Apakah saya masih sering menyisakan makanan setelah makan? Apakah saya masih sering membeli barang-barang yang sebenarnya tidak benar-benar saya butuhkan? Apakah saya masih selalu menggunakan bahan-bahan sekali pakai dalam keseharian saya?

Pertanyaan ini muncul setelah saya mengetahui fakta bahwa Indonesia merupakan negara kedua terbesar penghasil sampah plastik di lautan, padahal plastik butuh waktu 450-1000 tahun untuk terurai di lautan dan itu berdampak pada organisme laut yang terjerat atau menelan sampah plastik. Selain itu fakta bahwa Indonesia menghasilkan sampah makanan sebanyak 13 ton setiap tahunnya, yang mana jumlah ini dapat dikonsumsi bagi 28 ribu orang. Duh, betapa malunya saya.

Lalu saya terfikir langkah apa yang harus saya ubah untuk menciptakan gaya hidup yang lebih ramah bagi lingkungan saya? Beberapa langkah ini semoga dapat menjadi pengingat untuk saya dan genarasi muda di luar sana bahwa apa yang kita lakukan, sekecil apapun itu pasti akan berdampak bagi lingkungan kita.

1. Habiskan makananmu.

Caranya sangat sederhana, yaitu dengan selalu menghabiskan makanan yang ada di piring kita sehingga kita tidak membuang-buang makanan. Kita harus dapat mengukur kapasitas perut kita, ambil secukupnya dan habiskan setiap makanan yang ada di piring kita jika masih kurang silahkan tambah lagi, tapi jangan menyisakan. Bila sekiranya makanan kita terasa berlebih bagi perut kita, jangan ragu untuk membagi sedikit kepada mereka yang membutuhkan.

Selain itu, apabila sedang makan di luar agar tak membuang makanan, kita dapat meminta makanan dibungkus untuk dibawa pulang dan disantap nanti. Ingat ya, membuang satu kilogram daging sapi setara dengan membuang 50.000 liter air yang digunakan untuk memproduksi daging tersebut. Padahal masih banyak saudara-saudara kita di luar sana yang mengalami kelaparan dan kekurangan air. Jadi, masih berpikir untuk membuang makananmu?

"Take what you need, eat what you take. Don't waste the foods."

2. Bawa botolmu, tempat makanmu, totebagmu dan sedotan stainlessmu sendiri.

Terdengar ribet? Tentu, saya bahkan harus membawa satu tas ekstra untuk membawa barang reuseable saya ini. Namun fakta bahwa kantong plastik biasa membutuhkan waktu 10 sampai 12 tahun untuk terurai dan botol plastik membutuhkan waktu 20 tahun untuk hancur, sedangkan sterofoam dan sedotan membutuhkan waktu 500 tahun untuk bisa hancur sempurna membuat saya tercengan.

Bahayanya plastik tidak boleh dibakar, karena mengeluarkan dioxin yang beracun, namun plastik juga tidak boleh dibuang sembarangan atau ke sungai, karena dapat meracuni tanah dan air. Apa yang harus kita lakukan? Salah satu langkah sederhana yang dapat kita coba menggurangi sampah plastik adalah dengan menggunakan barang reuseable.

Coba bayangkan, dengan menolak penggunaan gelas plastik saat membeli minum karena sudah membawa botol sendiri, menolak penggunaan sterofoam saat membeli makanan karena sudah membawa tempat makan sendiri, menolak kantong plastik saat kita berbelanja karena sudah membawa totebag sendiri dan menolak sedotan plastik saat membeli es favorit kita karena sudah membawa sedotan stainles kita sendiri, apa dampak dari kebiasaan kecil yang dapat kita ciptakan?

3. Hemat energi.

Energi dari fosil digunakan dalam berbagai aktivitas manusia. Energi dari fosil merupakan sumberdaya alam yang sulit diperbaruhui karena butuh waktu berjuta-juta tahun untuk menjadi energi tersebut. Lalu bagiamana cara menghemat energi?

a. Gunakan elektroknik seperlunya

b. Menggunakan lampu hemat energi seperti LED. Dengan lampu LED kita bisa menghemat energi sebesar 75 %. Lampu LED nyala lebih terang dan bisa bertahan sampai 10-20 tahun.

c. Matikan lampu pada pagi dan siang hari.

d. Jalan kaki dan bersepeda saat berpergian jarak dekat serta menggunakan transportasi umum saat berpergian jarak jauh.

e. Membeli barang sesuai kebutuhan. Tentukan kebutuhan kita. Belilah barang sesuai kebutuhan jangan sampai membeli barang karena haus mata semata yang pada akhirnya hanya akan menjadi barang yang tak terpakai.

Bagaimana? Saya berani berubah. Kalau kamu?