×
Sign in

Hello There

Sign In to Brilio

Welcome to our Community Page, a place where you can create and share your content with rest of the world

  Connect with Facebook   Connect with Google
Ini pentingnya kesehatan mental bagi karyawan generasi milenial

0

Kesehatan

Ini pentingnya kesehatan mental bagi karyawan generasi milenial

Milenial merupakan generasi yang rentan mengalami kecemasan dan berakibat negatif bagi kesehatan mental.

Disclaimer

Artikel ini merupakan tulisan pembaca Brilio.net. Penggunaan konten milik pihak lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Silakan klik link ini untuk membaca syarat dan ketentuan creator.brilio.net. Jika keberatan dengan tulisan yang dimuat di Brilio Creator, silakan kontak redaksi melalui e-mail redaksi@brilio.net

Putra Ward

03 / 11 / 2019 11:50

Tahukah kamu bahwa tanggal 10 Oktober 2019 kemarin diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Dunia yang dicanangkan oleh WHO, Badan Kesehatan Dunia PBB. Tahun ini , WHO mengajak kita semua untuk turut berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa melalui tantangan bertajuk “40 Second of Action”.

Dikutip dari laman resmi WHO, setiap orang bisa berperan dan berkontribusi mencegah terjadinya kasus bunuh diri yang berdasarkan data mereka terjadi setiap 40 detik sekali di seluruh dunia. Banyak studi menunjukkan bahwa perilaku kecemasan di tempat kerja adalah puncak dari overload pekerjaan di lingkungan kerja. Masih di bulan yang sama, publik terhenyak untuk kesekian kalinya karena terjadi self-suicide yang dilakukan milenial, yaitu personel girl band Korea Selatan, Sulli, yang ditengarai mengidap kecemasan dan depresi.

Generasi milenial adalah generasi yang menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Saat ini mereka akan mengambil peran serta yang signifikan dengan memasuki usia produktif baik di perusahaan maupun pemerintahan melalui jalur fresh graduated, entry level, maupun experience hired. Generasi ini akan menduduki posisi sebagai karyawan ujung tombak dari perusahaan.

Generasi milenial merupakan generasi yang individual, open minded, melek teknologi, menyukai tantangan, dan menuntut keterbukaan. Namun bukan tidak mungkin mereka mengalami gangguan kesehatan mental saat memasuki area pekerjaan karena saat ini hampir seluruh posisi eksekutif di beberapa perusahaan di Indonesia secara dominan masih diduduki generasi baby boomer dengan karakter yang berbeda dengan generasi milenial, yaitu lebih menekankan kebersamaan kelompok, birokrasi, dan proses yang menuntut untuk lebih dihormati. Hal ini akan menjadi suatu hambatan atau bahkan konflik jika nanti akan berhadapan dengan generasi milenial. Generasi inilah nanti yang rentan dan untuk mengalami rasa cemas serta kalah jika nanti akan menghadapi konflik dengan atasan mereka. Hal ini akan mengakibatkan munculnya gejala kesehatan mental di milenial yang dimulai dengan rasa cemas dan tidak percaya diri.

Apa yang terjadi saat ini dunia bisnis dituntut agar lebih peka dan peduli tentang gejala-gejala kesehatan mental di tempat kerja dan bagaimana cara untuk menanganinya. Banyak perusahaan di luar negeri telah melakukan hal demikian. Untuk perusahaan di Indonesia juga telah melakukan hal yang sama, namun beberapa karyawan menginginkan partisipasi lebih intens dan serius mengingat semakin meningkatnya gejala kesehatan mental yang muncul pada karyawan yang tentu saja mayoritas adalah generasi milenial.

Loading...

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Jennifer DaSilva, Direktur dari WPP Creative agency Berlin Cameron and Kantar, sebuah perusahaan konsultan yang melakukan penelitian, ditemukan bahwa dari 1000 karyawan, 62% responden mengatakan bahwa mereka merasa lebih yakin dan lebih nyaman jika seseorang yang memiliki peranan sebagai pimpinan perusahaan membicarakan kesehatan mental dan peduli dengan topik tersebut. Riset juga menunjukkan bahwa hanya sebesar 26% yang merasa bahwa tindakan mengatasi permasalahan kesehatan mental telah diterapkan di tempat kerja.

Sebagai catatan, tidak hanya sesorang pimpinan perusahaan saja yang bertanggung jawab untuk perubahan tersebut, tapi pimpinan harus juga memberikan bukti bahwa penanganan dan pencegahan kesehatan mental di tempat kerja dapat terlaksana. Meskipun terkadang pimpinan perusahaan sudah pada arah yang tepat dalam menangani hal ini, namun permasalahan kesehatan mental bukanlah permasalahan komunal yang ditangani secara kelompok karena setiap individu memerlukan treatment yang berbeda. Sesuai dengan karakteristik yang dimiliki.

Hal yang menarik adalah bahwa 57% responden yakin bahwa untuk mengurangi stigma kesehatan mental harus dilakukan diskusi secara terbuka. Misalkan, diselenggarakan forum secara komunal berupa seminar kemudian selanjutnya dapat dilakukan sesi secara privat sesuai dengan detail permasalahan tiap individu. Beberapa perusahaan di Indonesia seharusnya tidak hanya berkomitmen terhadap kesehatan fisik saja yang memang sudah dilakukan lewat beberapa program kesehatan karyawan seperti jalan sehat, fasilitas gym, bersepeda, dan lain-lain. Dan hal yang terjadi sungguh mengejutkan, menurut  salah satu jurnal yang dirilis di Amerika Serikat biaya dari penanganan kesehatan mental menduduki posisi nomer satu paling besar dari biaya pengobatan fisik lainnya, yaitu lebih dari $200 miliar per tahun mengungguli  biaya dari penyakit jantung, stroke, dan obesitas.

Hampir seluruh karyawan yang mayoritas generasi milenial menginginkan untuk mengakhiri diskriminasi, SARA, gosip di lingkungan kerja, dan perilaku bullying yang mengakibatkan perilaku penyakit mental di lingkungan kerja. Tentu saja, hal ini bukanlah hal yang mudah untuk ditangani di lingkungan kerja. Perlu upaya serius dari leadership management untuk secara serius menangani dan mengampanyekan tindakan pencegahan di tempat kerja. Untuk karyawan yang sedang mengalami mental illness perlu dilakukan pendampingan yang berasal dari perusahaan. Proses healing dari pegawai yang mengalami mental illness dapat dilakukan secara privat baik menggunakan tenaga ahli atau perwakilan HR.

Pendampingan dan konsultasi harus dilakukan dengan batas-batas tertentu dengan tetap menjaga privasi dari karyawan. Pimpinan perusahaan harus menetapkan batasan dan SOP yang digunakan agar proses ini dapat berlaku efektif. Solusi  paling umum yang sering disebutkan untuk membuat lingkungan yang lebih aman adalah bahwa pimpinan perusahaan mengakui jika ada permasalahan, menjadi terbuka, memahami, dan mencurahkan komitmen untuk mengalokasikan sumber daya menangani permasalahan terkait kesehatan mental di tempat kerja.

Pentingnya kesehatan mental bagi perusahaan sangat signifikan. Salah satu bentuk gangguan dari kesehatan mental yang paling umum adalah kecemasan. Kecemasan merupakan “pembunuh alami” dari sifat ramah dan proses ingin tahu. Bisa dibayangkan jika pegawai di perusahaan mengalami kecemasan maka akan berakibat terganggunya alur produksi, ide, inovasi, kreativitas dari perusahaan sehingga mengganggu target dan kemajuan perusahaan.

Jadi bisa kita simpulkan bahwa kesehatan mental bagi karyawan yang terutama generasi milenial sangat dibutuhkan sebagai motor penggerak perusahaan. Maka dari itu pentingnya partisipasi dan komitmen pimpinan perusahaan mengatasi kesehatan mental di tempat kerja sangat diperlukan. (PW)





Pilih Reaksi Kamu
  • Senang

    0%

  • Ngakak!

    0%

  • Wow!

    0%

  • Sedih

    0%

  • Marah

    0%

  • Love

    0%

Loading...

RECOMMENDED VIDEO

Wave white

Subscribe ke akun YouTube Brilio untuk tetap ter-update dengan konten kegemaran Milenial lainnya

-->
MORE
Wave red