Anak merupakan karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dititipkan kepada kita sebagai orang tua untuk dijaga, dilindungi, disayangi, dibesarkan dan juga dididik. Proses terberat dalam menjaga titipan karunia Tuhan tersebut adalah mendidik setiap anak menjadi pribadi yang baik bagi kehidupannya dan kehidupan orang di sekitarnya. Banyak orang tua yang menyayangi buah hati sampai rela menggelontorkan segalanya demi memenuhi semua keinginan sang buah hati. Disinilah letak peran kita sebagai orang tua, memilah dan memilih antara apa yang menjadi keinginan dan apa yang betul-betul dibutuhkan oleh buah hati kita.

Tidak jarang banyak orang tua memenuhi keinginan anak tanpa memperhatikan apakah keinginannya tersebut memang keperluan atau sekadar ego sang anak. Inilah yang dapat menjadi akar permasalahan sifat anak kelak di kemudian hari ketika sudah tumbuh semakin besar. Jika kita terbiasa mengikuti setiap keinginan anak, maka percayalah ketika anak tumbuh semakin besar dengan pemahaman bahwa setiap keinginannya dapat terwujud, maka kita telah menjerumuskan anak kita sendiri ke dalam kesalahan terfatal. Anak akan selalu meminta dan meminta tidak peduli itu penting atau tidak, itu dibutuhkan atau tidak, tidak peduli kita sedang dalam kondisi siap memenuhinya atau tidak yang ia tahu hanya setiap keinginannya harus diwujudkan.

Banyak sekali orang tua yang terjebak dalam kondisi ini dan menyadarinya saat anaknya sudah sulit dikontrol. Anak sudah tumbuh besar dan menuntut ini itu. Pada akhirnya para orang tua ini hanya bisa menuruti dan menuruti sampai di mana anak tersebut berkeinginan. Jika hal seperti ini sudah terjadi, maka sangat sulit sekali mengubah kebiasaan sang anak untuk lebih memikirkan keinginannya tersebut atas dasar kebutuhan atau sekadar keinginan. Maka mulai sejak dini, biasakanlah anak kita menerima kata "tidak" di dalam kehidupannya.

Kata "tidak" bukan berarti kita sebagai orang tua tidak menyayangi mereka, justru di situlah letak peran kita benar-benar sayang kepada anak-anak kita. Ketika kita mengatakan "tidak" kepada keinginan mereka, pada tahap pertama mereka akan marah, tidak terima jika keinginannya tidak dipenuhi. Biarkan saja dia berlaku seperti itu, toh kita tidak akan pernah kalah jika mereka "ngambek" atau marah kepada kita. Ketika emosinya sudah tenang, kita bisa berikan penjelasan mengapa kita melarang keinginan anak tersebut.

Sebagai contoh, jika kita berbelanja ke pasar, lalu di tengah jalan ada tukang mainan menyapa dan menyodorkan mainan kepada anak kita, kita bisa dengan tegas mengatakan "tidak boleh". Anak mungkin akan ngambek dan marah kepada kita, di saat sudah berjalan menjauh, berikan penjelasan kepada mereka misalkan dengan, "de, mainan itu kan di rumah sudah punya dan masih bagus, untuk apa beli lagi, lebih baik uangnya ditabung untuk membeli beras." Atau juga ketika kita sedang tipis dalam hal keuangan, kita bisa beritahukan langsung kepada anak kita seperti, "de, mamah sedang tidak ada uang, uang yang sekarang hanya cukup untuk membeli makanan, nanti ya kalau mamah dapat uang lebih akan mamah belikan untuk dede". Sehingga anak mengerti situasi dan kondisi dimana keinginannya itu benar-benar diperlukan atau tidak.

Mereka akan lebih peka dalam hal perasaan, ketika tumbuh besarpun mereka akan lebih mandiri dalam menilai segala hal. Lakukanlah kebiasaan ini terhadap buah hati kita, melarang keinginan mereka bukan berarti tidak menyayangi mereka, justru kita sedang belajar mendidik mereka menjadi pribadi yang baik yang peka terhadap segala situasi dan kondisi yang ada di sekitar mereka.

Ayo bapak dan ibu sebagai orang tua, biasakanlah berucap "tidak" kepada buah hati kita. Semakin dini semakin baik, jangan kita menjadi menyesal karena selalu menuruti keinginan dan kehendak buah hati tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang terjadi akibat selalu mengatakan "ya" kepada anak. Karena penyesalan itu datangnya terlambat.