Sumpit atau kuai zi adalah alat makan dari Asia Timur yang terdiri dari sepasang tongkat kecil yang terbuat dari bambu. Sumpit diciptakan dan berasal dari Tiongkok, yang diperkirakan telah dikenal sejak 3.0005.000 tahun yang lalu.

Sumpit adalah alat makan asal Cina yang masih digunakan hingga saat ini. Cina merupakan negara dengan penduduk yang sangat banyak dan tersebar di seluruh dunia. Seluruh masyarakat Cina selalu melestarikan budayanya di mana pun mereka berada. Salah satunya adalah penggunaan sumpit yang masih diajarkan secara turun-menurun di masyarakat Cina.

Struktur bentuk sumpit sangat sederhana, yaitu hanya terdiri dari dua bambu yang dipotong halus dan kecil, dengan bentuk bagian atasnya lebih besar daripada bagian bawahnya dan digunakan di antara dua jari di salah satu tangan. Terkadang bagian atas sumpit akan dibentuk persegi untuk mencegah sumpit terjatuh dari meja.

Bentuk sumpit memiliki keunggulan, yaitu memudahkan penggunanya saat menggunakan sumpit, tidak mudah lepas dari tangan maupun terjatuh dari meja, dan relatif aman karena tidak tajam. Sumpit digunakan untuk memindahkan makanan dari wadah ke piring, maupun dari piring ke mulut.

Alasan pembuatan sumpit yang tidak tajam karena di dalam tradisi masyarakat Tiongkok, kegiatan makan bersama adalah sebagai kegiatan untuk mempererat tali persaudaraan. Sehingga alat makan yang tajam sangat dihindari agar tidak membahayakan anggota keluarga lainnya.

Pada zaman dahulu, sumpit terbuat dari gading gajah dan bernilai sangat mahal. Hanya golongan bangsawan yang menggunakan sumpit berbahan dasar gading gajah ini. Selanjutnya berkembang sumpit yang terbuat dari perak yang digunakan di istana kaisar. Sumpit perak ini digunakan untuk mendeteksi racun di makanan kaisar, karena sumpit ini dapat berubah warna apabila terdapat indikasi zat-zat tertentu terutama racun. Sumpit biasanya terbuat dari beberapa bahan, seperti bambu, logam, gading, dan plastik yang kemudian diberi lapisan pernis atau cat agar tidak melukai mulut sekaligus untuk mempercantik sumpit.

Penggunaan sumpit di Cina.

Pada awalnya sumpit di Cina disebut dengan Zhu. Namun, penghuni perahu selatan berkata bahwa kata zhudinilai sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan. Karena zhu terdengar seperti berhenti yang menyarankan agar kapal-kapal tidak bergerak. Karena itu, zhu diganti dengan Kuai Zi. Kuai memiliki bunyi yang sama dengan kuai yang berarti cepat, yang memiliki maksud kapal yang berlayar cepat.

Penggunaan sumpit atau kuai zi di Cina diyakini oleh para sejarawan sebagai alat untuk memasak dan sudah ada sejak 5.000 tahun yang lalu. Namun seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan sumpit berkembang menjadi alat makan yang digunakan oleh orang-orang Cina. Sumpit menjadi salah satu ciri khas budaya Cina. Sumpit tidak hanya memiliki makna tersendiri bagi orang-orang Cina, namun juga merepresentasikan Cina itu sendiri. Jadi apabila melihat sumpit, pastilah kamu akan berpikir bahwa itu merupakan budaya Cina yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakatnya.

Sumpit yang berasal dari Cina berukuran lebih panjang bila dibandingkan dengan sumpit yang berasal dari Jepang dan Korea. Sumpit Cina memiliki panjang sekitar 25 cm dan pada umumnya terbuat dari kayu. Sumpit berbentuk persegi panjang pada bagian atas dan bagian bawahnya tumpul berbentuk bundar. Namun pada masa sekarang ini, sudah banyak ditemui sumpit yang berbahan dasar plastik. Tetapi sumpit asal Cina memiliki ciri khas berupa ukiran khas yang otentik pada bagian pangkal sumpit.

Di Cina, sumpit juga dapat menunjukkan status sosial masyarakat yang dilihat dari bahan dasar sumpitnya. Bahan dasar emas dan gading gajah digunakan oleh masyarakat dari golongan bangsawan. Bahan dasar perak digunakan oleh kaisar dan keluarganya untuk mendeteksi racun. Dari sisi filosofis, sumpit dianggap sebagai lambang kesetaraan, harmoni, dan kerja sama. Karena dalam penggunaannya, dibutuhkan kerja sama dan kesetaraan agar dapat tercipta sebuah harmoni.

Pemakaian sumpit memiliki teknik tersendiri dan membutuhkan keterampilan dan kesabaran dalam penggunaannya. Masyarakat Cina dapat memiliki keterampilan menulis dengan baik melaluipenggunaan sumpit. Karena dalam menggunakan sumpit, kamu dapat sekaligus melatih koordinasi antara bahu, lengan, pergelangan tangan, dan jari-jari agar dapat bekerja sama dengan baik.

Proses masuknya kebudayaan Cina ke Jepang.

Proses awal masuknya kebudayaan Cina ke Jepang telah diawali dari Zaman Yayoi pada sekitar 300 SM. Pada masa Yayoi, kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh kebudayaan Cina dan Korea, namun kebudayaan Cina yang lebih mendominasi kebudayaan Jepang.

Penyebaran budaya Cina di Jepang dilakukan secara damai tanpa ada paksaan sama sekali. Bangsa Cina sebagai bangsa pendatang, tetap melaksanakan kegiatannya dengan kebudayaan mereka sendiri. Lambat laun kebudayaan Cina diperhatikan masyarakat Jepang, dan dianggap sebagai kebudayaan yang maju. Selanjutnya kebudayaan-kebudayaan Cina ditiru oleh masyarakat Jepang karena dinilai indah dan maju. Akulturasi kebudayaan Cina dan Jepang awalnya berupa arsitektur yang terjadi pada sekitar 250 SM dalam bentuk kerajaan dan bangunannya.

Proses masuknya kebudayaan sumpit ke Jepang.

Jepang memasuki zaman modern pada Zaman Edo Bakufu atau Zaman Tokugawa Bakufu yang terjadi pada tahun 1603-1867. Pada zaman ini Jepang mulai membuka diri terhadap dunia luar dan mulai mengadaptasikan kebudayaan-kebudayaan dari negara lain. Salah satunya adalah kebudayaan sumpit yang berasal dari Cina, yang akhirnya menjadi salah satu kebudayaan Jepang yang bertahan hingga saat ini.

Pada Zaman Edo Bakufu, Jepang mengalami perubahan sosial dan perbaikan kondisi masyarakatnya. Peradaban di Jepang menjadi semakin maju dan modern. Pada zaman ini, peralatan makan di Jepang mulai berkembang dengan sangat pesat. Masyarakat Jepang mengenal sumpit dan akhirnya budaya penggunaan sumpit dikembangkan pada Zaman Edo. Budaya penggunaan sumpit di Jepang akhirnya bertahan hingga masa kini, dan terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman.

Penggunaan sumpit di Jepang.

Hashi merupakan sebutan sumpit di Jepang. Hashi memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda bila dibandingkan dengan sumpit yang berasal dari Cina atau Kuai Zi. Sumpit di Jepang memiliki jenis yang beragam dan multifungsi. Ada sumpit yang digunakan untuk memasak, makan, mengambil permen, dan untuk upacara pemakaman.

Untuk makan, orang Jepang menggunakan sumpit yang ukurannya lebih pendek dari sumpit Cina, karena cara makan orang Jepang berbeda dengan orang Cina. Orang Jepang makan dengan cenderung mendekatkan mangkuk ke mulut, sehingga tidak membutuhkan sumpit yang panjang.

Sumpit Jepang berukuran hanya 20 cm dengan ujung yang dibuat lebih runcing karena orang Jepang gemar mengonsumsi ikan. Sehingga ujung sumpit yang runcing akan memudahkan orang Jepang untuk mengambil duri yang lembut di ikan. Pada umumnya, setiap keluarga di Jepang memiliki peralatan makan berupa mangkuk nasi, mangkuk sup, piring lauk, dan sumpit. Sumpit wajib dimiliki oleh setiap anggota keluarga di Jepang.

Dalam menggunakan peralatan makan, masyarakat Jepang sangat memperhatikan unsur estetika dan etika. Seperti contohnya peralatan makan yang berbahan dasar kayu dan bambu hanya digunakan saat musim panas. Ukuran peralatan makan pun juga amat diperhatikan untuk menjaga nilai estetika.

Penggunaan sumpit di Jepang baru ada pada zaman Edo. Sumpit di Jepang terbuat dari kayu atau kayu yang dipernis. Sumpit dapat digunakan untuk menjangkau area yang sempit, sehingga makanan dapat disajikan dengan beragam bentuk. Tetapi, sumpit dianggap kurang efektif saat digunakan untuk memotong, maka kebanyakan makanan Jepang disajikan dengan potongan yang kecil-kecil atau dalam porsi individu untuk mempermudah masyarakat saat makan menggunakan sumpit.

Selain itu, sumpit juga digunakan orang Jepang untuk menyantap sup dengan cara mengambil bagian padat dari sup, dan kuah sup diminum langsung dari mangkuknya. Dalam penggunaannya, orang Jepang memegang sumpit di tangan kanan mereka, dan memegang mangkuk makannya di tangan kiri mereka.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya penggunaan sumpit di Jepang adalah sumpit atau Hashi menjadi salah satu alat makan utama yang digunakan oleh masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang menjadi lebih modern karena telah mengenal alat makan, yaitu sumpit.

Sumpit menjadi salah satu barang wajib yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga di Jepang. Sumpit kemudian dianggap sebagai salah satu kebudayaan tradisional Jepang yang diadaptasi dari kebudayaan Cina. Akibatnya akan nampak bahwa kebudayaan Cina telah memengaruhi sebagian besar kebudayaan Jepang.