Pada era sebelum ramai teknologi capasitive Screen, kebanyakan smartphone atau ponsel zaman dahulu masih menggunakan teknologi Resistive Screen. Nah, teknologi resistive screen ini memiliki cara tersendiri untuk memberikan perintah di layar smartphone, yakni dengan cara ditekan.

Ini berbeda dengan layar capacitive yang lebih canggih saat ini dan hanya membutuhkan sentuhan saja untuk memberikan perintah. Hal ini dikarenakan pada masa itu biaya untuk membuat layar capacitive cukup mahal dan kualitas kepadatan pixelnya tidak lebih baik daripada layar resistive.Hingga pada saat ini layar resistive mulai ditinggalkan karena memiliki beberapa kekurangan dan harga layar capacitive lebih murah.

Kekurangan layar resistif itu sendiri adalah pada pemberian perintah di mana layar benar-benar harus ditekan pada tekanan tertentu dan jumlah perintah yang bisa dilakukan hanyalah satu saja. Berbeda dengan layar kapasitif masa kini yang bisa memasukkan hingga 5 perintah sekaligus secara bersamaan, dengan lima jari atau 5 touch pada layar.

Namun, beberapa waktu kemarin Apple mengumumkan generasi iPhone-nya yang menggunakan 3D Touch sebagai salah satu fitur andalannya. Fitur 3D Touch yang dimaksud di sini adalah pengguna tidak hanya dapat menekan dan menahan sentuhannya untuk melakukan pilihan perintah, melainkan dengan sedikit tekanan baru akan memunculkan opsi perintah yang baru. Teknologi layar berbasis sentuhan dan tekanan ini bukanlah yang pertama kali diadopsi oleh Apple. Sebelumnya beberapa ponsel android telah mengaplikasikannya, hanya saja dengan nama yang berbeda seperti misalnya adalah pressure screen yang digunakan oleh ZTE Axon 7 Mini atau force touch yang berada di Huawei Mate.

Fitur sentuh dan tekan ini juga tidak akan berguna bila software atau perangkat lunaknya tidak mendukung opsi tambahan ketika ada gaya tekanan di layar. Oleh karena banyaknya fragmentasi di smartphone Android, masih sedikit yang ingin mencoba memanfaatkan teknologi ini. Karena smartphone android dikenal lebih mudah untuk dikustomisasi sehingga tidak terlalu cocok untuk digunakan fitur ini, kecuali beberapa smartphone yang telah memodifikasi sistem operasi android mereka sehingga mendukung adanya perintah tekanan di layar.

Fitur ini cukup berguna sebenarnya ketika longpress hanya menunjukkan satu opsi saja, namun dengan menggunakan force touch atau pressure screen,kamu bisa memanfaatkannya untuk memberikan zoom pada foto, melihat preview dari sebuah file, memunculkan menu baru, dan lain lain. Hanya saja tekanan yang bisa diterima oleh layar juga dibatasi sehingga kamu tidak perlu menekannya terlalu keras atau malah nantinya akan merusak layar smartphone-mu. Tertarik untuk mencobanya? Kamu bisa mencobanya di beberapa ponsel terbaru yang akan keluar di pasaran karena memang fitur ini diprediksi akan menjadi salah satu tren di pabrikan smartphone lainnya.