Edy Rahmayadi selaku ketua umum PSSI menjadi perbincangan publik tanah air menyusul hasil minor yang diterima timnas indonesia. Mantan Pangkostrad ini dituntut untuk segera mundur dari kursi nomor satu di PSSI.

Sempat digadang-gadang menjadi penyelamat sepak bola Indonesia pasca sangsi FIFA, nyatanya kinerja sosok 57 tahun ini juga tak sesuai dengan harapan.Di setiap laga Timnas Indonesia, teriakan "Edy Out" nyaris selalu terdengar. Begitu pula pada di media sosial, tagar #EdyOut juga ramai dicuitkan netizen.

Media asing pun ikut menyoroti tuntutan sang Ketua PSSI untuk mundur. Berikut 5 alasan kenapa Edy Rahmayadi harus mundur dari jabatannya seperti dikutip dari Fox Sport Asia (20/11).

1. Penampilan Timnas yang menurun.

Ini 5 alasan kenapa Edy Rahmayadi harus mundur dari PSSI

Timnas Indonesia yang saat ini tengah berjuang di Piala AFF 2018, Foto: instagram/pssi_fai

Sempat tampil lugas dan efisien ketika di bawah asuhan Alfred Riedl dan menampilkan permainan atraktif ketika ditangani Luis Milla, nyatanya saat ini penampilan Tim Garuda terus menerus mengalami penurunan.

Hal ini tak lepas dari perjudian yang dilakukan PSSI dengan menunjuk Bima Sakti sebagai pelatih kepala menggantikan Luis Milla. Dari awal publik sudah meragukan Bima Sakti karena belum cukup pengalaman sebagai pelatih. Hal ini dibuktikan dengan rentetan hasil minor yang didapatkan Tim Garuda dalam beberapa laga terakhir.

2. Prestasi minim.

Ini 5 alasan kenapa Edy Rahmayadi harus mundur dari PSSI

Timnas Indonesia U-16, Foto: instagram/pssi_fai

Sejak menjabat sebagai Ketua Umum PSSI tahun 2016, belum ada gelar yang mampu dicetak Timnas Indonesia. Meski sempat melaju sampai babak final Piala AFF tahun tersebut, pasukan garuda hanya mampu finis di posisi ke dua dalam gelaran tersebut setelah ditundukkan Thailand.

Hanya satu gelar yang mampu ditorehkan Timnas Indonesia di kancah sepak bola Asia Tenggara, itupun dalam kelompok umur under-16. Tentu ini bukan hasil yang diharapkan mengingat animo masyarakat yang haus akan gelar untuk Timnas mereka.

3. Jadwal Liga yang bentrok dengan agenda Timnas.

Ini 5 alasan kenapa Edy Rahmayadi harus mundur dari PSSI

Logo Gojek Liga 1, Foto: instagram/pssi_fai

Fox Sport Asia juga menyoroti bagaimana bisa kompetisi liga di Indonesia bentrok dengan gelaran AFF yang telah diprogram jauh-jauh hari dan termasuk laga FIFA kelas A. Apapun alasannya, pastilah hal ini sangat merugikan para pemain yang membela Tim Nasional karena fokus mereka terbagi dan belum siap ketika dipanggil Timnas.

Publik sepak bola tanah air meminta agar jadwal pertandingan liga diatur kembali agar tak berbenturan dengan ajang lainnya sehingga tidak memengaruhi kondisi dan kesiapan pemain.

4. Hubungan buruk dengan suporter.

Ini 5 alasan kenapa Edy Rahmayadi harus mundur dari PSSI

Edy Rahmayadi di tengah kerumunan suporter PSMS Medan, Foto: instagram/edy_rahmayadi

Sempat beredar sebuah video yang menampilkan sang ketua PSSI menampar salah seorang suporter PSMS Medan. Video tersebut direkam saat laga PSMS melawan Persela. Edy yang saat itu duduk di Tribun VVIP mendadak turun menuju kerumunan suporter yang ketahuan menyalakan Flaredan dilaporkan menampar suporter yang tengah bernyanyi.

Meskipun sempat dibantah, berita ini jelas akan lebih memanaskan hubungannya dengan kelompok suporter di tanah air. Sebelumnya dia juga banyak diprotes para suporter Bobotoh, Viking dan Aremania terkait hukuman dari PSSI yang dirasa memberatkan suporter.

5. Rangkap jabatan.

Ini 5 alasan kenapa Edy Rahmayadi harus mundur dari PSSI

Edy Rahmayadi ketika bertugas sebagai Gubernur Sumut, Foto: instagram/edy_rahmayadi

Alasan terbesar yang paling disoroti mengapa Edy Rahmayadi harus mundur adalah mengenai persoalan rangkap jabatan. Seperti diketahui selain sebagai Ketua Umum PSSI, pria 57 tahun ini juga menjabat sebagai Gubernur Sumatra Utara.

Meskipun diperbolehkan oleh Undang-Undang, jelas publik sangat meragukan kinerja mantan Pangkostrad ini dapat menjalankan dua tugas yang diembannya. Publik sepak bola meminta Edy untuk fokus pada salah satu tugasnya dan melepas jabatannya yang lain. Hal ini tentu juga demi meningkatkan kinerja PSSI yang memiliki banyak pekerjaan rumah untuk memajukan sepak bola Indonesia.