta kelompok. Selayaknya berburu harta karun, kegiatan ini selain sebagai media pembelajaran di luar lingkungan sekolah juga memberi kesan yang positif tentang sejarah dan budaya di kota tempat mereka tinggal.

Hal inilah yang dirasakan oleh Iko Putra Tara Tiyasa (16 tahun) yang kini menjadi anggota angkatan XI KPB. Saat itu, Iko yang baru duduk di kelas 5 SD merasa senang dapat berkeliling mengenal tempat bersejarah di kotanya. Saat itu saya baru memiliki hp Nokia yang bisa digunakan untuk berfoto, lalu saya foto semua, ada meriam ada yang lainnya, kenang pria yang kini telah berstatus siswa kelas 2 di SMA Negeri 7 Denpasar. Atas dasar hal tersebut Iko sangat tertarik bergabung dan memutuskan ngayah di KPB.

Menjelajah Zona Z Kota Denpasar bersama anak SD dan para kadernya

Terlepas dari kegiatan Jelajah Kota Pusaka dari KPB, City Tour Denpasar sebenarnya telah lama diharapkan menjadi sebuah wisata sejarah kota yang nantinya dapat disandingkan dengan Kota Tua di Jakarta atau pun kawasan Malioboro-Keraton Yogyakarta. Berbagai wacana dan konsep tentang sebuah pariwisata City Tour terus digaungkan setiap tahun oleh berbagai instansi tidak hanya dari pelaku pariwisata, akademisi budaya, hingga akademisi multidisiplin lainnya pun turut mengomentari tentang impian ini.

Walaupun banyak ide dan gagasan yang telah didiskusikan oleh pihak terkait tersebut, namun pada kenyataannya belumlah sesuai harapan. Padahal terkait fasilitas penunjang dapat dikatakan mumpuni bahkan selalu diperbaharui. Salah satunya QR Code. Langkah dari Dinas Pariwisata Kota Denpasar ini dapat ditemui di situs cagar budaya Pura Blanjong, Pura Maospahit, dan Pura Jro Kuta. Seperti yang diberitakan oleh Tribun-Bali.com (http://bali.tribunnews.com/2019/05/01/denpasar-perkuat-cagar-budaya-di-tengah-pariwisata-modern?page=4.).

Selain dari segi fasilitas penunjang, Pemerintah Kota Denpasar juga menjalin kerja sama dan tergabung dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) serta Organisasi Kota Pusaka Dunia (Organization World Heritage City). Sebagai bentuk nyata peran aktif Denpasar, Bulan April 2019 kemarin, Kota Denpasar menjadi tuan rumah Konfrensi International Organisasi Kota Pusaka Dunia yang melibatkan 13 kota dari berbagai negara di Eropa dan Asia.

Namun seperti yang dikatakan sebelumnya, inisitaif ini belumlah membuahkan hasil yang signifikan. Data Dinas Pariwisata Bali tahun 2016, angka kunjungan ke daya tarik wisata di Kota Denpasar tersebut relatif kecil untuk ukuran pulau yang bertumpu pada sektor pariwisata ini. dalam hitungan angka, kunjungan wisatawan ke Museum Bali untuk tahun 2016 adalah 21.445 orang, berarti sekitar 60 orang per hari. Bahkan untuk situs dan objek lainnya di kawasan Jl. Gajah Mada dapat dihitung dengan jari. Inilah yang menjadi PR besar sebuah kota pusaka.

Melalui kunjungan rutin anak-anak SD dalam kegiatan Jelajah Kota Pusaka inilah konsep wisata kota sejarah dan berbudaya dapat diuji kelayakan dan berstatus pionir. Dengan sering kali diadakah hal serupa, maka dapat menjadi stimulan mendorong kiat-kiat serupa yang nantinya dapat secara teratur dan terencana sehingga dapat menarik perhatian wisatawan yang berkunjung dan menginap disekitaran Denpasar.

*Kegiatan ini menjadi agenda rutin tahunan dari Kader Pelestari Budaya Kota Denpasar. Untuk informasi secara resmi tentang topik ini dapat melalui website Pemerintah Kota Denpasar (https://heritage.denpasarkota.go.id/)