Seluruh dunia sedang dipusingkan oleh pandemi virus Corona. Kebijakan terus dikeluarkan guna mempersempit ruang gerak virus. Penutupan wilayah diberlakukan demi mengurangi mobilitas. Berbagai upaya dikerahkan untuk mengembalikan rutinitas. Akan tetapi tetap saja seluruh aspek ikut terimbas.

Tidak hanya pekerja yang diharuskan untuk work from home, mahasiswa juga harus learning from home dikarenakan kebijakan universitas untuk menutup lingkungan kampus. Kebijakan yang diambil oleh pihak universitas tentu menimbulkan dampak tersendiri bagi mahasiswa. Berikut adalah dampak positif dan negatif learning from home yang dirasakan oleh mahasiswa.

1. Curi start pulang ke rumah.

Sistem pendidikan jarak jauh yang diterapkan oleh semua universitas membuat sebagian besar mahasiswa rantau mempercepat waktu pulangnya. Hal ini tentu saja dianggap sebagai peluang besar untuk mahasiswa karena dapat bertemu keluarga lebih cepat serta menghemat uang saku.

2. Tidak pusing memikirkan outfit.

Ketika memulai kelas online menggunakan media pengajaran seperti webex, gmeet, serta zoom kita tidak perlu memikirkan pakaian apa yang harus dikenakan ke kampus seperti biasa. Biasanya, mahasiswa yang rajin akan memakai baju yang rapi pada bagian atasnya, mahasiswa lainnya lebih memilih memakai pakaian yang nyaman, namun sopan.

3. Konsentrasi belajar menurun.

Harus diakui bahwa belajar pada lingkungan berzona nyaman seperti kamar kos atau rumah menciptakan atmosfer kenyamanan yang cenderung membuat kita lebih memilih untuk bersantai ria. Selain itu, kondisi rumah yang kurang kondusif dapat membuat fokus kita teralihkan.

4. Tugas online melebihi kuliah offline.

Peralihan sistem pendidikan menjadi onlinemengacaukan distribusi nilai yang telah ditetapkan sejak awal pertemuan. Sehingga beberapa dosen merombak distribusi nilai untuk menyesuaikan keadaan. Salah satu hasil perombakan distribusi nilai adalah tugas yang diberikan, yang mana melebihi tugas yang biasanya diberikan ketika kelas offline. Tentu hal ini membuat mahasiswa merasa keteteran dalam menyelesaikan tugasnya karena tidak hanya satu pengajar yang berlaku demikian. Selain itu, bentuk tugas yang diberikan jauh lebih kompleks dari biasanya.

5. Terancamnya event organisasi.

Masifnya pergerakan pandemi Covid-19 di Indonesia mengharuskan masyarakat untuk membatasi kegiatan yang berkerumun, termasuk kegiatan mahasiswa. Organisasi sebagai salah satu media kegiatan mahasiwa juga ikut terdampak terkait pandemi ini. Event organisasi yang telah disusun untuk satu periode kepengurusan, mau tidak mau harus diundur atau bahkan dibatalkan. Hal ini berhasil membuat pengurus kelimpungan memikirkan skenario baru untuk kegiatan, penyesuaian rapat menjadi online, serta menjaga pengurus agar tetap produktif.

6. Stres.

Sebagai makhluk sosial, karantina ini tentu saja menyiksa bagi kita. Ketika seluruh kegiatan diharuskan untuk diundur atau dibatalkan, anjuran untuk tetap di rumah, ketakutan dalam berinteraksi membuat tekanan tersendiridan bikin tertekan. Selain itu, tekanan dalam memenuhi tugas agar nilai tetap tinggi, kondisi rumah yang tidak kondusif, bahkan tekanan dari diri sendiri tentu menciptakan stres kepada tubuh.

7. Kuota internet.

Pembelajaran dari rumah mengharuskan kita menggunakan media internet untuk melanjutkan pembelajaran yang tertinggal. Hal ini tentu mengharuskan semua tenaga pendidik serta mahasiswa untuk menyediakan kuota internet dengan jaringan yang cepat agar kuliah berlangsung lancar. Akan tetapi, beberapa daerah di Indonesia masih belum tersedia jaringan internet yang menjangkau seluruh masyarakat sehingga beberapa dari mereka harus mencari tempat yang tinggi sinyal internetnya.