MenurutWorld Health Organization (WHO), depresi adalah gangguan mental umum yang menyerang lebih dari 264 juta orang di seluruh dunia. Hal ini ditandai dengan kesedihan yang terus-menerus dan kurangnya minat atau kesenangan dalam kegiatan yang sebelumnya bermanfaat atau menyenangkan.

Berdasarkan healthline.com, depresi diklasifikasikan sebagai gangguan suasana hati (mood) yang dapat digambarkan sebagai perasaan sedih, kehilangan, atau kemarahan yang mengganggu aktivitas keseharian seseorang. Depresi yang terjadi dalam waktu lama dapat berpengaruh buruk dalam lingkungan kerja, sekolah, dan lingkungan keluarga yang jika terjadi dalam intensitas yang berat dapat menyebabkan bunuh diri.

Beberapa alasan yang dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi, di antaranya:

1. Riwayat keluarga.

Seseorang dengan riwayat keluarga yang memiliki depresi kemungkinan dapat lebih berisiko.

2. Perubahan otak.

Fungsi otak seseorang yang mengalami depresi akan berbeda dengan orang-orang yang tidak mengalaminya

3. Kimia.

Tidak seimbangnya zat kimia bagi tubuh yang dihasilkan oleh bagian otak yang mengatur suasana hati, pikiran, tidur, nafsu makan dan perilaku pada seseorang yang mengalami depresi.

4. Tingkat hormon.

Perubahan hormon estrogen dan progesterone yang dialami wanita selama siklus menstruasi, kehamilan, periode postpartum (nifas), perimenopause atau menopause dapat meningkatkan risiko wanita untuk mengalami depresi. Bahkan, mengalami keguguran dapat menempatkan wanita pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi.

5. Stres (tertekan).

Trauma, kehilangan orang yang dicintai, kemiskinan, pelecehan dan peristiwa-peristiwa sebagainya dapat memicu seseorang mengalami depresi.

6. Gangguan kesehatan.

Kanker, stroke, dan masalah kesehatan serius lainnya dapat memicu munculnya depresi.

7. Rasa sakit.

Sakit emosional maupun fisik yang dapat disebabkan oleh masalah kesehatan kronis, kecelakaan, kekerasan seksual dan sebagainya dapat mengakibatkan munculnya depresi.

Berbagai jenis depresi meliputi:

1. Gangguan depresi mayor (Major depressive disorder).

Disebut juga depresi berat adalah kombinasi dari gejala yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk tidur, bekerja, belajar, makan, dan menikmati hobi serta aktivitas sehari-hari.

2. Gangguan Distimik (Dysthymic disorder).

Disebut juga Dysthymia, adalah jenis depresi yang berlangsung selama dua tahun atau lebih dengan gejala yang tidak terlalu parah jika dibandingkan dengan depresi berat, namun tetap dapat mengganggu aktivitas secara normal.

Selain itu, terdapat pula jenis-jenis depresi dengan gejala yang sedikit berbeda dan mungkin terjadi setelah mengalami peristiwa tertentu. Jenis-jenis depresi tersebut meliputi:

- Depresi psikotik.

Depresi ini terjadi dibarengi dengan beberapa gejala penyakit kejiwaan seperti, halusinasi dan delusi

- Depresi pasca persalinan.

Depresi ini terjadi setelah seorang ibu melahirkan. Terdapat pula depresi yang terjadi selama kehamilan yang disebut depresi prenatal.

-Seasonal Affective Disorder (SAD).

Depresi ini terjadi selama musim dingin, ketika kurang mendapatkan sinar matahari.

- Depresi bipolar.

Depresi jenis ini merupakan fase depresi dari penyakit bipolar dan membutuhkan perawatan yang berbeda dari depresi berat.

Terdapat berbagai cara dalam mengobati depresi, seperti melakukan olahraga, menjalani psikoterapi, terapi ringan, terapi alternatif, menjauhi alkohol dan obat-obatan terlarang, serta melakukan pola hidup sehat.

Depresi dapat diminimalisir dengan selalu berpikiran positif serta melakukan kegiatan-kegiatan yang berdampak positif sehingga kita tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal yang dapat merusak tubuh.