Bagi sebagian orang mungkin menganggaphutang adalah ide yang buruk untuk menyelesaikan masalah seperti kebutuhan mendesak. Banyak yang beranggapan buruk ketika mendengar kata hutang. Sebagian mengatakan hanya akan menambah masalah atau akan terjebak dalam lingkaran setan.

Harus kamu ketahui hutang tidaklah selalu buruk seperti yang kamu pikirkan. Nyatanya banyak sekali pengusaha sukses dengan modal berhutang terlebih dahulu. Dan kamu harus tahu ada dua jenis hutang yang berbeda, seperti apa sih bedanya? Yuk, simak penjelasan berikut ini.

Hutang produktif.

Hutang produktif ini salah satunya hutang untuk keperluan bisnis atau investasi. Hutang ini artinya hutang yang bermanfaat karena nilainya selalu bisa bertumbuh dari waktu ke waktu. Jenis hutang ini sangat membantu kamu untuk menghasilkan uang dan membantu untuk berinvestasi.

Hutang ini biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bisnis atau investasi kamu dan bukan untuk berfoya-foya semata. Contoh hutang jenis ini misalnya melakukan pembayaran secara online untuk mengikuti sertifikasi online/kursus online dengan menggunakan kartu kredit, membeli properti dengan pinjaman KPR, atau mengajukan pinjaman ke bank berupa KTA untuk mengembangkan bisnis.

Semua hutang yang disebutkan di atas dapat dimanfaatkan sebagai investasi. Saat kamu melakukan kredit properti, ketika unit tersebut sudah jadi kamu dapat menyewakan kepada orang lain atau dijual kembali. Lain halnya saat mengajukan pinjaman KTA, saat bisnis kamu lebih berkembang maka pundi-pundi pun dapat bertambah lagi.

Hutang konsumtif.

Hutang jenis ini sangatlah berbeda dengan hutang produktif, kenapa? Seperti namanya hutang konsumtif, hutang bisa saja menjadi boomerang untuk kamu. Karena hutang ini hanya akan memenuhi kebutuhan dari keinginan kamu semata.

Contohnya adalah ketika kamu ingin mengganti smartphone dengan cara berhutang dengan KTA/Kartu kredit. Hal ini sangatlah tidak menguntungkan kamu dan tidak akan menambah perkembangan pundi-pundimu. Belum lagi ketika kamu memiliki keterlambatan pengembalian hutang, biasanya kamu akan dikenakan biaya tambahan atau denda karena adanya keterlambatan.

Bagaimana dengan yang ini?

Misalnya seorang graphic designer memutuskan untuk membeli MacBook seharga Rp20 juta dengan kartu kredit untuk keperluan pekerjaannya. Dia menganggap fitur dan spesifikasi yang ada di dalam MacBook tersebut dapat membuatnya lebih produktif. Apakah ini termasuk hutang yang bersifat produktif atau konsumtif? Tentu saja produktif, karena walaupun membeli dengan kartu kredit, dia dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dan sesuai dengan kebutuhannya.

Ada satu kasus lagi. Misalnya saja seorang akuntan yang ini membeli MacBook tersebut hutang untuk menunjang pekerjaannya.Apakah langsung dianggap utang yang konsumtif? Belum tentu. Bisa saja dia adalah seorang akuntan yang juga memiliki bakat di bidang desain, lalu MacBook tersebut dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan sampingan sebagai desainer lepas, dan bisa juga digunakan untuk mendukung pekerjaan utamanya dengan memasang software akuntansi.Tentu saja utang tersebut langsung terhitung sebagai hutang yang produktif.

Lain halnya jika ia hanya menggunakannya untuk menonton film atau sekadar browsing. Tentu saja tidak ada nilai yang bertambah dari benda tersebut. Jika ini terjadi maka otomatis cicilan yang sedang berjalan langsung berubah menjadi hutang yang bersifat konsumtif.

Caramenghindari hutang konsumtif.

Kita semua pasti tidak mau terlilit hutang jenis ini. Orang yang memiliki hutang bersifat produktif biasanya memiliki penghasilan tambahan untuk membayar cicilan hutang yang masih tersisa. Berbeda dengan yang memiliki hutang konsumtif cenderung lebih riskan terjerat piutang yang semakin bertambah. Maka dari itu, pikirkan terlebih dulu kira-kira apa manfaat yang bisa didapatkan dari barang atau jasa sebelum membelinya. Dan pastikan kita membeli barang hanya untuk kebutuhan, bukan dengan keinginan.

Sekarang kamu sudah lebih paham akan perbedaan keduanya, bukan? Kesimpulannya, hanyakamulah yang dapat menentukan nilai barang/jasa yang kamu beli. Jika kegunaannya tidak dimanfaatkan dengan baik dan bisa memberi pendapatan lebih, tentu berubah menjadi sesuatu yang konsumtif. Jika mampu mengubahnya menjadi ladang penghasilan, akan berubah menjadi sesuatu yang produktif. Jangan sampai terjerat di hutang yang konsumtif, ya!

Oleh: Sandy Prakoso