Perkembangan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong upaya pembaharuan dan pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam segala aspek kehidupan begitu juga dengan aspek-aspek di dalam pendidikan.

Pemanfaatan hasil teknologi dalam dunia pendidikan yang berfungsi sebagai media dan atau sebagai sumber belajar ini merupakan kemajuan yang tidak kecil.

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar akan sangat membantu pendidik dalam mengajar karena dengan media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Begitu banyak jenis dan bentuk media pendidikan, mulai dari media elektronik (TV, Radio, komputer, internet dan sejenisnya) sampai media cetak (buku, surat kabar, majalah, buletin dan sejenisnya).

Media ini digunakan untuk mempermudah proses transfer nilai dan pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik, dengan kata lain media dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan.

Salah satu produk media cetak adalah buku, di mana buku ini juga mempunyai beberapa jenis, satu di antaranya yaitu novel. Novel dapat dikatakan sebagai media belajar karena novel merupakan salah satu bentuk perwujudan yang bersifat teknis dari metode cerita.

Satu hal melandasi novel dimasukkan sebagai media belajar adalah isi novel yang berupa cerita, dengan membaca suatu cerita, kepekaan jiwa dan perasaan pembaca dapat tergugah, meniru figur atau tokoh yang baik yang berguna bagi kemaslahatan umat, dan membenci terhadap seseorang yang dzalim.

Dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi Saw., dapat ditemukan pelbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Diantara metode itu menurut Abdurrahman an-Nahlawi mendidik dengan kisah Qurani dan Nabawi.

Cerita atau kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Hal ini disebabkan kisah Qurani dan Nabawi memiliki keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak psikologis dan edukatif yang sempurna, rapi dan jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan zaman.

Di samping itu kisah edukatif itu melahirkan kehangatan perasaan dan vitalitas serta aktifitas di dalam jiwa, yang selanjutnya memotivasi manusia untuk mengubah perilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai dengan tuntunan, perjalanan dan akhir kisah itu serta pengambilan pelajaran darinya.

Gaya bahasa cerita sangat membekas pada jiwa dan akal logis dan rasional. Hal ini digunakan al-Qur'an dalam banyak ayat, terutama ketika para rasul bersama kaumnya. Allah bercerita dan berbicara dengan cara yang terbaik, agar menjadi pelajaran bagi umat manusia dan memperkuat para Rasul.

Di samping tujuan pendidikan religius dan ketuhanan itu, gaya penyampaian Qurani mengandung nilai estetis. Seperti kita ketahui kisah yang mengandung nilai sastra yang tinggi, memungkinkan untuk lebih menembus dan menggugah domain afektif yang berbobot ketuhanan. Diantara tujuan kisah Qurani adalah memberikan peringatan kepada kaum muminin. Sebagaimana firman Allah:

Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Hud: 120)

Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasan. Apa daya tarik itu dan bagaimana pengaruhnya terhadap jiwa, belum ada seorangpun yang mengetahuinya secara pasti. Apakah itu ungkapan imajinasi yang mengiringi jalan cerita dari episode demi episode, dan dari adegan sampai kepada jiwa adegan itu? apakah itu kumpulan perasaan batin pelaku-pelaku cerita beserta segala ungkapan perasaan yang menyentuh hati?

Oleh karena itu cerita merupakan kumpulan bimbingan yang tidak terkirakan banyaknya. Demikian pula walaupun kata-kata yang dipergunakan untuk menuliskannya tidak begitu banyak merupakan kumpulan berbagai ungkapan dan model sastra yang tidak dapat diperkirakan banyaknya sejak dialog, sampai kepada tata kalimat dan tata bunyi, penonjolan pelaku, ketelitian melukiskan kepribadian, pemilihan saat yang tepat dalam cerita agar hati menerima perasaan dan meneguhkannya agar menimbulkan irama bunyi yang diketahui.

Salah satu media pendidikan yang memuat cerita atau kisah diantaranya adalah novel. Novel dapat dikatakan sebagai media belajar karena novel merupakan salah satu bentuk perwujudan yang bersifat teknis dari metode cerita. Satu hal melandasi novel dimasukkan sebagai media belajar adalah isi novel yang berupa cerita. Cerita memuat kisah-kisah yang menarik, ringan, menghibur dan mendidik.

Novel mampu memikat dan menarik perhatian pembaca tanpa memakan waktu lama, menyentuh nurani manusia dalam keadaannya yang utuh menyeluruh, mendidik perasaan ketuhanan seperti rasa khauf, rasa ridha dan cinta terhadap yang patut dicintai dan diridhai. Ia juga memberikan kesempatan mengembangkan pola pikirannya sehingga terpuaskan.

Tentunya tidak semua novel bisa menjadi media pendidikan. Novel yang bisa menjadi media pendidikan adalah novel yang memuat nilai-nilai cerita yang mendidik manusia secara menyeluruh. Sedangkan cerita yang baik adalah cerita yang mampu mendidik akal budi, imajinasi dan etika seorang anak, serta mengembangkan potensi pengetahuan yang dimiliki.

Salah satu novel yang fenomenal saat ini adalah novel Ayat-ayat Cinta. Novel Ayat-ayat Cinta hingga kini meraih 3 penghargaan yaitu, meraih Pena Award Novel Terpuji 2005, The Most Favorite Book 2005, dan penghargaan IBF (Islamic Book Fair) Award 2006 untuk kategori fiksi dewasa terbaik. Khusus untuk penghargaan The Most Favorite Book 2005 begitu mengejutkan.

Setelah dipolling oleh majalah Muslimah, novel Ayat-ayat Cinta mampu mengungguli buku Harry Potter buku best seller dunia itu. Polling ini dilakukan terhadap pembaca Harry Potter dan pembaca Ayat-ayat Cinta. Hasilnya mereka mengunggulkan Ayat-ayat Cinta daripada buku Harry Potter. Alasannya, ada nilai lebih yang di dapat setelah membaca Ayat-ayat Cinta.

Menurut Rektor (waktu itu) salah satu Universitas di Jawa Tengah , Novel Ayat-ayat Cinta merupakan novel yang mampu menghadirkan Islam yang humanis, multikultural, dan tidak galak. Sedang menurut Rektor STAIN Surakarta tentang Ayat-ayat Cinta dengan nuansa Islam yang amat kental mengukuhkan novel ini sebagai media dakwah. Banyak hikmah yang dapat dipetik, terutama mengenai bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia, baik muslim maupun non muslim, muhrim maupun bukan muhrim. Dakwah dan pendidikan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan , keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu menyeru kepada manusia untuk beribadah kepada Allah Swt.

Muhammad Fauzil Adhim, pakar psikologi keluarga berkomentar tentang Ayat-ayat Cinta:

"Ambillah novel Ayat-Ayat Cinta dan masukilah keindahannya, niscaya akan engkau dapati luasnya pengetahuan dan goresan pena yang penuh gizi. Kadang ia mengundang air mata, tetapi ujungnya tetap ilmu yang berguna. Kadang ia membuat hati kita tergoda, tetapi nafasnya tetaplah ajakan untuk kembali pada agama yang mulia. Kalaulah tidak ditulis dengan kehausan ilmu yang kuat, tentulah ia akan menjadi tempat tempelan ayat-ayat yang bikin penat."