Bagi orang Indonesia lalapan tentu tidak asing di telinga. Siapa yang sehari-harinya tidak kenal lalapan. Lalapan dapat menambah rasa bagi makanan yang dimakan dan sangat ramah di kantong.

Lalapan dapat hadir berupa sayur-sayuran mentah atau yang telah direbus dahulu yang sering dimakan bersama nasi dan lauknya. Lalapan dapat berupa selada, mentimun, kubis, kemangi, tomat dsb. Lalapan dapat hadir bersama berbagai macam masakan seperti ayam, udang, ikan goreng, pecel lele, dan sebagainya.

Sayuran mentah bagus dikonsumsi karena bervitamin dan memiliki serat yang berguna untuk proses pencernaan. Namun tahukah kamu bahwa lalapan juga bisa membahayakan kesehatan manusia karena maraknya pencemaran sayuran oleh telur dan larva cacing parasit? Bahkan ada juga yang terinfeksi parasit toksoplasma. Hal itu terjadi karena sayuran mentah tidak dicuci bersih menggunakan air mengalir dan sabun pencuci sayuran dan buah, atau tidak direndam dalam larutan cuka atau potassium, tidak dimasak dengan benar, dan managemen pengangkutan sayur yang tidak dimasak dan tidak dicuci bersih.

Cacing di dunia dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, plathyhelminthes, nemathelminthes, dan annelida. Dari ketiga kelompok yang tidak bersifat parasit hanya annelida. Adapun plathyhelminthes dan nemathelminthes sebagian besar anggotanya bersifat parasit dalam tubuh hewan maupun manusia. Menurut World Health Organization telur cacing selain ditularkan melalui tanah yang menempel di tangan dan tidak dicuci bersih juga dapat ditularkan melalui sayur yang tidak dimasak dan tidak dicuci bersih.

Menurut penelitian yang dilakukan pada feses penduduk di Jawa Barat menyatakan bahwa feses penduduk yang diteliti mengandung larva cacing hati dengan frekuensi kejadian hingga 90% dengan kebiasaan penduduknya yang mengonsumsi sayur mentah (Suhardono,1997). Cacing hati banyak ditemukan dalam hewan ternak yang kurang dijaga kebersihannya. Cacing tersebut memiliki ukuran hingga 3 cm dan mampu bertelur 20 ribu sampai 50 ribu telur per hari. Telur akan dikeluarkan melalui feses dan berubah menjadi larva yang akan menempel di tanaman air, ikan, dan siput.

Salah satu penelitian terhadap kontaminasi telur cacing STH (Soil-transmitted Helmints) pada sayuran kemangi pedagang ikan bakar di Kota Palu Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa sebanyak 39.8% dari seluruh sampel yang dikumpulkan di Palu Sulawesi Tengah tersebut terkontaminasi telur cacing STH (Soil-transmitted Helmints) (Lobo dkk, 2015).Telur cacing STH yang sering dijumpai pada sayuran adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Strongyloides stercoralis, Clonorchis sinensis, dan kelompok lain seperti Taenia, Fasciola, dan Toxocara.

Jadi jika kamu ingin mengonsumsi sayuran mentah maupun lalapan, sebaiknya pilih sayuran yang dibudidayakan hidroponik ataupun aeroponik. Sayur organik belum tentu menjamin keamanan dari telur dan larva cacing karena pertanian organik mengandalkan pupuk dari kotoran ternak yang kemungkinan mengandung telur cacing. Oleh karena itu sayuran juga harus dicuci dengan air mengalir dan sabun atau direndam dalam cuka sebelum dikonsumsi.