Rasisme sudah selayaknya mendapatkan tempat di mana pun, tak terkecuali di sepak bola. Namun kadang sering kali kita mendengar rasisme terjadi di kancah sepak bola. Sepak bola yang harusnya menjadi arena sportivitas dan inspirasi, justru dinodai oleh perilaku rasial, baik oleh pemain atau suporter. Demi memberantas atau menghilangkan rasisme dalam sepak bola, badan sepak bola dunia, FIFA, membuat sebuah aturan tegas.

FIFA akan membuat aturan bahwa pemain yang melakukan rasisme akan diberikan hukuman larangan bermain sebanyak 10 laga, dan itu berlaku minimal. FIFA bekerja sama dengan Fare, kelompok yang memantau persoalan diskriminasi untuk mengubah isi dari kode disiplin. Beberapa poin itu akan diubah.

Pertama, pelecehan seorang pemain terkait jenis kelamin telah dianggap FIFA masuk dalam kategori diskriminasi. FIFA juga akan menjatuhkan hukuman minimal kepada pemain yang melakukan rasisme. Aturan baru menyebutkan bahwa pemain rasisme akan dijatuhi hukuman larangan minimal 10 kali pertandingan. Jumlah larangan itu dua kali lipat lebih banyak dari hukuman sebelumnya. Sebelumnya, FIFA menjatuhkan skorsing 5 kali pertandingan kepada pemain yang melakukan rasisme.

Sementara itu, korban rasisme akan dipanggil untuk dimintai keterangan oleh FIFA dalam sidang dengar pendapat. Adapun jika pelaku rasisme tersebut adalah suporter klub atau negara, maka FIFA akan menjatuhkan sanksi berupa penutupan area stadion atau denda 20 ribu Swiss Franc, setara dengan RP 284,7 juta.

Kasus kasus rasisme masih sering terjadi di dunia sepak bola, baik dilakukan oleh pemain atau suporter. April lalu, pemain Juventus Moise Kean mendapat serangan rasis dari suporter Cagliari. Kejadian itu pun mendapat perhatian dunia. Tak sedikit pemain yang kemudian memberikan dukungan kepada Moise Kean atas apa yang terjadi sebagai bentuk solidaritas.