Meskipun namanya Festival Melupakan Mantan, tapi jangan salah, ini bukan festival jomblo lho. Siapa saja boleh datang, termasuk mereka yang sudah punya pasangan.

Festival Melupakan Mantan pertama kali digelar pada 13 Februari 2015 dan terus diselenggarakan secara rutin setiap tahun dengan tema yang berbeda. Festival ini merupakan gaya anak muda Jogja dalam menyambut Hari Valentine dengan cara yang berbeda. Tanpa bunga mawar, tanpa cokelat, dan tanpa ucapan-ucapan gombal.

Sejak pertama kali digelar, festival ini selalu menarik perhatian. Ribuan anak muda Jogja terlihat antusias hadir di festival ini sambil membawa barang-barang kenangan dari para mantan mereka untuk disumbangkan kepada panitia.

Namun pada tahun 2018, festival ini dinyatakan selesai untuk menghindari kejenuhan dan tahun 2020 ini kembali diselenggarakan. Dengan mengusung tema "Mentas", Festival Melupakan Mantan 2020 mencoba memberikan suntikan semangat baru terhadap anak muda yang sedang mengalami kegalauan.

Ketua Panitia Festival Melupakan Mantan (FMM) 2020, Seto Prayogi mengungkapkan bahwa tema "Mentas" yang diusung dalam FMM 2020 dimaksudkan sebagai upaya menularkan semangat kemandirian atau kebangkitan atas sebuah kegagalan. Oleh karena itu, FMM 2020 ini berupaya agar dapat menebarkan semangat optimisme kepada kaum muda.

"Dalam Bahasa Jawa kata 'Mentas' bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mandiri. Oleh karena itu, FMM 2020 ini kembali kita selenggarakan untuk menularkan semangat kebangkitan serta kemandirian." Ujar Seto kepada wartawan pada Selasa (11/2/2020).

Dijelaskan Seto, karena semangat utama Festival ini menularkan semangat optimisme maka sejak pertama kali diselenggarakan, FMM dikemas sebagai sebuah festival dengan nuansa gembira dan penuh humor. Oleh karena itu, pada FMM 2020 akan diisi dengan kegiatan sharing, pentas musik, pantomim, dance serta sejumlah kegiatan lainnya.

Di samping pementasan atraksi seni, FMM 2020 masih menerima donasi barang-barang kenangan mantan dari pengunjung untuk kemudian disumbangkan ke lembaga sosial kemasyarakatan.

Selain itu panitia juga menyediakan sebuah wahana ekspresi bagi setiap pengunjung yang ingin menumpahkan segala keluh kesahnya maupun menyampaikan harapan-harapannya di masa yang akan datang. (*/sulistyawan)