Mentang-mentang ada kata anti di depan kata sosial, apakah makna katanya langsung bisa disimpulkan sebagai orang yang gak bersosialisasi sama orang lain? Ternyata nggak sesederhana itu.

Sejak duduk di bangku SMA, saya sering banget mendengar teman-teman menyebut orang yang cenderung nggak bergaul dan lebih senang beraktivitas sendiri alias menyendiri di kelas dengan cap antisosial. Di momen itu, saya sama sekali nggak tahu apa arti dari antisosial sampai akhirnya saya kuliah di jurusan Psikologi dan menemukan bahwa apa yang dimaksud teman-teman saya dulu di SMA tentang antisosial ternyata keliru besar.

Saya kira, semakin bertambahnya kecanggihan teknologi informasi dan
komunikasi, orang-orang berangsur-angsur akan meninggalkan cap
antisosial itu. Tapi ternyata sampai tahun 2020 ini cap itu masih sering
dialamatkan ke orang yang salah. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa
yang pernah belajar di jurusan Psikologi, rasanya perlu untuk sedikit
membantu meluruskan kesalahkaprahan fatal yang sayangnya sudah
menyebar luas di mindset kebanyakan orang.

Entah bagaimana dan dari mana asal mula terjadinya kata antisosial digunakan untuk menyebut orang yang cenderung menyendiri. Masih nggak habis pikir juga sama orang yang bikin anti social social club atau membanggakan dirinya sebagai member dari komunitas tersohor itu (padahal kalau antisosial dianggap sebagai penyendiri, gak mungkin bakal ketemu sama orang lain trus bikin klub). Lebih parahnya lagi, saya pernah melihat iklan layanan masyarakat di salah satu televisi swasta yang menyebutkan kalau salah satu efek negatif dari pemakaian gadget yang berlebihan adalah menjadi seorang antisosial. Padahal contoh yang mereka tayangkan adalah kalau main gadget jadi mengurung diri terus akhirnya gak banyak berinteraksi sama keluarga di rumah.

Satu yang pasti, masih banyak orang yang sepertinya salah paham dengan makna antisosial sehingga terlalu mudah untuk menyematkan cap itu ke orang lain yang dianggap berbeda dari apa yang dianggap lumrah.

Dalam ranah Psikologi sendiri, istilah antisosial adalah salah satu jenis dari gangguan kepribadian yang lebih dikenal dengan nama Antisocial Personality Disorder. Menurut American Psychological Association (APA), seseorang dengan gangguan kepribadian antisosial menunjukkan pola berulang dari perilaku yang melanggar hukum, mengganggu hak orang lain, curang, impulsif, agresif, gak peduli sama keselamatan diri maupun orang lain, dan gak bertanggung jawab. Seseorang yang antisosial pastinya kurang memiliki perasaan bersalah dan kurang bisa berempati.

Kalau masih ngeyel mau asal ngatain orang lain atau diri sendiri sebagai antisosial cuma karena merasa lagi malas ngobrol sama teman-teman, lagi mager pergi ke luar rumah, atau menjauh karena nggak nyambung sama topik obrolan orang banyak, coba pikir ulang lagi ya!

DSM (Diagnostic and Statistical Manual) IV, salah satu kitab sakti anak Psikologi punya beberapa kriteria buat menentukan sampai sejauh mana seseorang akhirnya dianggap sebagai antisosial. Waktu didiagnosis antisosial, seseorang harus berumur minimal 18 tahun dan sudah mulai berulah alias melanggar norma, suka berbohong, dan mengganggu orang lain sejak berusia 15 tahun.

Nggak hanya itu, menurut DSM IV, antisosial adalah mereka yang sebelum berusia 15 tahun sudah menunjukkan Conduct Disorder. Nah, makin banyak kan kriterianya? Singkat cerita, Conduct Disorder adalah salah satu gangguan kepribadian yang terkadang didiagnosis di masa kanak-kanak. Ciri-ciri Conduct Disorder sebenarnya beda tipis dengan antisosial, seperti nggak bertanggung jawab, nggak patuh, dan mengganggu orang lain. Satu ciri yang bisa dibilang paling membedakan adalah Conduct Disorder juga ditunjukkan dengan tindakan agresif yang nggak hanya dilakukan ke sesama manusia, tapi juga ke hewan.

Setelah membaca tulisan singkat ini, saya hanya berharap teman-teman yang mungkin masih suka banget ngecap orang lain sebagai antisosial karena hal-hal sederhana yang saya contohkan tadi mungkin bisa lebih dikurangi, ya. Pencuri, penculik, koruptor, atau pembunuh yang sebenarnya merupakan contoh konkret dari seorang antisosial akhirnya diabaikan karena beberapa orang masih menganggap label antisosial sebagai sesuatu yang sederhana.

Oh iya, jangan lupa juga sebelum ngecap orang lain dengan label tertentu, ayo coba introspeksi diri lagi. Ketika teman yang dikatakan antisosial itu menyendiri, apakah diri sendiri juga sebelumnya sudah melakukan sesuatu buat mencari tahu alasan kenapa dia menyendiri? Apakah sudah coba cari solusi buat mendekatinya, misalnya mengajak ngobrol bareng, duduk bareng, ngerjain tugas bareng, atau main bareng? Karena siapa tahu aja mereka-mereka yang kena label salah tempel itu sebenernya mau banget gabung dan berinteraksi sama teman-teman lain, tapi belum apa-apa sudah minder duluan karena diomongin yang nggak benar sama teman-temannya. Coba bayangin deh ada di posisi mereka, pasti gak nyaman kan di-sotoy-in sama orang yang belum kenal banget luar dalem diri kita?

Ah tapi kan si musisi A, atau si selebgram B, atau si YouTuber C juga sering ngomong pakai kata antisosial juga! Meskipun namanya public figure, mereka tetap manusia biasa yang juga bisa melakukan kekeliruan kok. Ketika ada informasi baru yang belum 100% kita yakini kebenarannya, alangkah lebih baik kalau kita nggak langsung terima informasi semudah itu, termasuk ketika informasi itu disampaikan oleh idola favoritmu sekalipun.