Apa yang kalian pikirkan ketika orang menanyakan apa itu pembulian? Jika mendengar kata itu tentunya kamu pasti akan menjawab itu suatu penganiayaan, kekerasan atau mungkin kamu akan mengaitkannya dengan kasus yang terjadi belum lama ini. Ya, mendengar kata pembulian seolah membuat kita terkenang kembali dengan tragedy 29 Maret tersebut. Di mana saat itu telah terjadi pembulian yang dilakukan oleh 12 siswi SMA kepada siswi SMP. Saat itu kasus tersebut menjadi perbincangan warganet dan setelahnya menjadi trending topic di berbagai media massa.

Munculnya pemberitaan tersebut seakan menjadi peringatan bagi orang tua. Seperti yang kita tau pembulian bukan hal yang tabu di Indonesia dan negara lain. Bahkan, sudah banyak kasus pembulian yang terjadi antar pelajar sebelum munculnya pemberitaan kasus tersebut.

Dengan adanya pemberitaan ini tentunya akan membuat para orang tua resah dikarenakan takut jika anaknya menjadi korban bullying atau sebagainya. Tetapi tanpa orang tua sadari pembulian bisa terjadi di karenakan kurangnya perhatian mereka terhadap anaknya, kurangnya menanamkan nilai agama kepada anak, serta enggannya menjadi mengawasi si anak. Oleh karena itu, perlunya peran orang tua untuk mengatasi hal-hal yang serupa dengan kasus tersebut. Nah, untuk itu orang tua bisa mulai mencari tau cara menghindari anak menjadi korban bullying.

1. Kenali karakter anak.

Biasanya anak yamg menjadi target bullying cenderung memiliki sikap cepat merasa bersalah atau penakut. Untuk itu orang tua dianjurkan untuk mengenali karakter anaknya. Tentunya hal ini bertujuan untuk mengantisipasi intimidasi yang menimpa anak kita. Tak hanya itu, dengan adanya pengenalan pribadi anak, orang tua dapat lebih cepat menemukan solusi untuk masalah tersebut.

2. Perlu adanya komunikasi dengan anak.

Hal ini bertujuan agar anak merasa cukup nyaman bercerita kepada kita sebagai orang tuanya di saat ia mengalami intimidasi di sekolah, atau bahkan lingkungan sepermainannya. Nah, setelah adanya komunikasi yang di lakukan antara orang tua dan anak atau antara kakak dan adik, akan lebih mempermudah kita untuk mendapatkan informasi tentang hal itu dan bisa sharing bersama mencari penyelesaiannya

3. Jangan terlalu cepat ikut campur.

Di sini orang tua harus percaya bahwa anaknya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, termasuk kasus bullying yang terjadi pada mereka. Orang tua cukup memupuk keberanian dan rasa percaya diri pada anak-anaknya.

Namun, jika anak tersebut memiliki kekurangan tertentu, terutama kekurangan fisik, seperti yang sudah saya uraikan atas, orang tua perlu menanamkan sebuah kepercayaan pada diri anak. Buat ia menerima apa yang sudah Tuhan berikan dan hal itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Kedua, ajarkan pada anak untuk tidak terlalu termakan oleh ledekan teman, karena semakin kita terpengaruh ledekan tersebut, maka semakin senang teman yang meledeknya.

4. Jangan ajarkan anak lari dari masalah.

Jika anak mengalami masalah di sekolah, ajarkan ia untuk menyelesaikan masalahnya. Bukan malah mendukung anak untuk lari dari masalah. Karena kebanyakan anak yang menjadi korban bullying akan menjadi malas sekolah atau bahkan meminta orang tuanya memindahkannya ke sekolah lain. Sebagai orang tua, kita tidak harus mengikuti kemauan si anak tersebut, cukup kita ajarkan ia cara menyelesaikan masalah yang ada. Orang tua juga harus ingat pembullyan terjadi bukan hanya di satu sekolah saja, tetapi hampir di seluruh sekolah.

5. Ajarkan anak melawan dan melapor.

Hal pertama yang perlu dilakukan orang tua adalah mengajari anak melawan secara verbal. Jika hal itu tidak mempan, berilah motivasi kepada anak agar ia berani untuk melapor kepada yang berwenang di sekolah. Misalnya wali kelas, kepala sekolah atau petugas kesiswaan.

6. Kenali dengan baik siapa teman anak.

Terkadang anak-anak lebih merasa nyaman untuk bercerita kepada temannya ketimbang orang tua atau anggota keluarganya. Untuk itu, orang tua bisa memulai pendekatan kepada teman-teman anaknya. Pendekatan itu perlu dilakukan agar nantinya orang tua bisa memantau jika terjadi perubahan perilaku terhadap anaknya.

7. Mengoptimalisasikan kasih sayang orang tua dan keluarga.

Perlunya orang tua atau keluarga memberi perlindungan, kasih sayang, dan perhatian kepada anaknya. Hal ini dilakukan agar nantinya anak juga lebih mudah untuk bercerita tentang kesehariannya.

Hasil riset menyebutkan, anak yang tumbuh di lingkungan yang baik akan tumbuh menjadi generasi yang stabil, optimis, serta emosional. Yang artinya, perilaku orang tua dan keluarga secara otomatis akan membentuk pribadi dan mental anak. Sehingga, bila anak cukup mendapatkan perlindungan, kasih sayang dan perhatian, ancaman dari luar pun mampu dihadapi si anak dengan optimis, seperti dikutip dari psyline.id.

8. Perlunya membina relasi antar guru dan orang tua.

Setelah relasi terbina dengan baik. Orang tua bisa menggunakan itu untuk mendapakan informasi adanya kasus bullying. Tak hanya itu, orang tua juga bisa melaporkan secara langsung jika si anak bercerita mengenai bullying yang terjadi di antara teman-temannya.

Dalam kasus-kasus bullying ini, peran orang tua sangat penting bagi anaknya. Tidak hanya menanamkan rasa percaya diri dan memupuk keberanian anak saja. Orang tua juga diharuskan memberikan perhatian khusus kepada buah hati. Sebagai orang tua perlunya melakukan pendekatan komunikasi kepada anak, sehingga nantinya anak tersebut akan bersikap lebih terbuka.